Orientasi Keagamaan Partisipan I 1. Analisa Data

Partisipan menghabiskan banyak waktu bersama suaminya tetapi partisipan mengatakan bahwa dia tidak menikmati waktu bersama dengan suaminya karena menurut partisipan kondisi suaminya yang membuat suaminya kebanyakan tidur dan partisipan tidak bisa bercerita dengan suaminya. Kondisi suami yang tidak bisa berjalan membuat partisipan suntuk. Dengan kondisi waktu senggang yang terbatas, partisipan merasa tidak puas dengan waktu senggangnya. “…Ya Awak mang selalunya sama Dia, jaga Dia, tapi ya kek gitulah Dek kami sama teruspun gaklah dibilang kami menikmati waktu berdua. Dia tidur ajanya terus, Awakpun nggak bisa cerita-cerita sama Dia…” R1.W1b.187-191hal.5. “…Ya suntuk juga Awak Dek, kapanlah maunya Dia bisa jalan, biar bisa kubawa ke kampung, pikirku gitu…” R1.W1b.194-196hal.7. “…Nggak lah Dek, gimana lagi Awak bisa puas kalo istirahat aja udah nggak cukup, kadang tidur ajapun Awak nggak bisa…” R1.W1b.198-200hal.5-6.

3. Orientasi Keagamaan

Saat ini kegiatan keagamaan partisipan mengalami perubahan. Partisipan tidak pernah ke gereja sejak suaminya stroke disebabkan oleh keadaan suaminya yang harus dijaga partisipan. Kegiatan keagamaan dilakukan partisipan dengan banyak berdoa. “…Nggak, sejak Abangmu sakit, nggak pernah aku gereja. Apalagi di rumah sakit, dia kan nggak bisa ditinggalkan.” R1.W2b.531-533 hal.14. “..Ya gitulah, banyak berdoalah awak sekarang.” R1.W2b.527-528hal.14 Dalam menghadapi masalah, partisipan biasanya bercerita dengan cara berdoa pada Tuhan. Partisipan sering berdoa untuk mengurangi beban pikirannya. Tidak jarang juga partisipan menangis sewaktu berdoa. Partisipan merasa pasrah dengan rencana Tuhan. Universitas Sumatera Utara “…Awak cuma bisa cerita sama Tuhanlah Dek …”R1.W1b.203hal.6. “…Ya jadi sering berdoalah Awak, lebih banyak berdoalah skarang ini, jadi Awak merasa bebanku lebih ringan, kadang Awak nangis kalo Awak merasa udah nggak tahan lagi, kuceritakan semua pada Tuhan. Awak pasrah aja dengan rencana Tuhan, kalo Awak apalah kan Tuhan yang atur semua ini sering berdoalah waktu ada masalah, Awak pasrahkan ajalah, kekmana rencana Tuhan pasrah aja…” R1.W1b.206-213hal.6. Partisipan merasa keadaan suaminya harus diterima. Ada saat-saat partisipan tidak menerima keadaan suaminya yang stroke. Partisipan merasa suaminya terserang stroke bukan pada saat yang tepat. Partisipan merasa akan lebih mampu menghadapi kondisi suami seandainya suami terserang stroke setelah anak- anaknya tumbuh besar tidak seperti saat ini dimana anak-anaknya masih kecil dan tidak bisa diajak bercerita. Partisipan pernah merasakan bahwa Tuhan tidak adil. Tetapi partisipan juga menyadari bahwa suaminya stroke adalah rencana Tuhan. “…Gimanalah Awak bilang ya, yah gimana ini semua rencana Tuhan Awak harus terima dengan sabar, kadang Awak masih nggak bisa terima kenapa harus sekarang ya Tuhan kubilang kekgitu, kenapa nggak waktu anak-anakku udah besar kadang Awak mikir kekgitu Dek, mungkin kalo anak-anakku udah besar, mungkin Awak ada tempat bercerita, jadi nggak kek sekarang ini disimpan- simpan terus, kadang