pendapatan jasa simpan pinjam, pendapatan dana pembinaan, dan pendapatan potongan administrasi pada tahun 2012 sampai tahun
2013 seperti nampak pada lampiran 2 halaman 183-184.
b. Rasio Beban Usaha Terhadap SHU Kotor
Penilaian Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur besarnya beban usaha dibandingkan dengan besarnya SHU kotor.
Berdasarkan tabel 5.8 halaman 87, dapat diketahui bahwa rasio ini menunjukkan hasil sebesar 1.532,6 pada tahun 2010. Hal ini
menunjukkan kondisi yang tidak baik, karena Rp 100 SHU kotor menjamin beban usaha sebesar Rp 1.532,6. Skor yang diperoleh
dari rasio beban usaha terhadap SHU kotor tahun 2010 adalah 1 karena hasil 1.532,6 berada pada rentang 80. Pada tahun
2011 rasio ini menunjukkan hasil sebesar 417,1. Hal ini menunjukkan kondisi yang tidak baik, karena setiap Rp 100 SHU
kotor menjamin beban usaha sebesar Rp 417,1. Skor yang diperoleh dari rasio beban usaha terhadap SHU kotor tahun 2011
adalah 1 karena hasil 417,1 berada pada rentang 80. Pada tahun 2012 rasio ini menunjukkan hasil sebesar 819,6. Hal ini
merupakan kondisi yang tidak baik, karena setiap Rp 100 SHU kotor menjamin beban usaha sebesar Rp 819,6. Skor yang
diperoleh dari rasio beban usaha terhadap SHU kotor tahun 2012 adalah 1 karena hasil 819,6 berada pada rentang 80. Pada
tahun 2013 rasio ini menunjukkan hasil sebesar 1.075,9. Hal ini
merupakan kondisi yang tidak baik, karena setiap Rp 100 SHU kotor menjamin beban usaha sebesar Rp 1.075,9. Skor yang
diperoleh dari rasio beban usaha terhadap SHU kotor tahun 2013 adalah 1 karena hasil 1.075,9 berada pada rentang 80. Pada
tahun 2014 rasio ini menunjukkan hasil sebesar 738,9. Hal ini merupakan kondisi yang tidak baik, karena setiap Rp 100 SHU
kotor menjamin beban usaha sebesar Rp 738,9. Skor yang diperoleh dari rasio beban usaha terhadap SHU kotor tahun 2014
adalah 1 karena hasil 738,9 berada pada rentang 80. Berdasarkan grafik 5.7 halaman 89 dapat pula diketahui
bahwa kemampuan SHU kotor dalam menjamin beban usaha dari tahun 2010 sampai tahun 2011 mengalami penurunan, tahun 2011
sampai dengan tahun 2013 mengalami kenaikan, pada tahun 2013 sampai tahun 2014 mengalami penurunan. Hal tersebut dapat
ditunjukkan dalam persentase setiap tahunnya. Pada tahun 2010 persentase rasio beban usaha terhadap SHU kotor yaitu 1.532,6,
pada tahun 2011 417,1, pada tahun 2012 819,6, pada tahun 2013 1.075, dan pada tahun 2014 yaitu 738,9.
Dalam hal ini, persentase kenaikan dan penurunan beban usaha terhadap SHU kotor dapat ditunjukkan pada lampiran 8.3
halaman 211. Persentase penurunan beban usaha pada tahun 2010 sampai tahun 2011 yaitu 0,16. Pada tahun 2011 sampai tahun
2012 menunjukkan penurunan persentase beban usaha yaitu
0,38. Pada tahun 2012 sampai tahun 2013 menunjukkan kenaikan persentase beban usaha sebesar 9,88. Pada tahun 2013
sampai 2014 menunjukkan kenaikan persentase beban usaha yaitu 6,17. Sedangkan persentase kenaikan SHU kotor pada tahun
2010 sampai tahun 2011 yaitu sebesar 266,90. Penurunan persentase SHU kotor tahun 2011 sampai tahun 2012 yaitu
sebesar 49,31. Pada tahun 2012 sampai tahun 2013 persentase penurunan SHU kotor yaitu 16,29. Pada tahun 2013 sampai
tahun 2014 persentase kenaikan SHU kotor yaitu 54,58. Pada tabel 5.8 halaman 87 beban usaha mengalami
penurunan pada tahun 2010 sampai tahun 2012, hal ini karena ada beberapa pengurangan biaya yang dikeluarkan. Biaya yang
mengalami pengurangan misalnya biaya bunga bank, gaji karyawan, insentif karyawan KUD, Insentif karyawan KSP, gaji
pengurus, dan lain-lain. Beban usaha mengalami kenaikan pada tahun 2012 sampai tahun 2014, hal ini karena adanya peningkatan
biaya seperti bunga simpanan, bunga RC, kontribusi, asuransi, dan lain-lain. SHU kotor mengalami kenaikan pada tahun 2010
sampai 2011 dan 2013 sampai 2014. Hal tersebut terjadi karena adanya peningkatan lebih besar dalam memperoleh pendapatan
dengan pengeluaran yang lebih kecil. SHU kotor mengalami penurunan pada tahun 2011 sampai tahun 2013. Hal tersebut
karena biaya mengalami peningkatan lebih besar namun
pemasukkan lebih rendah seperti nampak pada lampiran 2
halaman 183-184. c. Rasio Efisiensi Pelayanan
Penilaian rasio ini dimaksudkan untuk mengukur besarnya beban karyawan dibandingkan dengan besarnya volume
pinjaman. Berdasarkan tabel 5.9 halaman 90, dapat diketahui bahwa rasio ini menunjukkan hasil sebesar 4,40 pada tahun
2010. Hal ini merupakan kondisi yang baik, karena setiap Rp 100 pinjaman yang diberikan KSP Tani Makmur membiayai beban
karyawan sebesar Rp4,40. Skor yang diperoleh dari perhitungan rasio efisiensi pelayan tahun 2010 adalah 2,0 karena hasil 4,40
berada pada rentang ≤ 5. Pada tahun 2011 rasio ini menunjukkan hasil sebesar 4,90. Ini adalah kondisi yang baik,
karena setiap Rp 100 pinjaman yang diberikan KSP Tani Makmur membiayai beban karyawan sebesar Rp4,90. Skor yang diperoleh
dari perhitungan rasio efisiensi pelayan tahun 2011 adalah 2,0 karena hasil 4,90 berada pada rentang ≤ 5. Pada tahun 2012
rasio ini menunjukkan hasil sebesar 3,98. Hal ini merupakan kondisi yang baik, karena setiap Rp 100 pinjaman yang diberikan
KSP Tani Makmur membiayai beban karyawan sebesar Rp3,98. Skor yang diperoleh dari perhitungan rasio efisiensi pelayan tahun
2012 adalah 2,0 karena hasil 3,98 berada pada rentang ≤ 5.
Pada tahun 2013 rasio ini menunjukkan hasil sebesar 4,01. Hal