4.2. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
4.2.1. Kelayakan Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Matematika Terintegrasi Bimbingan Pribadi
Hasil penilaian ketiga ahli menunjukkan bahwa model pengembangan perangkat pembelajaran matematika yang terintegrasi bimbingan pribadi layak
digunakan. Layak dimaksudkan bahwa model pengembangan perangkat pembelajaran matematika terintegrasi bimbingan dapat digunakan oleh guru di SD
Kanisius Jomegatan Bantul untuk membantu peserta didik dalam tugas perkembangan mengikuti petunjuk yang diberikan juga mengembangkan
keterampilan-keterampilan dasar untuk berhitung. Model pengembangan perangkat pembelajaran matematika ini juga dapat digunakan guru untuk
membantu menyelesaikan permasalahan yang sering dihadapi peserta didik yakni tidak teliti.
Guru menyusun kegiatan pembelajaran yang bertema ”Perkalian” yang diintegrasikan dengan bimbingan pribadi seperti berikut ini: Pembelajaran kali ini
peserta didik diajak untuk melakukan perkalian dengan cara bersusun panjang dan bersusun pendek. Kegiatan ini dilakukan supaya peserta didik mampu
menjelaskan operasi panjang dan pendek dengan mengikuti petunjuk. Kegiatan yang dilakukan adalah guru mempersiapkan dadu besar dan kartu nomor 1 sampai
dengan 6 yang telah dituliskan bilangan disebaliknya. Guru melemparkan dadu yang telah disediakan, jika sudah dilempar guru akan membuka kartu sesuai
angka dadu yang telah dilempar tersebut. Peserta didik mencatat bilangan yang ada di kartu tersebut. Kemudian guru mengulangi hal yang sama dan murid
mencatat kembali bilangan yang ada dikartu yang sesuai dengan nomor dadu yang dilempar. Guru meminta peserta didik mengalikan dua bilangan tersebut dengan
waktu yang telah ditentukan. Setelah waktu selesai guru menunjuk salah satu peserta didik untuk maju ke depan dan menuliskan cara dan jawaban di papan
tulis. Kegiatan diharapkan peserta didik dapat berkonsentrasi dengan baik sehingga mendapatkan jawaban dengan benar. Kegiatan ini dilakukan berulang-
ulang sampai peserta didik benar-benar dapat memahami pelajaran matematika dalam perkalian ini dengan baik. Kegiatan ini berkaitan dengan tugas
perkembangan peserta didik dalam keterampilan berhitung Havighurst dalam Furqon, 2005: 35.
Kegiatan selanjutnya peserta didik dibagi menjadi kelompok-kelompok dan diberikan permainan ular tangga, dadu, kancing dan LKS pada kelompok.
Peserta didik diajak bermain ular tangga. Angka-angka pada ular tangga tersebut sudah diberi soal dan peserta didik wajib mengerjakannya. Jika berhenti di angka
ganjil peserta didik harus mengerjakan soal dengan cara panjang, sedangkan bila peserta didik berhenti pada angka genap maka harus mengerjakan dengan cara
pendek. Waktu pengerjaan dibatasi 10 menit, sehingga pemenangnya adalah kelompok yang dapat mengerjakan soal sebanyak mungkin dengan cara dan
jawaban yang benar. Kegiatan ini dilakukan supaya peserta didik dapat menyelesaikan operasi hitung perkalian dengan cara panjang dengan penuh
tanggung jawab. Selain itu, dengan kegiatan ini diharapkan peserta didik dapat menyelesaikan operasi hitung perkalian cara bersusun pendek dengan hati-hati.
Kegiatan ini berkaitan dengan tugas perkembangan peserta didik yaitu
membangun hubungan dengan teman sebaya, keterampilan komunikasi, keterampilan bekerjasama Barus, 2011:15. Selain itu, kegiatan ini juga berkaitan
dengan tugas perkembangan peserta didik yang dituliskan oleh Gendon Barus 2011: 15 yaitu keterampilan mengikuti petunjuk cara pengerjaan perkalian
dengan cara bersusun panjang maupun dengan cara bersusun pendek. Jika peserta didik tidak teliti dan mengikuti petunjuk dengan benar, maka peserta didik tidak
dapat mengerjakan soal-soal yang berkaitan dengan perkalian tersebut dengan benar. Kegiatan ini dapat dilihat pada lampiran halaman 87.
Kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan peserta didik dapat terbantu mencapai tugas perkembangannya dalam hal mengikuti petunjuk. Kegiatan-
kegiatan ini juga diharapkan dapat membuat peserta didik lebih teliti dalam mengerjakan soal-soal dan dalam kehidupan sehari-hari terlebih dalam pelajaran
matematika.
4.1.2. Kelayakan Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran