6. Triethanolamine TEA
Gambar 10. Struktur molekul dari TEA Rowe et al., 2006
Dalam  sediaan  emulgel,  TEA  digunakan  untuk  menetralkan  formula yang  mengandung  carbopol  hingga  pH  berada  di  antara  5,6
–  6,5  dan menyebabkan terurainya rantai polimer dan membentuk struktur gel. Kisaran pH
tersebut ditentukan agar sesuai pH kulit pH 5 dan mencapai stabilitas maksimum carbopol  dalam  air  pH  6
–  8  Shahin,  Hady,  Hammad,  dan  Mortada,  2011. Pemerian  dari  TEA  yaitu  jernih,  cairan  kental  tidak  berwarna  sampai  kuning
pucat, memiliki sedikit bau amonia Rowe et al., 2006.
7. Metil paraben
Gambar 11. Struktur molekul dari metil paraben Rowe et al., 2006
Metil paraben digunakan sebagai pengawet antimikroba dalam kosmetik, produk  makanan,  dan  sediaan  farmasetis.  Konsentrasi  metil  paraben  dalam
sediaan  topikal  pada  kisaran    0,02 –  0,3.  Pemerian  dari  metil  paraben  yaitu
kristal  tidak  berwarna  atau  bubuk  kristal  putih;  tidak  berbau  atau  hampir  tidak
berbau; dan memiliki rasa sedikit terbakar. Metil paraben dapat digunakan secara tunggal ataupun dikombinasikan dengan pengawet yang lain Rowe et al., 2006.
8. Propil paraben
Gambar 12. Struktur molekul dari propil paraben Rowe et al., 2006
Propil  paraben  digunakan  sebagai  pengawet  antimikroba  dalam kosmetik,  produk  makanan,  dan  sediaan  famasetis.  Konsentrasi  propil  paraben
dalam  sediaan  topikan  pada  kisaran    0,01 – 0,6. Pemerian dari propil paraben
yaitu putih, kristal, tidak berasa, dan tidak berbau. Propil paraben dapat digunakan secara tunggal ataupun dikombinasikan dengan pengawet  yang lain Rowe et al.,
2006.
F. Sifat Fisik Sediaan Topikal
1. Viskositas
Viskositas  merupakan  tahanan  suatu  sistem  untuk  mengalir  pada  suatu tekanan  yang  diberikan.  Makin  kental  suatu  cairan,  makin  besar  gaya  yang
diperlukan  untuk  membuat  cairan  tersebut  dapat  mengalir  dengan  laju  tertentu Sinko,  2006.  Viskositas  termasuk  faktor  yang  penting  dalam  karakteristik
sediaan semisolid, viskositas suatu sediaan menentukan lama tinggal sediaan pada kulit  sehingga  obat  dapat  terpenetrasi  dengan  baik  Garg,  Aggarwal,  Garg,  dan
Singla, 2002.
2. Daya sebar
Daya  sebar  spreadability  merupakan  istilah  yang  digunakan  untuk menunjukkan  luasnya  wilayah  dimana  sediaan  topikal  mudah  menyebar  pada
aplikasi  di  kulit  atau  bagian  yang  terkena  Mishra,  Murthy,  Pasa,  dan  Nayak, 2011.  Daya  sebar,  pada  prinsipnya,  berkaitan  dengan  sudut  kontak  dari  setetes
cairan  atau  sediaan  semipadat  pada  substrat  terstandar  dan  berkaitan  dengan koefisien gesekan. Daya sebar merupakan karakteristik penting dari formulasi ini
dan  bertanggung  jawab  untuk  transfer  dosis  yang  tepat  ke  tempat  target, kemudahan  aplikasi  pada  substrat,  pengeluaran  dari  kemasan,  dan  yang  paling
penting, kenyamanan konsumen Garg et al., 2002. Parallel-plate  method
adalah  metode  yang  paling  banyak  digunakan untuk menentukan dan mengukur daya sebar sediaan semipadat. Keuntungan dari
metode  ini  adalah  sederhana  dan  relatif  murah.  Selain  itu,  dapat  dirancang  dan dibuat  sesuai  dengan  kebutuhan  peneliti  mengenai  jenis  data  yang  dibutuhkan,
rute  administrasi,  luas  permukaan  yang  dibahas,  dan  membran  model  untuk dipertimbangkan. Di sisi lain, metode ini kurang tepat dan sensitif, dan data yang
dihasilkannya harus ditafsirkan secara manual dan disajikan Garg et al., 2002.
G. Landasan Teori
Jerawat  disebabkan  oleh  produksi  sebum  yang  berlebihan  serta  adanya hiperkeratinasi  yang  menyebabkan  folikel  tersumbat  sehingga  menciptakan
lingkungan  yang  kondusif  bagi  flora  normal  kulit  seperti  Staphylococcus epidermidis  untuk  berkembang  biak  secara  berlebihan.  Lipase  yang  disekresikan
berinteraksi  dengan  sebum  menghasilkan  suatu  asam  lemak  bebas.  Asam  lemak bebas  berlebih  inilah  selanjutnya  mempromotori  adanya  peradangan  pada  kulit
yang menyebabkan terbentuknya jerawat. Salah  satu  usaha  untuk  menyembuhkan  jerawat  adalah  dengan
mengurangi  jumlah  bakteri  penyebab  jerawat  yang  berkembang  biak  secara berlebihan.  Tiga  komponen  utama  yang  terkandung  pada  minyak  serai  wangi
Jawa  berupa  sitronelal,  geraniol  dan  sitronelol  berpotensi  untuk  membunuh bakteri  termasuk  bakteri  penyebab  jerawat,  yaitu  Staphylococcus  epidermidis.
Oleh  karenanya,  minyak  serai  wangi  Jawa  berpotensi  untuk  diformulasikan  ke dalam  suatu  sediaan  antiacne.  Pengujian  daya  antibakteri  ditunjukkan  dengan
diameter  zona  hambat  dengan  metode  difusi  sumuran  serta  Konsentrasi  Hambat Minimum  KHM  dan  Konsentrasi  Bunuh  Minimum  KBM  dengan  metode
dilusi  padat.  Pengujian  ini  dilakukan  untuk  memastikan  bahwa  minyak  serai wangi Jawa dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus epidermidis.
Penggunaan emulgel diharapkan dapat menutupi ketidaknyamanan dalam penggunaan  minyak  serai  wangi  Jawa  secara  langsung.  Hal  ini  dikarenakan
minyak  serai  wangi  yang  memiliki  sensasi  berminyak  tertutupi  dalam  sistem emulsi tipe minyak dalam air kemudian dengan adanya suatu gelling agent dapat
memberikan sensasi dingin pada saat pengaplikasian. Pembuatan emulgel diawali dengan  pembentukan  emulsi  tipe  minyak  dalam  air  dengan  minyak  serai  wangi
Jawa  dan  parafin  sebagai  fase  minyak.  Emulgator  yang  digunakan  berupa kombinasi  surfaktan  anionik,  yaitu  tween  80  dan  span  80.  Carbopol  sebagai