D. Uji Potensi Antibakteri
Menurut Farmakope Indonesia IV 1995, antibakteri adalah obat pembasmi bakteri, khususnya bakteri yang merugikan manusia. Uji potensi
antibakteri digunakan dalam rangka pemilihan obat antimikroba yang efektif untuk pengobatan atau pengendalian penyakit yang disebabkan oleh bakteri.
Menurut Agbor, Ma’ori, dan Opajobi 2011 metode yang umum dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Metode difusi
Berikut termasuk dalam metode difusi: a. Metode disc diffusion.Metode ini paling banyak yang digunakan dalam
laboratorium klinis. Dalam uji ini, disk yang terbuat dari kertas diresapi dengan sejumlah tertentu agen antibakteri yang diketahui konsentrasinya
dengan tepat. Disk tersebut diletakkan pada medium agar yang telah diinokulasikan dengan bakteri uji. Senyawa antibakteri berdifusi ke dalam
medium sekitarnya
membentuk gradien
konsentrasi sekitar
disk. Pertumbuhan bakteri uji dihambat hingga terbentuk jarak dari disk dengan
konsentrasi dari senyawa tersebut kurang lebih sama dengan Konsentrasi Hambat Minumum KHM. Penghambatan pertumbuhan bakteri tampak
sebagai zona melingkar pada cawan agar. Diameter zona hambat yang terbentuk proposional terhadap aktivitas antibakterinya.
b. Metode ditch.Metode ini dilakukan dengan cara menghilangkan potongan agar dari cawan dan mengisi lubang yang terbentuk dengan agar yang telah
mengandung senyawa antibakteri yang diuji. Medium dapat diatur
sedemikian hingga beberapa bakteri dapat diinokulasikan secara streak plate tegak lurus pada agar yang telah mengandung antibakteri tersebut. Metode ini
cocok untuk uji suatu senyawa terhadap sejumlah besar bakteri. Kerugiannya plat harus selalu baru tiap harinya. Metode ini tidak lagi digunakan dalam
laboratorium. c. Metode punch hole diffusion. Metode ini terdiri dari pembuatan lubang
sumuran atau meletakkan suatu tabung dengan lobang di kedua sisinya pada cawan agar. Agar tersebut sebelumnya telah diinokulasikan bakteri uji.
Masing-masing sumuran diisi dengan senyawa uji dengan konsentrasi yang berbeda.
2. Metode dilusi
Metode dilusi digunakan untuk mengukur Kadar Hambat Minimum KHM dan Kadar Bunuh Minimum KBM. Kadar Hambat Minimal KHM
merupakan kadar minimal yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan bakteri sedangkan Kadar Bunuh Minimum KBM merupakan kadar minimal
yang diperlukan untuk membunuh bakteri. Berikut termasuk dalam metode dilusi Anonim b, 2012 :
a. Broth dilution. Broth dilution merupakan sebuah teknik yang di dalamnya terdapat suspensi bakteri uji pada konsentrasi optimal atau sesuai diuji dengan
berbagai konsentrasi dari suatu senyawa antibakteri dalam medium cair yang telah ditentukan.
b. Agar dilution. Agar dilution meliputi penggabungan berbagai konsentrasi dari senyawa antibakteri ke dalam sebuah media agar diikuti dengan inokulasi
koloni bakteri pada permukaan agar. Hasilnya sering dianggap paling dapat diandalkan dalam penentuan nilai Kadar Hambat Minimum KHM.
Kemampuan antibakteri dikatakan kuat apabila memiliki nilai KHM antara 0,05
– 0,50 mgmL, sedang apabila nilai KHM antara 0,6 – 1,50 mgmL dan lemah apabila di atas 1,50 mgmL Diaz et al., 2010. Pengukuran adanya
kekuatan antibiotik dan antibakteri berdasarkan besarnya zona hambat menurut Suryawiria 1978 cit Moerfiah dan Supomo 2011 dipergunakan metode Davis
Stout dengan ketentuan sebagai berikut: 1 Sangat kuat daerah hambat 20 mm atau lebih
2 Kuat daerah hambat 10 – 20 mm
3 Sedang daerah hambat 5 – 10 mm
4 Lemah daerah hambat kurang dari 5 mm.
E. Gel dan Emulgel
Menurut Farmakope Indonesia IV 1995, gel merupakan sistem semipadat yang terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil
atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara topikal atau yang dimasukkan ke
dalam lubang tubuh. Kelemahan utama pada gel adalah dalam penghantaran obat yang bersifat hidrofobik kemudian dilakukan pendekatan berbasis emulsi untuk
mengatasi kelemahan tersebut. Ketika gel dan emulsi dikombinasikan bersama menjadi suatu sediaan, sediaan tersebut dikenal sebagai emulgel Panwar,
Upadhyay, Bairagi, Gujar, Darwhwkar, dan Jain, 2011.