c. Ke sepadanan Makna dalam Penerje mahan
Kesepadanan makna merupakan masalah umum yang ada dalam penerjemahan. Tidak ada dua bahasa yang memiliki padanan makna yang
sama persis untuk setiap unit bahasanya. Seorang penerjemah akan dihadapkan pada situasi yang mengharuskannya memiliki kemampuan
menganalisa suatu teks bahasa sumber dan mengalihkan pesan dan mencari padanan yang paling dekat dalam bahasa sumber. Berikut jenis
padanan dalam terdapat dalam suatu teks seperti yang diungkapkan oleh Baker 1992
1 Padanan pada Tataran Kata
Sebagai unit terkecil dari bahasa yang mempunyai makna, kata merupakan titik awal kajian dalam rangka memahami keseluruhan makna
dalam suatu teks bahasa sumber. Baker menjelaskan ketaksepadanan makna pada tataran kata menjadi 11 jenis, yaitu a konsep khusus, b
konsep BSu tidak tersedia dalam BSa, c konsep BSu yang sangat kompleks secara semantik, d perbedaan persepsi BSu dan BSa terhadap
suatu konsep, e BSa tidak mempunyai unsur atasan, f BSa tidak mempunyai unsur bawahan atau hiponim, g perbedaan persepsi BSu dan
BSa terhadap konsep interpersonal dan fisik, h perbedaan dalam hal makna ekspresif, i perbedaan bentuk kata, j perbedaan dalam hal
tujuan, dan k perbedaan tingkat penggunaan bentuk-bentuk tertentu.
2 Padanan di atas Tataran Kata
Yang dimaksud dengan tataran di atas kata adalah frasa, kalimat, dan paragraf. Suatu kata mempunyai kecenderungan untuk berkolokasi
dengan kata lain sehingga menghasilkan frasa. Seringkali penerjemah berhadapan dengan ungkapan idiomatik pada suatu teks. Maka dari itu ia
perlu menguasai
strategi untuk
mengidentifikasikan dan
menginterpretasikan ungkapan idiomatik dalam bahasa sumber dengan tepat untuk memperoleh padanan yang tepat dan paling dekat dalam
bahasa sasaran. 3
Padanan Gramatikal Pembahasan tentang padanan gramatikal dikaitkan dengan tata
bahasa yang dibagi menjadi dua dimensi, yaitu dimensi morfologis dan dimensi sintaksis. Sama seperti kata maupun frasa, tidak ada satu bahasa
yang memiliki padanan gramatikal yang sama persis dengan bahasa lain. Bahasa Inggris, misalnya, mempunyai perubahan bentuk tunggal atau
jamak yang akan mempengaruhi bentuk kata baik dalam tataran frasa, klausa, ataupun kalimat. Sedangkan bahasa Indonesia juga membedakan
konsep tunggal atau jamak, namun tidak secara morfologis.
3 . Style
Permasalahan pernejemahan slang yang akan dibahas dalam makalah ini sangat erat berkaitan dengan style yang digunakan oleh penutur slang. Dalam
kajian teori sebelumnya disebutkan bahwa register yang muncul berpengaruh
pada konteks situasi yang melatarbelakangi suatu teks dan cerita yang ada di dalamnya. Fromkin et.al 2003 menyebutkan bahwa register bisa juga disebut
sebagai style; suatu “situational dialects” yang melibatkan cara seseorang menggunakan bahasa dalam situasi tertentu, misalnya, berbicara dengan teman,
percakapan pada saat wawancara pekerjaan, melakukan presentasi dalam kelas, berbicara dengan anak kecil, ataupun berbicara dengan orang tua. Bisa
ditambahkan bahwa suatu register atau style memainkan peranan penting dalam membentuk kesatuan dan mempertahankan keutuhan cerita dalam suatu teks.
Untuk menunjukan
konsistensi penggunaan
istilah, dalam
makalah ini,
selanjutnya, akan digunakan istilah style untuk merujuk pada suatu “situational dialect”.
Suatu style pastilah mengandung muatan budaya di dalamnya. Jika kita menilik sebentar, kembali ke persoalan penerjemahan, bisa ditemukan banyak
contoh bahwa dalam kasus penerjemahan, suatu istilah yang mengandung muatan budaya sulit untuk diberikan padanan dalam level on e-to-on e correspo nd en ce.
Istilah-istilah seperti Halloween, kilt, ataupun Thanksgiving tidak bisa begitu saja diberikan padanan dalam level one-to -one correspo ndence dalam bahasa lain
karena muatan budaya yang terkandung di dalamnya. Kecuali sebuah istilah ataupun bentuk suatu budaya mempunyai padanan dalam budaya lain, maka
penerjemahan yang
dilakukan pun
tidak bisa dalam
level o ne-to-o ne
co rrespo nd en ce. Mengarah pada bentuk yang lebih besar lagi dari sebuah wujud budaya adalah, salah satunya, pada style tuturan yang digunakan dalam
berkomunikasi. Cook 1989 menyebutkan bahwa, oleh karena penggunaannya
dalam rangka
berkomunikasi, style
dipengaruhi oleh
jenis pembicaraan,
pendengar sasaran, dan tujuan pembicaraan. Pernyataan ini sepadan dengan konsep ‘situational dialect’ yang diberikan oleh Fromkin; bahwa dalam masing-
masing bentuk pembicaraan yang berbeda, pendengar sasaran dan tujuan yang ingin dicapai pun berbeda pula.
Selanjutnya, Fromkin et.al menyatakan bahwa hampir setiap orang mempunyai in formal ataupun formal style yang digunakan dalam kebutuhannya
berkomunikasi. Meskipun sama sama mempunyai aturan dalam penggunaannya, in formal style mempunyai aturan yang lebih longgar daripada formal style dengan
grammar rules-nya. Hal ini menyebabkan suatu informal style menjadi lebih unp redictable. Sebagai contoh
8
, seseorang bisa berkata dalam wujud informal You ru nn in g the maratho n? daripada Are you run ning th e ma ra th on ? dengan makna
yang sama namun dalam style yang berbeda. Penerjemahan kedua tuturan tersebut juga haruslah sepadan dengan style yang digunakan. Kamu iku t lari maratho n?
atau Kau iku t lari maratho n, ya? bisa dipilih sebagai terjemahan info rmal style dari You runn ing the marathon daripada Apak ah Anda ik ut lari ma ra tho n?. Hal
ini perlu diperhatikan agar tidak terjadi pergeseran style dalam terjemahan yang diberikan; karena, jika suatu style berubah, maka kesatuan makna dalam suatu
tuturan akan berubah pula. Sebagai salah satu penanda in formal style dalam suatu komunitas, slang
merupakan inti permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini. Oleh karena sifatnya yang kontemporer, berubah-ubah sesuai dengan suatu waktu atau masa
8
D ikutip dari Fromkin et.al 2003, 473
Fromkin, 2003, slang menimbulkan kasus tersendiri bagi penerjemah untuk mempunyai pemikiran secara kontemporer serta mampu merepresentasikannya
secara praktis ketika menerjemahkan suatu istilah slang yang digunakan dalam komunikasi. Sebagai bahasa sasaran yang dipakai dalam pembahasan makalah ini,
bahasa Indonesia juga mempunyai perbedaan penggunaan style tuturan. Seperti pada padanan makna yo u formal dan you informal menjadi Anda dan
Kau Kamu.
4 . Sla ng
a. De finisi Sla ng