Curah Hujan Siklus Hidrologi DAS

intersepsi dan transpirasi dapat dilihat dari asal air yang diuapkan ke atmosfer. Apabila air yang diuapkan berasal dari hujan yang jatuh di atas tajuk tersebut, maka proses penguapannya disebut intersepsi sedangkan jika air yang diuapkan berasal dari dalam tanah melalui aktivitas fisiologi tanaman, maka proses penguapannya disebut transpirasi. Dengan kata lain, intersepsi terjadi selama dan segera setelah berlangsungnya hujan sementara proses transpirasi berlangsung ketika tidak ada hujan. Gabungan proses evaporasi dan transpirasi disebut evapotranspirasi.

2.2.1 Curah Hujan

Presipitasi adalah curahan atau jatuhnya air dari atmosfer ke permukaan bumi dan laut dalam bentuk yang berbeda, yaitu curah hujan di daerah tropis dan curah hujan serta salju di daerah beriklim sedang Asdak, 2007. Mengingat bahwa di daerah beriklim tropis presipitasi hanya ditemui dalam bentuk curah hujan, maka presipitasi dalam konteks daerah tropis adalah sama dengan curah hujan. Presipitasi adalah faktor utama yang mengendalikan proses siklus hidrologi di suatu DAS. Secara ringkas dan sederhana, terjadinya hujan terutama karena adanya perpindahan massa air basah ke tempat yang lebih tinggi sebagai respon adanya beda tekanan udara antara dua tempat yang berbeda ketinggiannya. Di tempat tersebut, karena adanya akumulasi uap air pada suhu yang rendah maka terjadilah proses kondensasi, dan pada gilirannya massa air basah tersebut jatuh sebagai air hujan. Besarnya curah hujan adalah volume air yang jatuh pada suatu areal tertentu, diukur dengan menggunakan alat penakar curah hujan yang umumnya terdiri atas dua jenis yaitu alat penakar curah hujan otomatis dan alat penakar hujan tidak otomatis. Besaran curah hujan dapat dinyatakan dalam meter kubik m 3 per satuan luas atau secara lebih umum dinyatakan dalam tinggi air mm. Besarnya curah hujan dapat dimaksudkan untuk satu kali hujan atau untuk masa tertentu seperti per hari, per bulan, per musim atau per tahun Arsyad, 2000. Sistem jaringan kerja alat penakar hujan harus direncanakan sesuai dengan keperluan pemanfaatan data curah hujan yang akan dikumpulkan. Lokasi penempatan alat ukur harus mampu mewakili informasi daerah cakupannya. Sebagai aturan umum, disarankan bahwa satu alat penakar hujan untuk daerah kepulauan kecil seluas lebih kurang 25 km² dengan pola curah hujan tidak teratur dianggap cukup memadai. Sementara untuk daerah bergunung-gunung, satu alat penakar curah hujan untuk wilayah seluas 100-250 km². Apabila daerah kajian merupakan daerah dengan topografi relatif datar, maka satu alat penakar curah hujan dapat mewakili daerah seluas 600-900 km² WMO, 1981 dalam Asdak, 2007.

2.2.2 Aliran Permukaan