permukaan bumi. Sedangkan penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang lahan tertentu Lillesand dan Kiefer, 1997 dalam Janudianto,
2004. Penggunaan lahan juga diartikan sebagai bentuk intervensi manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik materil maupun
spiritual Arsyad, 2000. Penggunaan lahan dikelompokkan ka dalam dua golongan besar yaitu penggunaan lahan pertanian tegalan, sawah, kebun, hutan
lindung dan sebagainya dan penggunaan lahan bukan pertanian permukiman, industri, rekreasi, pertambangan dan sebagainya.
Menurut Vink 1975 dalam Sudadi et al, 1991, perubahan atau perkembangan penggunaan dan penutupan lahan dipengaruhi oleh dua faktor
utama, yaitu faktor alami seperti iklim, topografi, tanah atau bencana alam dan faktor manusia berupa aktivitas manusia pada sebidang lahan. Faktor manusia
dirasakan berpengaruh lebih dominan dibandingkan dengan faktor alam karena sebagian besar perubahan penggunaan lahan disebabkan oleh aktivitas manusia
dalam memenuhi kebutuhannya pada sebidang lahan yang spesifik. Leopold dan Dunne 1978 dalam Sudadi et al, 1991 menyatakan bahwa
secara umum, perubahan penggunaan lahan pada DAS akan merubah: 1 karakteristik aliran sungai, 2 total aliran permukaan, 3 kualitas air dan 4 sifat
hidrologi DAS. Menurut Viessman et al 1977, dalam Sudadi et al, 1991, Perubahan
penutupan lahan memberikan pengaruh yang bervariasi terhadap aliran sungai dan karakteristik aliran permukaan suatu DAS. Perubahan penutupan lahan akan
mempengaruhi kapasitas infiltrasi tanah dan perubahan penggunaan lahan yang merubah sifat atau ciri vegetasi dapat memberikan dampak penting terhadap
waktu dan volume aliran. Lebih lanjut dinyatakan bahwa perubahan penggunaan lahan dapat meningkatkan atau menurunkan volume aliran permukaan serta laju
maksimum dan waktu aliran suatu DAS.
2.4 Ruang Terbuka Hijau
Ruang merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Menurut Tarigan 2006, ruang adalah tempat untuk suatu
bendakegiatan atau apabila kosong dapat diisi dengan suatu bendakegiatan.
Sedangkan menurut Hakim dan Utomo 2003, dalam Permata, 2010, ruang dibentuk oleh tiga komponen yaitu lantai, dinding dan atap. Ruang disini dapat
berupa ruang dalam atau ruang luar, yang mana ruang dalam dibatasi oleh suatu alas, dinding atau tembok dan atap. Sedangkan ruang luar dibatasi oleh alas
berupa hamparan tanah, dinding dapat berupa tegakan pohon atau dinding maya dan atapnya dapat berupa kanopi pohon atau langit.
Ruang Terbuka Hijau RTH suatu kota adalah ruang-ruang terbuka open spaces di berbagai tempat di suatu wilayah perkotaan yang secara optimal
digunakan sebagai daerah penghijauan dan berfungsi, baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk kehidupan dan kesejahteraan manusia Nurisjah,
1997. Menurut Danoedjo 1990, RTH dapat berupa lahan dengan kepadatan bangunan sangat rendah. Ruang terbuka ini dapat berupa lahan kosong tanpa
perkerasan, lahan dengan tanaman dan sebagainya. Pengadaan RTH dalam bentuk-bentuk di atas dimaksudkan agar air hujan dapat meresap ke dalam tanah
mengalami infiltrasi.
2.5 Model
Suatu sistem terdiri atas elemen-elemen yang saling tergantung satu sama lain dan bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Proses bekerjanya sangat
kompleks sehingga untuk melihat bekerjanya hubungan ini dalam keadaan yang sebenarnya adalah mustahil. Oleh karena itu, hubungan tersebut perlu
disederhanakan dengan jalan merangkum ke dalam suatu bentuk tertentu yang disebut model Gaspersz, 1990.
Model bisa diartikan sebagai penggambaran sesuatu sehingga kita menjadi lebih jelas memahaminya. Model dapat digambarkan dengan diagram dua
dimensi, misalnya diagram rantai makanan atau siklus air atau miniatur tiga dimensi seperti maket ataupun model matematika Teknik Lingkungan ITB, 2007
dalam Permata, 2010. Selanjutnya menurut Hartisari 2007, model disusun dan digunakan untuk memudahkan dalam pengkajian sistem karena sulit dan hampir
tidak mungkin untuk bekerja dalam keadaan sebenarnya. Oleh sebab itu, model hanya memperhitugkan beberapa faktor dalam sistem, dalam rangka mencapai
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Menurut Suwarto 2006, dalam Permata, 2010, model didefinisikan sebagai suatu perwakilan atau abstraksi dari sebuah objek atau situasi aktual. Model
memperlihatkan hubungan-hubungan langsung maupun tidak langsung serta kaitan timbal balik dalam istilah sebab-akibat. Jadi, model adalah suatu
penyederhanaan dari suatu realitas yang kompleks. Model dikatakan lengkap apabila dapat mewakili berbagai aspek dari realitas yang sedang dikaji. Menurut
Hartisari 2007, model disusun untuk beberapa tujuan yaitu pemahaman proses yang terjadi dalam sistem, prediksi, serta menunjang pengambilan keputusan.
Berdasarkan acuan waktu, model dapat digolongkan menjadi model statik dan model dinamik. Model statik adalah model yang mengabaikan pengaruh
waktu. Biasanya model ini menggambarkan sistem dalam bentuk persamaan matematika. Untuk memperoleh hasil, perhitungan dilakukan cukup satu kali saja
dan variabel yang digunakan dalam persamaan merupakan nilai rata-rata. Model dinamik menempatkan waktu sebagai variabel bebas, sehingga model jenis ini
menggambarkan dinamika suatu sistem sebagai fungsi dari waktu. Untuk memperoleh hasil, perhitungan dilakukan secara berulang-ulang iterasi hingga
tercapai nilai kesalahan error yang minimal Teknik Lingkungan ITB, 2007 dalam Permata, 2010. Menurut Suwarto 2006, dalam Pemata, 2010, model
dinamika lebih sulit dan mahal pembuatannya, namun memberikan kekuatan yang lebih tinggi pada analisis dunia nyata.
2.6 Sistem Dinamik