Perubahan Penggunaan dan Penutupan Lahan

Bentuk DAS yang memanjang dan sempit cenderung menurunkan laju aliran permukaan daripada DAS berbentuk melebar walaupun luas keseluruhan dari dua DAS tersebut sama. Kerapatan daerah aliran drainase juga merupakan faktor penting dalam menetukan kecepatan aliran permukaan. Semakin tinggi kerapatan daerah aliran, semakin besar kecepatan aliran permukaan untuk curah hujan yang sama. Pegaruh vegetasi terhadap aliran permukaan dapat diterangkan bahwa vegetasi dapat memperlambat jalannya aliran permukaan dan memperbesar jumlah air yang tertahan di dalam permukaan tanah, dan dengan demikian, menurunkan laju aliran permukaan.

2.2.3 Koefisien Aliran Permukaan

Koefisien aliran permukaan C adalah bilangan yang menunjukkan perbandingan antara besarnya aliran permukaan terhadap besarnya curah hujan. Misalnya C untuk hutan adalah 0,10, artinya 10 persen dari total curah hujan akan menjadi aliran permukaan. Secara matematis, koefisien aliran permukaan dapat dijabarkan sebagai berikut C = aliran permukaan mmcurah hujanmm Angka koefisien aliran permukaan ini merupakan salah satu indikator untuk menentukan apakah suatu DAS telah mengalami gangguan. Nilai C yang besar menunjukkan bahwa lebih banyak air hujan yang menjadi aliran permukaan. Hal ini kurang menguntungkan dari segi konservasi sumberdaya air karena besarnya air yang akan menjadi air tanah berkurang. Kerugian lainnya adalah ancaman terjadinya erosi dan banjir menjadi lebih besar. Angka C berkisar antara 0 hingga 1. Angka 0 menunjukkan bahwa semua air hujan terdistribusi menjadi air infiltrasi. Sedangkan angka 1 menunjukkan bahwa semua air hujan mengalir sebagai aliran permukaan. Di lapangan, angka koefisien aliran permukaan biasanya lebih besar dair 0 dan lebih kecil dari 1 Asdak, 2007.

2.3 Perubahan Penggunaan dan Penutupan Lahan

Istilah penggunaan lahan dan penutupan lahan dapat memiliki pengertian yang sama untuk hal-hal tertentu, namun sebenarnya mengandung penekanan yang berbeda. Penutupan lahan berkaitan dengan jenis kenampakan yang ada di permukaan bumi. Sedangkan penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang lahan tertentu Lillesand dan Kiefer, 1997 dalam Janudianto, 2004. Penggunaan lahan juga diartikan sebagai bentuk intervensi manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik materil maupun spiritual Arsyad, 2000. Penggunaan lahan dikelompokkan ka dalam dua golongan besar yaitu penggunaan lahan pertanian tegalan, sawah, kebun, hutan lindung dan sebagainya dan penggunaan lahan bukan pertanian permukiman, industri, rekreasi, pertambangan dan sebagainya. Menurut Vink 1975 dalam Sudadi et al, 1991, perubahan atau perkembangan penggunaan dan penutupan lahan dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor alami seperti iklim, topografi, tanah atau bencana alam dan faktor manusia berupa aktivitas manusia pada sebidang lahan. Faktor manusia dirasakan berpengaruh lebih dominan dibandingkan dengan faktor alam karena sebagian besar perubahan penggunaan lahan disebabkan oleh aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhannya pada sebidang lahan yang spesifik. Leopold dan Dunne 1978 dalam Sudadi et al, 1991 menyatakan bahwa secara umum, perubahan penggunaan lahan pada DAS akan merubah: 1 karakteristik aliran sungai, 2 total aliran permukaan, 3 kualitas air dan 4 sifat hidrologi DAS. Menurut Viessman et al 1977, dalam Sudadi et al, 1991, Perubahan penutupan lahan memberikan pengaruh yang bervariasi terhadap aliran sungai dan karakteristik aliran permukaan suatu DAS. Perubahan penutupan lahan akan mempengaruhi kapasitas infiltrasi tanah dan perubahan penggunaan lahan yang merubah sifat atau ciri vegetasi dapat memberikan dampak penting terhadap waktu dan volume aliran. Lebih lanjut dinyatakan bahwa perubahan penggunaan lahan dapat meningkatkan atau menurunkan volume aliran permukaan serta laju maksimum dan waktu aliran suatu DAS.

2.4 Ruang Terbuka Hijau