suhu  37
o
C  dalam  inkubator.  Langkah  ini  dilakukan  sekali  lagi  setelah  24  jam inkubasi.
Media TSA dilarutkan dan disterilkan dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121
o
C selama 15 menit. Setelah steril, media TSA dimasukkan dalam tabung sebanyak 5 mL, dibiarkan memadat dalam keadaan miring. Diambil 1 ose biakan
murni  Staphylococcus epidermidis dan diinokulasikan, diinkubasi  selama  24 jam pada  suhu  37
o
C  dalam  inkubator.  Hasil  kultur  digunakan  sebagai  stok  bakteri Staphylococcus epidermidis.
Pembuatan suspensi bakteri dilakukan dengan cara diambil 1 ose koloni bakteri  Staphylococcus  epidermidis  dari  stok  bakteri,  dimasukkan  ke  dalam
tabung  reaksi  yang  telah  berisi  media  BHIB  steril,  inkubasi  selama  24  jam  pada suhu  37
o
C  dalam  inkubator.  Selanjutnya,  kekeruhan  suspensi  bakteri Staphylococcus epidermidis  disesuaikan dengan standar Mac Farland  0,5  dengan
pengencer NaCl fisiologis steril konsentrasi bakteri 10
8
CFUmL.
3. Penanaman bakteri Staphylococcus epidermidis secara pour plate
Suspensi  bakteri  diinokulasikan  sebanyak  1  mL  pada  MHA  steril  cair. Setelah  di-vortex,  campuran  tersebut  dimasukkan  ke  cawan  petri.  Media  yang
telah memadat dilubangi menggunakan pelubang sumuran dengan diameter 6 mm secara  aseptis  sebagai  tempat  kontrol  positif,  kontrol  negatif,  dan  minyak  serai
wangi  Jawa  dengan  berbagai  variasi  konsentrasi.  Pembuatan  lubang  sumuran dilakukan  hingga  dasar  petri  kemudian  dilakukan  penambalan  dengan
menggunakan media MHA steril sebanyak 25 µL.
4. Uji  daya  antibakteri  minyak  serai  wangi  Jawa  terhadap Staphylococcus
epidermidis dengan metode difusi sumuran a.  Penentuan konsentrasi minyak serai wangi Jawa. Minyak serai wangi Jawa
dibuat dalam beberapa seri konsentrasi yaitu 100; 50; 20; 10; dan 5 dengan menggunakan pelarut parafin cair.
b.  Uji  daya  antibakteri  minyak  serai  wangi  Jawa  terhadap  Staphylococcus epidermidis  secara  difusi  sumuran.  Minyak  serai  wangi  Jawa  dengan
berbagai  konsentrasi  sebanyak  50 L  diletakkan  pada  masing-masing
lubang  sumuran  yang  tersedia  secara  aseptis.  Kontrol  positif  yang digunakan  adalah  Klindamisin  fosfat  0,06  dan  kontrol  negatif  yang
digunakan adalah parafin cair. Diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37
o
C, kemudian  diamati  hasilnya.  Zona  hambat  diukur  dengan  jangka  sorong
dengan  cara  mengukur  zona  jernih  yang  terbentuk  dikurangi  dengan diameter  dari  sumuran.  Diameter  zona  hambat  yang  dihasilkan  sebagai
dasar  untuk  mengamati  daya  antibakteri  yang  dibandingkan  dengan kontrol positif dan kontrol negatif. Dilakukan replikasi sebanyak tiga kali.
5. Penentuan  Kadar  Hambat  Minimum  KHM  dan  Kadar  Bunuh
Minimum  KBM  minyak  serai  wangi  Jawa  terhadap Staphylococcus
epidermidis dengan metode dilusi padat
Minyak serai wangi Jawa dengan kadar tertentu, sesuai dengan hasil pada uji sebelumnya, sebanyak 1 mL ditambahkan pada 1 mL suspensi bakteri uji yang
telah  disetarakan  dengan  standar  Mac  Farland  0,5.  Kemudian  ditambahkan  pada 20  mL  media  MHA  steril  cair.  Selanjutnya,  dituang  dalam  cawan  petri  steril
secara  pour  plate.  Pengamatan  dilakukan  setelah  diinkubasikan  selama  24  jam pada  suhu  37
o
C.  Pertumbuhan  bakteri  ditunjukkan  dengan  kekeruhan  media.