Observasi Umum Partisipan I Tabel 2 Waktu Wawancara Partisipan I

Kondisi suami yang stroke mempengaruhi kehidupan sehari-hari yang dirasakan partisipan. Kegiatan sehari-hari menuntut partisipan untuk menghabiskan waktunya untuk merawat suami.

2. Observasi Umum Partisipan I Tabel 2 Waktu Wawancara Partisipan I

No Partisipan Tanggal wawancara Waktu wawancara Tempat wawancara 1 Leris 24 Oktober 2008 Pukul 14.30-16.00 RSU Pirngadi 2 Leris 25 Oktober 2008 Pukul 15.00-17.00 RSU Pirngadi Partisipan adalah seorang wanita yang bertinggi badan 154 cm dan berat badan 55 kg berkulit sawo matang, memiliki rambut panjang bergelombang. Wawancara dilakukan di kamar XXI Interna RSU Pirngadi. Kamar tersebut berukuran kira- kira 4x7 . Ruangan tersebut berisi 7 tempat tidur. Partisipan memiliki 2 tempat tidur, satu untuk suami dan satu lagi untuk partisipan. Sedangkan tempat tidur yang lain diisi oleh paisen lain dan keluarganya. Ruangan kamar tersebut bercat warna biru, setengah bagian dinding kamar dilapisi keramik berwarna putih. Lantai kamar tersebut juga terbuat dari keramik berwarna putih. Wawancara dilakukan diatas tempat tidur milik partisipan. Tempat tidur tersebut terbuat dari besi yang dicat warna hijau. Tampak catnya mulai terkelupas menunjukkan usia tempat tidur tersebut. Saat itu, partisipan menggunakan seprei warna hijau dan sebuah guling bersarung warna merah jambu. Saat wawancara pertama dilakukan, suami partisipan sedang tidur dan tidak mengetahui kehadiran peneliti. Sedangkan pasien yang lain juga sedang tidur siang, sehingga tidak ada gangguan selama wawancara pertama berlangsung. Universitas Sumatera Utara Partisipan dan peneliti duduk diatas kasur berukuran tiga kaki yang disediakan Rumah Sakit untuk keluarga pasien. Posisi duduk partisipan dan peneliti sejajar dan bersandar ke dinding kamar. Badan partisipan condong kearah peneliti. Ditengah wawancara peneliti duduk menghadap partisipan dan partisipan duduk bersandar dan mengarahkan badannya kearah peneliti. Selama wawancara berlangsung partisipan duduk dengan memanjangkan kedua kakinya, dan di pertengahan wawancara partisipan melipat kedua kakinya dan duduk bersila. Pada saat wawancara pertama ini, partisipan sering mengelus lengannya, memegang rambut, dan mengelus dada. Setiap kali partisipan menjawab pertanyaan yang menyangkut suaminya, partisipan menunjuk suami dan melihat suami yang sedang tidur. Partisipan menatap mata peneliti selama wawancara ini berlangsung. Selama wawancara tampak partisipan menundukkan kepala dan membungkukkan badannya ketika menceritakan keadaan ekonomi keluarganya dan sesekali mengelus dada ketika menceritakan tentang keluarga suaminya. Partisipan juga sesekali menghela napas dan mengusap dada setiap kali menceritakan kisah yang sedih dalam hidupnya. Ketika menceritakan keadaan keluarganya, partisipan juga membungkukkan badannya, dan menarik bibir tersenyum ketika membicarakan anak-anakknya. Partisipan mengecilkan volume suaranya ketika berbicara tentang keluarga suaminya dan banyak menggunakan tatapan mata sebagai isyarat bagi peneliti. Partisipan sesekali menganggukkan kepala selama bercerita, menggelengkan kepala, memegang rambut, mengusap dada, dan tersenyum. Universitas Sumatera Utara Wawancara kedua dilakukan di tempat yang sama, hari kedua wawancara dilakukan lebih lama. Partisipan meminta peneliti untuk melakukan wawancara di rumah sakit sebelum pulang ke rumah dengan alasan partisipan merasa lebih nyaman melakukan wawancara di rumah sakit dibandingkan dengan di rumah partisipan berkaitan dengan