4 Keterampilan bermain
Pada kategori ini, dapat diamati bahwa peserta didik yang lebih besar sudah mulai belajar melempar dan menangkap bola, naik sepeda
bahkan berenang.
b. Tugas Perkembangan Peserta Didik Usia 9-12 tahun
Havighurst dalam Furqon 2005: 35-36, mengemukakan sejumlah tugas perkembangan yang harus dipenuhi oleh peserta didik usia 9-12 tahun,
yaitu:
1 Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai
makhluk yang sedang tumbuh.
2
Belajar menyesuaikan diri dengan teman sebaya
3 Mulai mengembangkan peran sosial sebagai wanita atau pria
4 Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca,
menulis, dan berhitung
5 Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari
6 Mengembangkan kata hati, moral dan nilai-nilai
7 Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok dan lembaga-
lembaga sosial
8 Mencapai kebebasan pribadi
Barus 2011 juga mengungkapkan bahwa tugas perkembangan kanak-kanak meliputi: 1 mengembangkan konsep diri; 2 membangun
hubungan dengan teman sebaya, keterampilan komunikasi, keterampilan
bekerjasama; 3 mengembangkan sikap toleransi; 4 berperilaku sesuai peran jenis; 5 mengembangkan keterampilan dasar seperti mengikuti petunjuk; 6
mengembangkan kata hati dan 7 belajar menjadi pribadi mandiri. Berdasarkan uraiaan diatas dapat disimpulkan bahwa tugas perkembangan
anak usia 9-12 tahun adalah 1 mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis, dan berhitung; 2 membangun hubungan
dengan teman sebaya, keterampilan komunikasi, keterampilan bekerjasama; 3 Mulai mengembangkan peran sosial sebagai wanita atau pria
c. Permasalahan Peserta Didik usia 9-12 tahun
Permasalahan yang dihadapi peserta didik sekolah dasar
dikemukakan Kowitz dalam Furqon 2005 sebagai berikut:
1 Masalah pribadi
Permasalahan pribadi peserta didik usia sekolah dasar terutama berkenaan dengan kemampuan intelektual, kondisi fisik,
kesehatan dan kebiasaan-kebiasaanya. Beberapa penyimpangan perilaku yang diderita peserta didik, seperti kurang percaya diri,
kurang memiliki inisiatif, kurang tanggung jawab, kurang teliti, mudah putus asa, menunjukkan perilaku agresif, merupakan akibat
perlakuan orangtua yang membentuk kebiasaan-kebiasaan yang tidak didasari pemikiran mengenai dampak perlakuannya.
2 Masalah belajar
Peserta didik yang seperti ini sering dikenal sebagai peserta didik yang berprestasi rendah, baik karena lambat belajar maupun
prestasinya dibawah kemampuan yang dimilikinya. Dengan demikian, ketidakberhasilan mereka dalam mencapai prestasi
belajar yang tinggi bukan hanya disebabkan oleh kecerdasan saja, tetapi mungkin juga sebagai akibat dari kesalahan cara belajar,
kurang motivasi belajar, tidak ada kemauan untuk mengulang pelajaran di rumah, kurangnya fasilitas dan dukungan orang tua,
atau karena kesalahan-kesalahan guru dalam cara mengajarnya sebagai akibat dari kurang memahami materi ajarannya, pendekatan
yang harus digunakan atau kurangnya pemahaman terhadap karakteristik peserta didik.
3 Masalah sosial
Peserta didik banyak mengalami permasalahan dalam mengembangkan kemampuan penyesuaian sosial, baik dengan
teman-teman maupun dengan guru, misalnya perasaan rendah diri, ketergantungan pada kawan, iri hati, curiga, persaingan,
perkelahian, permusuhan. Permasalahan penyesuaian sosial dengan guru misalnya, peserta didik tidak menyenangi guru, selalu
tergantung pada guru, tidak ada gairah belajar atau masalah lain yang berhubungan dengan kedisiplinan.
Dari penjabaran permasalahan diatas peneliti hanya akan berfokus pada ragam bimbingan pribadi dan belajar. Ragam bimbingan pribadi tersebut akan
digunakan untuk mengatasi peserta didik yang mengalami ketidaktelitian saat
mengerjakan tugas sedangkan ragam bimbingan belajar digunakan untuk mengatasi peserta didik yang tidak tekun dalam belajar.
2.2. PERAN GURU SEKOLAH DASAR