Namun, seiring dengan perkembangannya, kawasan hulu DAS Ciliwung semakin mengalami peningkatan jumlah penduduk yang berimbas kepada
perubahan lanskap dengan bergesernya pemanfaatan ruang di dalamnya. Jumlah penduduk di kawasan hulu DAS Ciliwung menurut Badan Pusat Statistik BPS
Kabupaten Bogor dan Kota Bogor pada tahun 2008 adalah 240.685 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 2,91 per tahun. Jumlah penduduk yang
terus bertambah sedangkan luas lahan tetap menyebabkan penduduk terpaksa melakukan alih guna lahan. Beberapa kawasan yang seharusnya menjadi daerah
resapan air telah beralih fungsi menjadi ruang terbangun sehingga fungsi hidrologi wilayah ini semakin menurun yang dicerminkan dalam kemampuan lahan dalam
meresapkan curah hujan cenderung semakin menurun. Oleh karena itu, studi pada lanskap kawasan hulu DAS Ciliwung perlu dilakukan untuk mengetahui pengaruh
pertumbuhan penduduk terhadap perubahan pemanfaatan ruang dan koefisien aliran permukaan serta kemungkinan proyeksinya pada masa yang akan datang
sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan pengembangan kawasan.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah a.
menganalisis pengaruh petumbuhan penduduk terhadap perubahan lanskap di kawasan hulu DAS Ciliwung, dan
b. membuat model simulasi untuk kondisi 25 tahun ke depan sebagai dasar
dalam menyusun rekomendasi kebijakan.
1.3 Manfaat
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi pemerintah daerah setempat dan pihak-pihak terkait dalam mengembangkan
kawasan hulu DAS Ciliwung.
1.4 Kerangka Pikir Penelitian
Kawasan hulu DAS Ciiliwung merupakan daerah resapan air. Sebagai suatu ekosistem, kawasan ini terdiri dari aspek fisik berupa lahan dan aspek sosial
berupa penduduk. Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan kebutuhan lahan
untuk dijadikan ruang terbangun semakin meningkat, sementara luas lahan terbatas. Sehingga terjadi konversi lahan RTH menjadi ruang terbangun.
Penurunan luas RTH kemudian mempengaruhi jumlah aliran permukaan di kawasan ini. Oleh karena itu dilakukan analisis hubungan antara jumlah
penduduk, penutupan lahan dan aliran permukaan dengan pendekatan sistem dinamik dan selanjutnya dilakukan simulasi pemodelan. Hasil simulasi pemodelan
digunakan sebagai dasar dalam menyusun rekomendasi alternatif kebijakan. Kerangka pikir penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Kawasan hulu DAS Ciliwung
Penetapan hulu DAS Ciliwung sebagai daerah resapan air
Aspek fisik
Terjadi perubahan penggunaan ruang
Aliran permukaan meningkat
Analisis hubungan dan pemodelan
Rekomendasi kebijakan
Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian
Lahan
Keterbatasan Lahan Aspek Sosial
Penduduk Peningkatan Jumlah
Penduduk Kebutuhan lahan
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Daerah Aliran Sungai
Daerah Aliran Sungai DAS adalah suatu daerah tertentu yang bentuk dan sifat alamnya sedemikian rupa, sehingga merupakan kesatuan dengan sungai dan
anak sungai yang melaluinya dengan fungsi untuk menampung air yang berasal dari curah hujan dan sumber air lainnya. Penyimpanan serta pengalirannya
dihimpun dan ditata berdasarkan hukum alam sekelilingnya dengan keseimbangan daerah tersebut PP Nomor 331970 dalam Departemen Kehutanan, 1997.
Sementara menurut Seyhan 1990, DAS adalah suatu wilayah daratan yang dibatasi oleh batas alam berupa topografi yang berfungsi untuk menampung,
menyimpan dan mengalirkan air yang diterima ke sistem sungai terdekat dan selanjutnya bermuara di waduk, danau atau laut. Suatu DAS yang sangat luas
umumnya terdiri dari beberapa Sub DAS, dan Sub DAS dapat terdiri dari beberapa Sub-sub DAS. Sub DAS adalah bagian DAS yang menerima air hujan
dan mengalirkannya melalui anak sungai utama. Soerjono
1978 dalam Wulandari, 2008 menjelaskan bahwa DAS
merupakan ekosistem yang di dalamnya terjadi interaksi antara faktor-faktor fisik tanah dan iklim dan faktor biotik vegetasi. Interaksi ini dinyatakan dalam
bentuk keseimbangan input dan output air serta hasil sedimen yang dikeluarkannya yang mencirikan keadaan hidrologi ekosistem tersebut. Dalam
mempelajari ekosistemnya, suatu DAS biasanya dibagi menjadi daerah hulu, tengah dan hilir Asdak, 2007. Secara biogeofisik, daerah hulu DAS dicirikan
oleh hal-hal berikut: merupakan daerah konservasi, mempunyai kerapatan drainase lebih tinggi, merupakan daerah dengan kemiringan lereng besar lebih
dari 15, bukan merupakan daerah banjir, pengaturan pemakaian air ditentukan oleh pola drainase dan jenis vegetasi umumnya tegakan hutan. Sementara daerah
hilir DAS dicirikan oleh hal-hal berikut: merupakan daerah pemanfaatan, kerapatan drainase lebih kecil, merupakan daerah dengan kemiringan lereng kecil
sampai dengan sangat kecil kurang dari 8, pada beberapa tempat merupakan daerah banjir genangan, pengaturan pemakaian air ditentukan oleh bangunan
irigasi dan jenis vegetasi didominasi tanaman pertanian kecuali daerah estuaria
yang didominasi hutan bakaugambut. Ekosistem DAS hulu merupakan bagian yang penting karena mempunyai fungsi perlindungan tata air terhadap seluruh
bagian DAS. Suatu DAS memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Karakteristik DAS
meliputi beberapa variabel yang dapat diperoleh melalui pengukuran langsung, data sekunder, peta, dan data penginderaan jauh remote sensing. Seyhan 1990
menyatakan bahwa karakteristik DAS dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu 1 faktor lahan, yeng meliputi topografi, tanah, geologi, dan geomorfologi, serta
2 faktor vegetasi dan penggunaan lahan.
2.2 Siklus Hidrologi DAS