kehadiran orang tua suaminya. Sebelum wawancara kedua dilakukan peneliti mendatangi partisipan dan suaminya di ruang XXI interna RSU Pirngadi. Saat memasuki ruangan, suami partisipan melihat peneliti dan matanya membesar. Suami partisipan mengayunkan tangan untuk menarik perhatian partisipan menunjukkan rasa keingintahuannya tentang kedatangan peneliti. Kemudian partisipan menjelaskan tujuan peneliti untuk mengambil data. Suami partisipan tetap melotot, tangan dan badannya bergerak-gerak dan menggumam tanda tidak mengerti. Saat itu partisipan dan suami menggunakan Bahasa Batak sebagai bahasa untuk berkomunikasi. Peneliti melihat keinginan suami partisipan untuk mengenal peneliti, sehingga peneliti mendatangi suami partisipan dan mengenalkan diri. Peneliti menggunakan Bahasa Batak dalam berkomunikasi dengan suami peneliti sehingga akhirnya suami peneliti tersenyum dan mengerti tujuan peneliti berkunjung. Setelah penjelasan selesai, suami partisipan kemudian tidur dan peneliti mulai bercerita dengan partisipan. Wawancara kedua ini ditemukan beberapa gangguan selama wawancara. Gangguan wawancara ini berasal dari pasien lain yang tinggal di kamar yang sama dengan partisipan. Sebelum wawancara dimulai peneliti mengutarakan tentang tempat yang kurang nyaman melakukan wawancara dengan kehadiran Universitas Sumatera Utara orang lain, dan saat itu peneliti mengutarakan maksud untuk mengunjungi dan melakukan wawancara di rumah partisipan saja. Saat itu partisipan mengutarakan bahwa wawancara sebaiknya dilaksanakan di rumah sakit sebelum partisipan dan suaminya pulang ke rumah mertuanya. Dengan alasan di rumah mertuanya tidak nyaman melakukan wawancara. Peneliti menanyakan kenyamanan partisipan untuk menjawab pertanyaan peneliti dimana kemungkinan akan didengarkan pasien lain. Saat itu partisipan mengatakan bahwa pasien lain kemungkinan tidak mendengarkan dengan memperkecil volume suara. Gangguan wawancara muncul ketika salah satu dari keluarga pasien yang berada kira-kira 2,5 meter dari peneliti dan partisipan menanyakan tentang kedatangan peneliti. Saat itu partisipan mengatakan bahwa peneliti adalah saudaranya yang datang berkunjung. Kemudian partisipan melanjutkan wawancara. Gangguan wawancara ini juga muncul ketika salah satu dari pasien kedatangan tamu berkunjung. Saat itu pengunjung tersebut menanyakan suami partisipan tentang penyakitnya. Suami partisipan berusaha untuk menjelaskan penyakitnya dengan menggumam dan menunjuk bagian badannya yang lumpuh. Tetapi pengunjung tersebut tidak mengerti sehingga partisipan menjelaskan kembali bahwa suaminya tidak bisa berbicara setelah serangan stroke. Setelah itu wawancara dilanjutkan kembali dan suami partisipan sedang tidur. Saat wawancara ini menyangkut keluarga pihak suaminya partisipan mengelus dada dan saat partisipan bercerita tentang kondisi keuangan partisipan membungkukkan badannya, menundukkan kepala sampai meneteskan air mata. Sebelum peneliti Universitas Sumatera Utara pulang, partisipan mengatakan bahwa dia senang dengan kehadiran peneliti sehingga dia mempunyai tempat bercerita dan mencurahkan perasaannya. Peneliti pulang sekitar pukul 17.00 WIB. Sebelum peneliti pulang, peneliti meminta kesediaan partisipan untuk melakukan wawancara ulang jika masih ada data yang masih kurang. Partisipan mengatakan kesediaannya untuk melanjutkan wawancara tetapi peneliti harus menelepon terlebih dahulu sehingga partisipan dapat mengatur waktu yang nyaman untuk melakukan wawancara.

3. Data Wawancara Partisipan I a. Gambaran Stroke Suami Partisipan I