Hasil Belajar Kualitas Pembelajaran

4 Refleksi yang dibuat sesuai dengan materi yang telah dipelajari. Siswa melakukan berbagai aktivitas dalam kegiatan pembelajaran tersebut, diharapkan dapat membangun pengetahuannya sendiri tentang konsep-konsep materi pembelajaran dengan bantuan guru. Keberhasilan siswa dalam belajar berdasarkan pada aktivitas yang dilakukan selama proses pembelajaran.

2.1.2.3. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut berdasarkan pada materi yang telah dipelajari oleh siswa, oleh karena itu apabila siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep. Dalam pembelajaran, perubahan perilaku yang harus dicapai oleh siswa setelah melaksanakan aktivitas belajar dirumuskan dalam tujua n pembelajaran Rifa’i 2011: 85. Anitah, 2013: 2.19 hasil belajar merupakan kulminasi dari suatu proses yang telah dilakukan dalam belajar. Kulminasi akan selalu diiringi dengan kegiatan tindak lanjut. Hasil belajar harus menunjukan suatu perubahan tingkah laku atau perolehan perilaku yang baru dari siswa yang bersifat menetap, fungsional, positif, dan disadari. Hasil belajar yang berkaitan dengan kemampuan berpikir kritis dan ilmiah anak Sekolah Dasar, dapat dikaji proses maupun hasil berdasarkan: 1 kemampuan membaca, mengamati, materi yang disampaikan guru; 2 kemampuan mengidentifikasi berdasarkan substansi yang dibaca, didengar atau diamati; 3 kemampuan mengorganisasi hasil–hasil identifikasi dan mengkaji dari sudut pandang perbedaan dan persamaan. Kemampuan tersebut sudah dapat diterapkan secara menyeluruh khususnya pada kelas tinggi. Sehingga pada penelitian di kelas VC SDN Purwoyoso 03 dapat menggunakan teori ini dalam mengkaji hasil belajar siswa. Bloom dalam Poerwanti. 2008: 1.23, mengelompokkan kemampuan manusia kedalam dua ranah utama yaitu ranah kognitif dan non-kognitif. Ranah non-kognitif dibedakan menjadi dua kelompok yaitu ranah afektif dan ranah psikomotor. Setiap ranah diklasifikasikan secara berjenjang mulai dari yang sederhana sampai pada yang kompleks. 2.1.2.3.1 Ranah Kognitif Ranah kognitif memegang tempat utama yang sangat penting yang merupakan tujuan pengajaran di sekolah, aspek kognitif yang sudah direvisi dibedakan atas enam jenjang Bloom dalam Mohamad: 2011 https:www.academia.edu6274013Revisi_Taksonomi_Bloom, yaitu: 1 Mengingat C1 Jenjang ini seseorang dituntut dapat mengenali atau mengetahui adanya konsep, fakta, istilah tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya. Kata-kata operasional yang digunakan, yaitu: mendefinisikan, mendeskripsikan, mengidentifikasikan, mendaftarkan, menjodohkan, menyebutkan, menyatakan, dan mereproduksi. 2 Memahami C2 Kemampuan ini menuntut siswa memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa harus menghubungkannya dengan hal-hal lain. Kemampuan ini dijabarkan menjadi tiga, yakni; a menterjemahkan, b menginterpretasikan, dan c mengekstrapolasi. Kata-kata operasional yang digunakan antara lain: memperhitungkan, memperkirakan, menduga, menyimpulkan, membedakan, menentukan, mengisi, dan menarik kesimpulan. 3 Mengaplikasikan C3 Jenjang kognitif ini menuntut kesanggupan menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, serta teori-teori dalam situasi baru dan konkret. Kata-kata operasional yang digunakan antara lain: mengubah, menghitung, mendemonstrasikan, menemukan, memanipulasikan, menghubungkan, menunjukkan, memecahkan, dan menggunakan. 4 Menganalisis C4 Jenjang kognitif ini menuntut seseorang untuk dapat menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur atau komponen pembentuknya. Kemampuan analisis diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu; a analisis unsur, b analisis hubungan, c analisis prinsip-prinsip yang terorganisasi. Kata-kata operasional yang umumnya digunakan antara lain: memperinci, mengilustrasikan, menyimpulkan, menghubungkan, memilih, dan memisahkan. 5 Mengevaluasi C5 Jenjang ini menuntut seseorang untuk dapat menghasilkan sesuatu yang baru dengan cara menggabungkan berbagai faktor. Hasil yang diperoleh dapat berupa: tulisan, rencana atau mekanisme. Kata operasional yang digunakan terdiri dari: mengkatagorikan, memodifikasikan, merekonstruksikan, mengorganisasikan, menyusun, membuat design, menciptakan, menuliskan, dan menceritakan. 6 Mencipta C6 Jenjang ini menuntut seseorang untuk dapat menilai suatu situasi, keadaan, pernyataan, atau konsep berdasarkan suatu kriteria tertentu. Hal penting dalam evaluasi ialah menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga siswa mampu mengembangkan kriteria, standar atau ukuran untuk mengevaluasi sesuatu. Kata-kata operasional yang dapat digunakan antara lain: menafsirkan, menentukan, menduga, mempertimbangkan, membenarkan, dan mengkritik. Adapun Indikator ranah kognitif adalah : 1 menjelaskan beberapa usaha dalam rangka mempersiapkan kemerdekaan C2; 2 mendeskripsikan peristiwa persiapan kemerdekaan C2; 3 mendeskripsikan peristiwa Rengasdengklok C2; 4 menyebutkan peran BPUPKI dalam persiapan kemerdekaan Indonesia C1; 5 menyebutkan peran PPKI dalam persiapan kemerdekaan Indonesia C1; 6 menjelaskan proses perumusan dasar negara C2; 7 menuliskan tokoh-tokoh yang berperan dalam kemerdekaan Indonesia C1; 8 menentukan peran tokoh-tokoh dalam kemerdekaan Indonesia C3; 9 memaparkan cara menghargai jasa pahlawan C4. 