Gambaran Gejala Fisik dan Masalah Psikologis pada Partisipan I

b. Gambaran Gejala Fisik dan Masalah Psikologis pada Partisipan I

Kondisi suami yang stroke mempengaruhi kondisi fisik dan psikologis partisipan. Partisipan selalu mengeluh dengan kondisi suaminya. Partisipan merasa kasihan melihat anak-anaknya yang tidak bisa dijaganya karena partisipan menghabiskan waktunya lebih banyak mengurus suami. Selama mengurus suami, partisipan mengalami gangguan kesehatan fisik seperti badan yang pegal-pegal ketika harus mengangkat suami sehari-hari, dimana biasanya partisipan harus mengangkat suaminya ke kamar mandi. Partisipan merasakan badannya kejang, seluruh tubuh terasa sakit, partisipan sering merasa sakit kepala, dan stress. “…Sejauh ini Awak selalunya mengeluh, pastilah mengeluh cuma ya gimanalah udah kek gini, nggak mungkin sampe stress kali Awak, Awak mau tinggalin Dia, nggak tega kasian juga Awak liat anak-anak juga nggak ada yang jaga…” R1.W1b.61-65 hal.2. “…Ya banyak, badanku pegal-pegal smua. Dulu waktu baru kena Dia kan Awak sendirilah yang angkat Dia ke kamar mandi kan harus diangkat, badannya mati, nggak bisa bergerak. “R1.W1b.85-89hal.3. “…Kakiku dulu kejang, badan Awak semua sakit nggak bisa bergerak kek mau patah di dalam, sering pening, apalagi kalo nggak ada kerjaan, jadi menghayal, kapanlah kira-kira ini sehat ya, apalah yang harus kulalukan biar ekonomi kami bisa, mau kerja, Awak mikir, kekmanalah Dia nanti, siapa yang jaga, kasian kan? gara-gara banyak pikiran, stress lah Awak, pening, pusing kepala…”R1.W1b.98- 107hal.2. Selama partisipan merawat suaminya, partisipan mengalami pengurangan berat badan dan peningkatan berat badan setelah menyadari bahwa dia harus kuat dan sehat untuk merawat anak-anaknya. Partisipan sering memikirkan keadaan yang terjadi dan masih belum bisa menerima keadaan suaminya. Tetapi partisipan menyadari bahwa keadaan suaminya adalah sesuatu yang tidak bisa dielakkan. Universitas Sumatera Utara “…Kalo sampe sakit nggak, tapi dulu aja badanku sempat kurus, dulu Awak 60 kg, sekarang udah 55 kg, itu aja karena udah naik karena kupikir toh Awak yang harus menghadapinya, Awak harus kuat, kekgitulah kalo kumaui Awak kek yang kemarin, bisa sakitlah Awak. Kekmana anak-anakku ini pikirku Dek..” R1.W1b.93-99hal.4. “…Terkadang Awak pikirkan kok bisa kekginilah nasib Awak, mana bisa dielakkan lagi udah kekgini, terpaksa lah Awak terima..” R1.W1b.102- 104hal.4. Kondisi suami yang stroke membuat partisipan merasa tidak sanggup menghadapi keadaan suaminya, partisipan mengalami stress pikiran, dan merasa tidak tenang dalam menghadapi suaminya yang sakit. Suami partisipan semakin sering marah-marah, cepat tersinggung dan hal ini mempengaruhi perasaan partisipan. “….Gimanalah kubilang, merasa tidak sangguplah menghadapi, sering suntuk, banyak pikiran, nggak tenang, kekmanalah menghadapi orang sakit ya kan..” R1.W1b.39-42 hal.2. “…Kadang nggak bisa terima juga Awak Dek, kenapalah harus Awak ya Tuhan, apa salahku kekgitulah Awak mikir..” R1.W1b.279-280hal.7. “…Sejak abangmu sakit Dia jadi lebih sering suka marah-marah, cepat tersinggung, merasa tidak diperhatikan, murah sakit hati, maunya dimanjaaaa aja trus, pusinglah pokokny Dek…” R1.W1b.55-59hal.2. Selama merawat suaminya, partisipan berusaha melakukannya sendiri dan berusaha untuk tidak meminta pertolongan orang lain. Partisipan merasa tidak enak ketika harus meminta pertolongan keponakannya untuk mengangkat suaminya ke kamar mandi, sehingga partisipan berdoa kepada Tuhan supaya suaminya bisa dia papah sendiri sehingga partisipan tidak akan merepotkan orang lain. Setelah dicoba dan ternyata bisa, partisipan bersyukur bisa mengangkat suaminya sendirian. “…Awak minta tolonglah sama ponakan tapi kadang nggak enak juga Awak minta tolong trus itulah yang terpendam dihatiku berdoa Awak, Tuhan bisalah maunya Dia jalan, biar Awak bisa angkat sendiri. Kucoba kupapah ternyata bisa, Universitas Sumatera Utara jadi Awak sendiri aja ngangkatnya. Makasih ya Tuhan kubilang…”” R1.W1b.90-98hal.3. “…Awak bersyukur Dek masih bisa meminta pada Tuhan Kakak senang bisa menumpahkan semua yang sesak di dada ini pada Tuhan, Dia juga mau mendengarkanku, membantuku, kekdulu waktu abangmu baru sakit, Awak berdoa supaya maunya Dia bisa jalan, supaya Awak bisa memapahnya sendiri dari kamar mandi, jadi Awak nggak harus minta bantuan sama orang lain, ternyata nggak lama setelah Awak berdoa, Dia udah mulai bisa kupapah sendirian. mertua Awak juga sampe heran melihat Awak sendiri mengangkat abangmu ke kamar mandi Awak bersyukur sekali pada Tuhan, Terima kasih ya Tuhan kubilang gitu dalam doa Awak…” R1.W1b.216-227hal.6

c. Gambaran Kepuasan Perkawinan Partisipan I