memperhatikan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh tiap- tiap siswa tidak hanya memberikan perhatian lebih pada
siswa yang pandai. Tidak memarahi atau mempermalukan siswa bila tidak bisa mengerjakan suatu soal, atau siswa
yang bertanya dan sebagainya. Relasi yang kurang baik antara guru dan siswa akan mengurangi minat siswa dalam
belajar. d
Disiplin sekolah Peraturan dan tata tertib sekolah memiliki tujuan agar para
siswa dan guru menjadi disiplin. Tingkat kedisiplinan yang tinggi dapat menunjang para siswa untuk berprestasi lebih
baik.
B. Sikap Siswa Terhadap Pelajaran Akuntansi
Sikap selalu berkenaan dengan suatu obyek, dan sikap terhadap suatu obyek ini disertai dengan perasaan positif atau negatif. Orang mempunyai sikap
positif terhadap suatu obyek yang dipandang bernilai baginya, dan orang akan bersikap negatif terhadap obyek yang dianggapnya tidak bernilai atau
merugikannya. Ada hubungan yang erat antara perasaan siswa dan sikap siswa terhadap
pengalaman belajar di sekolah, baik terhadap seluruh atau salah satu mata pelajaran tertentu. Perasaan siswa yang satu dengan yang lain berbeda-beda,
sehingga sikap mereka pun akan berbeda-beda terhadap suatu obyek.
Menurut Winkel, sikap adalah kecenderungan dalam subyek untuk menerima atau menolak suatu obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek itu
sebagai obyek yang berharga atau tidak berharga Winkel, 1983:30. Menurut Bruno 1987, sikap adalah kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi
dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu Muhibbin, 1995:120.
Sikap mengandung tiga komponen Azwar, 1988:17-22, yaitu: 1.
Komponen kognitif Komponen kognitif memuat kepercayaan seseorang mengenai apa yang
berlaku atau apa yang benar bagi obyek sikap. Kepercayaan tersebut datang dari apa yang telah dilihat atau diketahuinya. Berdasarkan apa yang telah
dilihatnya itu kemudian terbentuk suatu ide atau gagasan mengenai sifat atau karakteristik umum suatu obyek. Seringkali kepercayaan itu dapat terbentuk
justru dikarenakan kurang atau tidak adanya informasi yang benar mengenai obyek yang dihadapinya. Dalam belajar akuntansi, komponen kognitif berupa
apa yang dipikirkan, digagaskan, dan dipercayai oleh pemilik sikap mengenai akuntansi.
2. Komponen afektif
Komponen afektif menunjukkan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu. Reaksi emosional yang merupakan komponen afektif ini banyak
dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa yang kita percayai sebagai benar bagi obyek termaksud. Dalam belajar akuntansi, komponen afektif berupa apa yang
dirasakan oleh pemilik sikap dalam emosinya terhadap akuntansi.
3. Komponen konatif perilaku
Komponen konatif menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang
dihadapinya. Dalam akuntansi, komponen konatif berupa kesediaan bertingkah laku atau kecenderungan berbuat terhadap akuntansi.
Faktor-faktor yang membentuk sikap Slameto, 1988:192 antara lain: 1.
Pengalaman Pengalaman yang berulang-ulang, atau dapat pula pengalaman yang disertai
perasaan yang mendalam traumatis. 2.
Informasi mengenai obyek Informasi buruk yang diterima mengenai akuntansi akan menyebabkan siswa
tidak menyukai akuntansi dan hal ini akan menimbulkan sikap negatif pada diri siswa. Sikap negatif terhadap akuntansi terutama ditemui pada siswa yang
sering mengalami kekecewaan terhadap akuntansi. 3.
Imitasi atau peniruan Peniruan adalah suatu proses di mana siswa mempunyai minat dan rasa kagum
terhadap model yang hendak ditiru. Peniruan akan terjadi lebih lancar dan lebih kuat apabila dilakukan secara kolektif daripada perorangan.
4. Sugesti
Di sini siswa membentuk suatu sikap terhadap akuntansi tanpa suatu alasan dan pemikiran yang jelas, tetapi semata-mata karena pengaruh yang datang
dari seseorang atau ada sesuatu yang sangat menarik dalam pandangannya.
5. Identifikasi
Di sini siswa meniru orang lain yang didasari oleh suatu keterikatan emosional. Meniru di sini lebih banyak dalam arti berusaha menyamai orang
lain. Sebagai contoh: seorang anak yang ingin meniru ayahnya yang seorang ahli akuntansi, atau seorang siswa yang ingin meniru kepintaran gurunya
dalam memecahkan soal-soal akuntansi, dan lain-lain. Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan sikap siswa terhadap
pelajaran akuntansi adalah kecenderungan untuk menerima atau menolak berbagai kegiatan yang berkaitan dengan akuntansi. Kecenderungan tersebut dapat terlihat
dari keinginannya untuk tahu atau belajar lebih banyak, dari kemauannya untuk lebih terlibat atau melibatkan diri dalam belajar akuntansi. Semakin siswa
bersedia untuk banyak melibatkan diri dalam berbagai kegiatan akuntansi berarti semakin positif sikapnya, semakin siswa enggan untuk melibatkan diri dalam
berbagai kegiatan akuntansi berarti semakin negatif sikapnya.
C. Kebiasaan Siswa Dalam Belajar Akuntansi