2.1.2.3.2 Ranah Afektif Secara umum ranah afektif diartikan sebagai internalisasi sikap yang menunjuk ke arah pertumbuhan batiniah yang terjadi bila individu menjadi sadar tentang nilai yang diterima dan kemudian mengambil sikap sehingga kemudian menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan menentukan tingkah lakunya. Jenjang kemampuan dalam ranah afektif, sebagai berikut. 1 Menerima Receiving, diharapkan siswa peka terhadap eksistensi fenomena atau rangsangan tertentu. Kepekaan ini diawali dengan penyadaran kemampuan untuk menerima dan memperhatikan. Kata-kata operasional yang digunakan antara lain: menanyakan, memilih, mendeskripsikan, memberikan, mengikuti, menyebutkan. 2 Menjawab Responding, siswa tidak hanya peka pada suatu fenomena, tetapi juga bereaksi terhadap salah satu cara. Penekanannya pada kemauan siswa untuk menjawab secara sukarela, membaca tanpa ditugaskan. Kata- kata operasional yang digunakan antara lain: menjawab, membantu, melakukan, membaca, melaporkan, mendiskusikan, dan menceritakan. 3 Menilai valuing, diharapkan siswa dapat menilai suatu obyek, fenomena atau tingkah laku tertentu dengan cukup konsisten. Kata-kata operasional yang digunakan antara lain; melengkapi, menerangkan, membentuk, mengusulkan, mengambil bagian, memilih, dan mengikuti. 4 Organisasi organization, tingkat ini berhubungan dengan menyatukan nilainilai yang berbeda, menyelesaikanmemecahkan masalah, membentuk suatu sistem nilai. Kata-kata operasional yang digunakan antara lain: mengubah, mengatur, menggabungkan, membandingkan, mempertahankan, menggeneralisasikan, dan memodifikasikan. Indikator dalam ranah afektif yaitu membentuk karakter siswa yang meliputi: 1. disiplin, indikatornya membiasakan hadir tepat waktu, mematuhi aturan diskusi kelompok dengan model Time Token, menyelesaikan soal tepat waktu, menjalankan tata tertib kelas; 2. tanggung jawab, indikatornya mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan penuh tanggung jawab, membuat laporan diskusi sesuai dengan petunjuk guru, memberikan konstribusi dan berperan aktif dalam diskusi kelompok, menjaga suasana diskusi yang kondusif; 3. toleransi, indikatornya menghargai pendapat teman dalam pembelajaran, mendengarkan saat teman bertanya atau berpendapat, memberikan kesempatan bertanya pada teman ketika berdiskusi, menjaga suasana yang harmonis dengan kelompok lain; 4. mandiri, indikatornya mengerjakan LKS yang diberikan oleh guru, mengungkapkan pendapat sesuai pengetahuannya, mengerjakan soal yang diberikan oleh guru dengan mandiri, memahami materi secara mandiri Fitri, 2012: 23. Pada tingkat ranah afektif ini, siswa memiliki sistem nilai yang telah mengendalikan perilakunya dalam waktu cukup lama sehingga mampu mengembangkannya menjadi karakteristik gaya hidupnya. 2.1.2.3.3 Ranah Psikomotorik Berkaitan dengan gerakan tubuh atau bagian-bagiannya mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks. Perubahan pola gerakan memakan waktu sekurang-kurangnya 30 menit. Kata operasional untuk aspek psikomotor harus menunjuk pada aktualisasi kata-kata yang dapat diamati, yang meliputi: 1. muscular or motor skill; mempertontonkan gerak, menunjukkan hasil, melompat, menggerakkan, dan menampilkan, 2. manipulations of materials or objects; mereparasi, menyusun, membersihkan, menggeser, memindahkan, dan membentuk, 3. neuromuscular coordination; mengamati, menerapkan, menghubungkan, menggandeng, memadukan, memotong, menarik, dan menggunakan, Indikator dalam aspek psikomotorik pada anak, lebih menekankan pada unjuk kerja keterampilan berbicara selama pembelajaran Sugiarto, 2013: 7 , dengan indikator sebagai berikut. 1. Bertanya. 1 Bertanya dengan jelas. 2 Pertanyaan yang diajukan berbobot. 3 Pertanyaan sesuai dengan materi. 4 Waktu yang dibutuhkan untuk bertanya ≥ 30 detik. 2. Menyampaikan pendapat. 1 Menyampaikan pendapat dengan jelas. 2 Pendapat yang disampaikan berbobot. 3 Menyampaikan pendapat secara runtut. 4 Waktu yang dibutuhkan untuk menyampaikan pendapat ≥ 30 detik. 3. Berdiskusi. 1 Beperan aktif dalam memecahkan masalah. 2 Menjaga situasi kondusif dalam kelompok. 3 Keaktifan memberikan ide dalam membuat laporan diskusi. 4 Waktu yang dibutuhkan untuk menyampaikan pendapat ≥ 30 detik. 4. Presentasi hasil diskusi. 1 Membacakan hasil diskusi. 2 Mempresentasikan hasil diskusi dengan percaya diri. 3 Menjawab pertanyaan yang diajukan untuk kelompok diskusi. 4 Waktu yang dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan ≥ 30 detik. Peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar merupakan sesuatu yang diperoleh siswa berkat usaha atau pikiran yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan. Keberhasilan belajar siswa dalam mencapai tujuan pengajaran dapat diwujudkan dengan nilai.