Awak merasa Tuhan itu nggak adil, tapi kadang Awak juga merasa ini semua rencana Tuhan, …”R1.W1b 231-242hal.6-7. Bagi partisipan keadaan suaminya stroke adalah cobaaan dari Tuhan yang harus dihadapi. partisipan merasa harus menghadapi sampai partisipan merasa harus menyerah. “…Kadang Awak mikir, ini semua cobaan Tuhan harus dihadapi, Tuhan pasti memberikan cobaan sejauh kita sanggup menghadapinya, jadi Awak hadapi aja semuanya sampe Awak merasa harus menyerah…” R1.W1b.312-316hal.8 4. Resolusi Konflik Universitas Sumatera Utara Ketika merasakan ada masalah yang harus dibicarakan dengan suami, partisipan memilih untuk bercerita pada suaminya tetapi suami partisipan sering marah ketika partisipan berusaha mencurahkan perasaannya pada suami. “…Kadang kalo udah nggak tahan lagi, kubilang sama Dia, kadang Dia mau terima tapi kadang Dia juga marah sama Awak…” R1.W1b 246-248hal.7. Dalam, perkawinannya setelah suami stroke, partisipan merasakan banyak muncul masalah. Bagi partisipan masalah muncul ketika berhadapan dengan pihak keluarga suaminya. Partisipan sering merasa tersinggung dengan kata-kata keluarga suaminya, dimana menurut partisipan keluarga suaminya terlalu mencampuri urusan rumah tangganya. Apalagi setelah suaminya stroke, suami partisipan kurang mampu memahami dan mendengarkan dengan baik, sehingga partisipan harus menghadapi sendiri segala permasalahan yang muncul. “…Masalah banyak yang Awak pikirkan, namanya juga orang batak yang berkeluarga ini ya kan, keluarga ini yang jadi masalah, kakak-kakaknya, abangnya, keluarganya terlalu mengurusi keluargaku, sedikit salah ngomongnya kan tersinggung Awak, karena abang kan ga bisa ngomong, jadi smua Awaklah sendiri yang dengar semuanya apa yang dibilang bapaknya, iya-iyakan ajalah namanya juga orangtua…”R1.W1b.25-2591hal.7. Untuk mengatasi masalah yang dihadapinya partisipan biasanya berdoa pada Tuhan. Ketika partisipan ingin cerita dan menumpahkan semua bebannya partisipan memanggil adiknya untuk dijadikan tempat bercerita. Partisipan mengakui bahwa dirinya mudah menangis. “…Awak sering-sering berdoalah, sabar-sabar ajalah, pasrah aja sama Tuhan kadang kalo Awak udah nggak tahan pingin cerita, Awak panggil aja adekku yang di simalingkar datang kesini. Kalo Dia datang, kutumpahkan lah semuanya yang sesak didada susah Dek, Kakak gampang nangis...” R1.W1b.304-310hal.8. Universitas Sumatera Utara Dalam mengatasi masalah keuangan keluarga, partisipan mengharapkan mertuanya mengerti kondisi ekonomi keluarganya dengan cara memberikan kede mertuanya untuk dikelola oleh partisipan. Dengan demikian partisipan bisa merawat suaminya dirumah sekaligus juga merwat anak-anaknya, dimana sebelum suaminya stroke mertua partisipan telah berjanji akan memberikannya pada partisipan. “…Itulah yang kemarin kuceritakan samamu. Awak mengharapkan maunya mertua Awak ngertilah keadaan ekonomi kami skarang ini. Maunya dikasihnya kede itu kujaga, biar Awak bisa rawat Dia dirumah sama anak-anakku juga. Tapi sampe skarang mertua Awak blom ada bilang sama Awak. Padahal Dia udah pernah janji…”R1.W1b 340-347hal.9.

5. Manejemen Keuangan