sawahtegalan dan ruang terbangun. Area lain yang mengalami penurunan luas adalah lahan sawahtegalan sebesar 169,29 Ha atau 1,11 dari total luas yang
terkonversi menjadi lahan terbuka, kebun campuran, kebun teh dan ruang terbangun.
Periode tahun 2005-2010, area ruang terbangun masih terus mengalami peningkatan luas sebesar 412,22 Ha atau 2,72 dari total luas daerah penelitian
yang merupakan hasil konversi dari kebun campuran, kebun teh, lahan terbuka dan sawahtegalan. Selain ruang terbangun, tipe penutupan lahan lain yang
mengalami peningkatan luas adalah kebun campuran yaitu sebesar 94,33 Ha atau 0,62 yang merupakan hasil konversi dari kebun teh, lahan terbuka, ruang
terbangun dan sawahtegalan. Pada periode ini sejumlah area penutupan lahan mengalami penurunan luas,
diantaranya adalah hutan, kebun teh, lahan terbuka dan sawahtegalan. Luas hutan berkurang sebesar 28,85 Ha atau 0,2 dari total luas yang terkonversi menjadi
kebun teh dan kebun campuran. Kebun teh mengalami penurunan luas sebesar 89,37 Ha atau 0,58 dari total luas keseluruhan yang terkonversi menjadi kebun
campuran, sawahtegalan dan ruang terbangun. Lahan terbuka mengalami penurunan sebesar 8,62 Ha atau 0,06 yang terkonversi menjadi kebun
campuran, ruang terbangun dan sawahtegalan. Sementara sawahtegalan juga mengalami penurunan luas sebesar 379,7 Ha atau 2,5 dari total luas wilayah
DAS Hulu Ciliwung, terkonversi menjadi ruang terbangun, kebun campuran dan kebun teh.
5.1.5 Pengaruh Tipe Penutupan Lahan Terhadap Fungsi Hidrologi
DAS merupakan suatu sistem yang di dalamnya terjadi interaksi antara komponen penyusunnya. Curah hujan dan tipe penutupan lahan sebagai salah satu
komponen penyusun sistem DAS pada akhirnya akan mempengaruhi karakteristik aliran sungai. Salah satu karakteristik aliran sungai yang dapat mengalami
perubahan adalah debit aliran sungai yang merupakan akumulasi dari aliran permukaan di seluruh areal DAS. Vegetasi penutup dan tipe penutupan lahan
mempengaruhi besarnya aliran permukaan karena memiliki fungsi konservasi air yang berbeda-beda. Oleh karena itu, adanya konversi penutupan lahan akan
berdampak pada perubahan aliran permukaan.
Kebun campuran merupakan lahan yang ditanami berbagai jenis tanaman baik tanaman tahunan, buah-buahan maupun tanaman semusim secara bersama-
sama. Kebun campuran memiliki kondisi penutupan tanah yang rapat sehingga butiran air hujan tidak langsung mengenai permukaan tanah. Kerapatan tanaman
mampu mengurangi laju aliran permukaan. Tanaman tahunan mempuyai luas penutupan daun yang relatif lebih besar dalam menahan energi kinetik air hujan,
sehingga air yang sampai ke tanah dalam bentuk aliran batang stemflow dan aliran tembus throughfall tidak menghasilkan dampak erosi yang begitu besar.
Sedangkan tanaman semusim atau tanaman bawah mampu memberikan efek penutupan dan perlindungan tanah dari butiran hujan yang mempunyai energi
perusak. Penggabungan keduanya dapat memberi keuntungan ganda baik dari tanaman tahunan maupun tanaman semusim atau tanaman bawah.
Gambar 17 Tipe Penutupan Lahan Kebun Campuran Lahan sawah pada kawasan ini umumnya dalam keadaan jenuh air Gambar
18 sehingga jika terjadi hujan maka air hujan tersebut hampir seluruhnya akan menjadi aliran permukaan dan debit aliran sungai dengan cepat dapat meningkat.