2.1.3. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial

Dokumen yang terkait

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Arends Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Terpadu (Quasi Eksperimen di SMPN 87 Jakarta)

0 8 204

PENERAPAN MODEL TERPADU TIME TOKEN ARENDS DAN STAD BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS KELAS V SDN TAMBAKAJI 02 SEMARANG

0 31 319

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS VA SDN PURWOYOSO 03 KOTA SEMARANG

0 17 229

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE NHT BERBANTUAN AUDIOVISUAL SISWA KELAS IV SDN PURWOYOSO 01 KOTA SEMARANG

0 8 306

PENERAPAN METODE MIND MAPPING BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS IV B SDN WONOSARI 03 KOTA SEMARANG

5 21 219

PENERAPAN MODEL NUMBERED HEADS TOGETHER BERBANTUAN MEDIA VISUAL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS V SDN PURWOYOSO 01 KOTA SEMARANG

0 7 230

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN CTL PADA SISWA KELAS VC SDN PURWOYOSO 03 SEMARANG

0 9 255

PENERAPAN MODEL SIKLUS BELAJAR BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS IVA SDN KALIBANTENG KIDUL 01 KOTA SEMARANG

0 5 407

MODEL NUMBER HEAD TOGETHER BERBANTUAN CD PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS PADA SISWA KELAS IVB SDN PURWOYOSO 03 SEMARANG

0 17 319

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE STAD BERBANTUAN AUDIOVISUAL SISWA KELAS V SDN PURWOYOSO 01 KOTA SEMARANG

1 17 287