1
14
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan merupakan salah satu bentuk upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan mempunyai peran penting dalam
mencapai keberhasilan dalam perkembangan anak. Pendidikan bertujuan agar siswa menjadi warga negara yang berkesadaran tinggi dan bertanggungjawab
terhadap bangsanya. Pendidikan dalam ilmu pengetahuan sosial yaitu memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan
bakat, minat, kemampuan, dan lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006, mata pelajaran IPS mengkaji
seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan,
pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Melalui mata pelajaran IPS,
peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai BSNP,
2006: 582.
2
Pengertian IPS menurut National Council for the Social Studies NCSS pada tahun 1993 dalam Sapriya, 2014: 10 sebagai berikut.
Social studies the integrated study of the social sciences and humanities to promote civic competence. Within the school
program, social studies provides coordinated, systematic study drawing upon such disciplines as anthropology, archaeology,
economics, geography, history, law, philosophy, political science, psychology, religion, and sociology, as well as appropriate content
from the humanities, mathematics, and natural science. The primary purpose of social studies is to help young people develop
the ability to make informed and reasoned decisions for the public good as citizens of a culturally diverse, democratic society in an
interdependent world.
Ilmu pengetahuan sosial adalah studi terintegrasi tentang ilmu-ilmu sosial dan humaniora untuk membentuk warga negara yang baik berkompeten.
Program IPS di sekolah merupakan gambaran kajian sistematis dan koordinatif dari disiplin ilmu-ilmu sosial seperti antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi,
sejarah, hukum, filsafat, ilmu pengetahuan politik, psikologi, agama, dan sosiologi, juga yang bersumber dari humaniora, matematika, dan ilmu
pengetahuan alam. Tujuan utama dari ilmu pengetahuan sosial adalah untuk membantu generasi muda mengembangkan kemampuannya untuk membuat
keputusan-keputusan yang beralasan dan sebagai warga negara yang bertanggung jawab pada suatu masyarakat yang berbeda budaya, masyarakat demokratis dunia
yang saling tergantung. Pengertian IPS menurut Hidayati 2008: 1-8 adalah fusi dari disiplin ilmu
Sosial. Pengertian fusi disini, bahwa IPS merupakan bidang studi utuh yang tidak terpisah dalam kotak-kotak disiplin ilmu, artinya bidang studi IPS tidak mengenal
3
adanya pelajaran geografi, ekonomi, sejarah secara terpisah, melainkan semua disiplin tersebut diajarkan secara terpadu.
Tujuan pembelajaran IPS menurut BSNP, 2007: 89 adalah agar peserta didik: 1 memiliki kemampuan mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan
kehidupan masyarakat dan lingkungannya; 2 memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan
keterampilan dalam kehidupan sosial; 3 memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; 4 memiliki kemampuan
berkomunikasi, bekerja sama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
Gross dalam Solihatin, 2011: 14 tujuan pendidikan IPS adalah untuk mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya
sebagai bagian dari masyarakat dan mengembangkan kemampuan siswa menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan setiap persoalan yang
dihadapinya. Dibutuhkan pola pembelajaran yang mampu mewujudkan tujuan IPS.
Kreatifitas dan kemampuan seorang guru dalam memilih dan menggunakan berbagai model, metode, dan strategi pembelajaran senantiasa terus ditingkatkan
agar pembelajaran IPS mampu memberi bekal kemampuan dan keterampilan dasar bagi siswa untuk menjadi manusia serta warga negara yang baik. Dalam
pelajaran IPS menekankan pada unsur pendidikan dan pembekalan pada siswa. Penekanan pembelajarannya bukan sebatas memberi konsep yang bersifat
hafalan, tetapi pada upaya agar mereka mampu menjadikan apa yang telah
4
dipelajarinya sebagai bekal dalam kehidupan dimasyarakat, serta sebagai bekal bagi dirinya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Jadi
rancangan pembelajaran oleh guru hendaknya diarahkan dan difokuskan sesuai dengan kondisi dan perkembangan potensi siswa agar pembelajaran yang
dilakukan benar-benar berguna dan bermanfaat bagi siswa. Proses pembelajaran pendidikan IPS dijenjang persekolahan, baik pada
tingkat pendidikan dasar ataupun menengah menurut Susanto 2014: 2-3 perlu adanya pembaharuan yang serius, karena pada kenyataanya masih banyak model
pembelajaran yang bersifat konvensional, guru lebih cenderung menggunakan ceramah yang menuntut siswa pada kekuatan ingatan, tanpa mengembangkan
wawasan berfikir dan penyelesaian masalah yang memungkinkan peserta didik belajar lebih aktif. Selain itu masih terdapat kelemahan dalam pelaksanaan proses
pembelajaran pendidikan IPS, sekalipun berbagai inovasi telah dilakukan tetapi hasilnya belum memuaskan.