Areal tegalan memiliki tajuk tanaman semusim yang sempit sehingga membuat kemampuannya untuk mengintersepsi air rendah. Selain itu, sistem perakaran
tanaman semusim yang dangkal dan terbatas tidak mampu menahan air dalam jumlah besar, sehingga menyebabkan sebagian besar jumlah air hujan yang jatuh
di atasnya akan mengalir di permukaan tanah dan masuk ke dalam sungai. Kelebihan air hujan yang menjadi aliran permukaan pada areal tegalan ini akan
mengalir dengan cepat karena kurangnya hambatan dari semak atau sisa-sisa tanaman. Secara umum sebagian besar lahan sawahtegalan di kawasan ini telah
diteras Gambar 19 sehingga air hujan yang jatuh akan tertahan dan tergenang pada bidang teras dan secara perlahan-lahan air akan terinfiltrasi dalam waktu
yang lama.
Gambar 18 Kondisi Lahan Sawah yang Jenuh Air
Gambar 19 Lahan Sawah yang Berteras-teras Kebun Teh juga memiliki tajuk tanaman semusim yang sempit sehingga
membuat kemampuannya untuk mengintersepsi air rendah. Sistem perakaran tanaman teh dangkal dan terbatas sehingga tidak mampu menahan air dalam
jumlah besar. Perakaran teh yang hanya satu lapis dari vegetasi homogen tumbuhan teh sulit menahan lapisan tanah sehingga potensi terjadinya longsor
cukup besar Gambar 20. Namun pada beberapa tempat, terdapat pohon yang ditanam diatasnya agar sistem perakaran di dalam tanah tersusun berlapis-lapis
heterogen sehingga lebih kuat mencengkeram tanah dan dapat menangkap air hujan dalam jumlah yang lebih besar Gambar 21.
Gambar 20 Lahan Kebun Teh dengan Perakaran Homogen
Gambar 21 Lahan Kebun Teh dengan Perakaran Homogen Hutan pada kawasan ini merupakan hutan lindung dan sebagian merupakan
hutan produksi. Dengan adanya hutan, air hujan yang jatuh akan diterima dahulu oleh tajuk hutan sebelum jatuh pada lahan hutan sehingga volume air hujan yang
jatuh akan berkurang dan potensinya untuk menjadi aliran permukaan memerlukan waktu yang relatif lama. Selain itu air hujan yang jatuh pada lahan
tersebut akan mengalami infiltrasi dan perkolasi. Permukaan tanah pada lahan hutan tertutup oleh serasah dan humus yang membuat tanah menjadi gembur
sehingga air dengan mudah meresap ke dalam tanah dan mengisi persediaan air tanah. Dengan demikian, vegetasi hutan dapat menyimpan air dan melepaskan air
tersebut ke sungai lebih terkendali di musim kering dibandingkan wilayah yang tidak berhutan.
Gambar 22 Tipe penutupan Lahan Hutan Pada lahan terbuka, tidak adanya vegetasi penutup membuat curah hujan
seluruhnya akan langsung jatuh ke permukaan tanah. Karena tidak adanya sistem perakaran maka sebagian besar curah hujan akan langsung menjadi aliran
permukaan. Pada sebagian areal memiliki vegetasi penutup berupa rumput ataupun semak. Namun, sistem perakaran yang dangkal tidak mampu menahan air
dalam jumlah besar.
Gambar 23 Tipe Penutupan Lahan Terbuka Area ruang terbangun berupa pemukiman, jalan dan infrastruktur lain
umumnya memiliki perkerasan yang menutupi permukaan tanah sehingga curah hujan yang jatuh seluruhnya akan menjadi aliran permukaan yang melalui sistem
drainase dan selanjutnya mengalir ke sungai. Ruang terbangun berpengaruh besar terhadap jumlah aliran permukaan pada kawasan hulu DAS Ciliwung ini.
Keberadaan pemukiman pada daerah bantaran sungai akan meningkatkan potensi terjadinya erosi yang dapat menyebabkan pendangkalan pada dasar sungai
Gambar 24.
Gambar 24 Pemukiman pada Bantaran Sungai
5.1.6 Penghitungan Komponen Hidrologi