Hasil refleksi peneliti saat melakukan kegiatan PPL mulai dari bulan Agustus hingga Oktober 2014 di SDN Purwoyoso 03 Kota Semarang, didapatkan
permasalahan pada kualitas pembelajaran IPS yang belum optimal. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain guru kurang tepat dalam memilih
model pembelajaran, guru juga kesulitan dalam mengelola kelas, dalam penyampaian materi kurang bisa menarik perhatian siswa, belum ada pemerataan
kesempatan kepada siswa untuk ikut berkontribusi pada saat pembelajaran berlangsung. Kendala dari faktor siswa yaitu sebagian siswa tidak ikut berperan
serta dalam pembelajaran, hanya siswa yang dominan saja yang ikut memberikan
5
kontribusi baik saat diberikan kesempatan oleh guru maupun saat diskusi kelompok. Guru belum memanfaatkan media yang mampu menarik perhatian
siswa sehingga kualitas pembelajaran IPS di kelas VC menjadi kurang optimal. Hasil rata-rata tiga kali ulangan harian mata pelajaran IPS, diperoleh nilai
terendah 38,33 sedangkan nilai tertinggi 85. Sebanyak 41 siswa yang mencapai nilai diatas KKM hanya 18 siswa 44 sedangkan 23 siswa 56 nilainya
dibawah KKM yaitu 70. Dari data hasil belajar tersebut, maka perlu diadakan perbaikan kualitas pembelajaran karena lebih dari 50 dari keseluruhan siswa
kelas VC SDN Purwoyoso 03 kurang pemahaman pada materi IPS yang mengakibatkan hasil belajar siswa rendah.
Mengatasi hal tersebut, guru bersama kolabolator menetapkan alternatif tindakan untuk meningktakan kualitas pembelajaran IPS dengan menerapkan
model Time Token berbantuan audiovisual. Model pembelajaran Time Token dapat meningkatkan aktivitas siswa dengan cara memberi kesempatan kepada
siswa secara merata memberikan kontribusi saat pembelajaran berlangsung juga dapat mengatasi hambatan pemerataan yang sering terjadi saat diskusi kelompok,
serta dapat meningkatkan keterampilan guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif. Penggunaan media audiovisual dapat menarik perhatian
siswa dalam memahami materi persiapan kemerdekaan Indonesia yang sifatnya abstrak jika hanya disampaikan secara lisan saja, maka media audiovisual ini
memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis dalam bentuk kata-kata, tertulis atau lisan belaka, maka penggunaan media audiovisual dapat
membantu siswa melihat peristiwa di masa lampau secara nyata. Melalui media
6
audiovisual maka, siswa lebih mudah memahami materi yang disampaikan serta dapat meningkatkan kualitas proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan. Kelebihan model pembelajaran Time Token menurut Shoimin, 2014: 216
antara lain: 1 mendorong siswa untuk meningkatkan inisiatif dan partisipasi; 2 siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali; 3 siswa menjadi
aktif dalam kegiatan pembelajaran; 4 meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi;
5 melatih
siswa mengungkapkan
pendapatnya; 6
menumbuhkan kebiasaan pada siswa untuk saling mendengarkan, berbagi, memberi masukan, dan keterbukaan terhadap kritik. Sedangkan kekurangan
penerapan model pembelajaran Time Token menurut Sahrudin 2012 adalah siswa yang aktif akan dibatasi oleh jumlah kupon yang diberikan guru.
Penggunaan media pembelajaran merupakan salah satu cara untuk mempermudah penyampaian materi sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Media pembelajaran merupakan alat bantu proses belajar mengajar atau segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian,
dan kemampuan atau keterampilan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Salah satu jenis media yaitu media audiovisual. Media audiovisual
menyajikan suatu peristiwa atau benda yang konkrit lebih nyata. Menurut Anitah,dkk 2013: 6.30 media audiovisual merupakan kombinasi audio dan
visual atau biasa disebut media pandang dengar.
7
Kelebihan media audiovisual menurut Arsyad 2014: 154 antara lain: 1 paling mudah diproduksi; 2 serba guna, mudah digunakan, dan cukup efektif
dalam pembelajaran kelompok atau perorangan dan belajar mandiri; 3 dapat menginformasikan atau mendorong lahirnya respons emosional; 4 dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Penggunaan media audiovisual dapat membantu siswa dalam menyerap isi pelajaran dan memberikan motivasi serta
membangkitkan minat siswa untuk lebih giat belajar. Penelitian ini diperkuat dengan penelitian tentang pembelajaran kooperatif
yang sebelumnya dilakukan oleh Ebrahim, yang berjudul: “The Effect Of
Cooperative Learning Strategies On Elementary Students’ Science Achievement And Social Skills In Kuwait Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif untuk
Meningkatkan Hasil Belajar dan Keterampilan Sosial Siswa Sekolah Dasar di Kuwait
”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa: Analisis dari nilai hasil belajar dan keterampilan sosial siswa menggunakan strategi pembelajaran
kooperatif secara signifikan lebih banyak memberi efek positif pada hasil belajar dan keterampilan sosial siswa.
Penelitian tentang penerapan media audiovisual yang dilakukan oleh Casado, yang berjudul:
“Audiovisual material as educational innovation strategy to reduce anxiety response in students of human anatomy Penerapan
Audiovisual sebagai Strategi Inovasi Pendidikan untuk Mengurangi Respon Kecemasan Siswa pada Materi Anatomi Manusia
”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa: penggunaan audiovisual sebagai pengantar pada
pembelajaran anatomi manusia, dapat memberikan gambaran anatomi manusia
8
yang nyata, sehingga dapat mengurangi reaksi takut yang dialami siswa sebelum siswa praktek secara langsung mengenai anatomi manusia.
Penelitian tentang penerapan model pembelajaran Time Token yang dilakukan oleh
Harja, yang berjudul: “Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Kelas V dalam Pembelajaran IPS melalui Model Time Token di SDN 04 Terandam
Padang”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa: 1 aktivitas berdiskusi siswa kelas V di SDN 04 Terandam Padang dapat meningkat dengan
menggunakan model Time Token pada siklus 1 persentasenya sebesar 33,33 meningkat pada siklus II menjadi 86,10; 2 aktivitas menjawab pertanyaan
siswa kelas V di SDN 04 Terandam Padang dapat meningkat dengan menggunakan model Time Token pada siklus I persentasenya sebesar 52,77
meningkat pada siklus II menjadi 80,55; 3 aktivitas mengemukakan pendapat siswa kelas V di SDN 04 Terandam Padang dapat meningkat dengan
menggunakan Time Token pada siklus I persentasenya sebesar 38,88 meningkat pada siklus II menjadi 80,55; 4 persentase aktivitas guru pada siklus I yaitu
72,22 dan pada siklus II 87,03, berarti sudah mencapai target yang ditetapkan yaitu 80. Tes akhir siklus berupa ulangan harian juga sudah dapat dikatakan
meningkat dari 72,22 pada siklus I menjadi 88,88 pada siklus II dan ini berarti sudah mencapai target yang di tetapkan yaitu 80 serta mampu mencapai
KKM yang diinginkan yaitu 70. Penelitian tersebut menunjukkan adanya peningkatan kualitas pembelajaran dalam proses pembelajaran.
Manfaat dari penelitian ini adalah menambah wawasan pengetahuan guru tentang model pembelajaran inovatif dan menerapkan model pembelajaran
9
inovatif tersebut untuk memperbaiki keterampilan guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS dapat meningkat serta menumbuhkan minat belajar sehingga
hasil belajar siswa meningkat, serta memberi motivasi kepada pihak sekolah melakukan inovasi pembelajaran sebagai upaya untuk mengembangkan kualitas
pembelajaran di sekolah. Peneliti mengkaji melalui penelitian tindakan kelas dengan judul
“Penerapan Model Time Token Berbantuan Audiovisual untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS Siswa Kelas VC SDN Purwoyoso 03 Kota Semarang”
1.2 RUMUSAN MASALAH DAN PEMECAHAN MASALAH