sebagai wujud strategi menghadapi masalah penerjemahan tuturan slang dalam novel P.S. I Lo ve You.
e. Kualitas Terjemahan
P ada akhirnya, suatu terjemahan harus memenuhi syarat ketepatan, keberterimaan dan keterbacaan untuk menjadi terjemahan yang baik dan
berkualitas. Berikut diberikan penjelasan singkat mengenai masing-masing aspek kualitas yang dimaksud.
1 Kesepadanan Teks Terjemahaan
Kesepadanan terjemahan diartikan sebagai ketepatan pengalihan pesan asli dalam bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Terjemahan
harus akurat dalam hal makna untuk bisa disebut terjemahan berkualitas. Selain ketepatan pemilihan padanan, keakuratan makna
bisa dilihat dari aspek linguistik, semantik, dan pragmatik Machali, 2000; ketepatan gramatikal, kesepadanan makna dan konteks dari
suatu teks. 2
Keberterimaan Teks Terjemahaan Aspek keberterimaan berkaitan erat dengan norma, aturan, atau
kebiasaan dalam suatu budaya. Kussmaul 1995 menyatakan bahwa ‘the influence of situa tio n an d cu ltu re on what we sa y or write may
sometimes be so stron g tha t they determine th e form of texts’. Dalam suatu teks bahasa sumber terkandung aspek sosial dan budaya asli
yang seringkali berbeda dengan dengan aspek sosial dan budaya yang dimiliki bahasa sasaran.
Suatu kebiasaan dalam suatu budaya belum tentu bisa diterima dalam kebudayaan lain. Bahkan, kebiasaan atau norma yang berlaku dalam suatu
kelompok atau komunitas pun belum tentu bisa diberlakukan ke dalam kelompok atau komunitas lain. Hal ini memberikan landasan bagi
penerjemah untuk memperhatikan aspek keberterimaan suatu pilihan unit bahasa yang akan diberikan sebagai padanan dalam bahasa sasaran.
P ernyataan tersebut sesuai dengan Newmark 1981 bahwa he a tran slato r ca nno t reject an y item as grammatica lly
or lexically un acceptable or co rrigible, b ut h e still h as to asses the d eg ree o f its a cceptab ilityco rrigibility befo re
decidin g wh ether o r n ot to norma lize it.
Dari pernyataan Newmark tersebut, jelas bahwa penerjemah tidak bisa hanya melihat keberterimaan dari segi gramatikal atau makna namun juga
dari derajat keberterimaan dalam konteks sebelum menentukan pilihan untuk menggunakan suatu padanan tertentu sebagai terjemahan.
3 Keterbacaan Teks Terjemahan
Keterbacaan atau read ab ility menunjuk pada derajat kemudahan sebuah tulisan untuk dipahami maksudnya Sakri dalam Nababan,
1999. Keterlibatan pembaca dalam hal ini juga sama pentingnya seperti keterlibatannya
dalam keberterimaan
suatu teks karena
bagaimanapun juga adanya suatu teks terjemahan dalam penelitian ini pada khususnya adalah untuk dibaca.
Tingkat keterbacaan suatu teks ditentukan oleh beberapa faktor. Richards et al dalam Nababan, 1999 menyebutkan beberapa
diantaranya seperti a panjang rata-rata kalimat, b jumlah kata baru, dan c kompleksitas bahasa yang digunakan.
Sebagai faktor pendukung dari kualitas suatu terjemahan adalah kualitas seorang penerjemah itu sendiri sebagai ‘tran slation maker’. Secara umum, Riazi
2002 memberikan penjelasan bahwa tra nsla tors shou ld meet three requirements, namely: 1 familia rity with the sou rce lan gu ag e, 2 familiarity with th e target
la ng ua ge, an d 3 familiarity with th e sub ject ma tter. Kemampuan baik secara gramatikal ataupun budaya menguasai kedua
bahasa sumber
dan sasaran
merupakan mutlak dimiliki oleh seorang
penerjemah. Apa jadinya sebuah penerjemahan jika dilakukan oleh seorang yang meskipun menguasai bahasa sasaran dengan baik, namun hanya setengah
memiliki kemampuan bahasa sumber sekedar bisa. Selain secara gramatikal sangatlah tidak mendukung, secara makna pun akan dipertanyakan ketepatannya.
Jadi, kemampuan menguasai kedua bahasa secara mendekati sempurna merupakan modal pertama yang harus dimiliki penerjemah. Modal umum yang
berikutnya adalah
kemampuan menguasai
bidang yang
menjadi obyek
penerjemahan su bject ma tter co mp etence. Penerjemah harus menguasai bidang yang akan diterjemahkan, karena hal ini akan berpengaruh pada pemilihan strategi
yang digunakan untuk memecahkan masalah yang timbul, khususnya penggunaan istilah asing ataupun ragam budaya yang terkandung dalam teks asli. Dengan
memiliki su bject matter comp etence, penerejemah bisa, sebagai contohnya, menggunakan kamus dan buku-buku referensi yang bisa mendukung proses
penerjemahan yang dilakukan. Jika hal-hal tersebut sudah dikuasai, penting bagi penerjemah untuk mempertahankan dan terus mengembangkan kemampuannya
tersebut agar terjemahan yang dihasilkan juga tetap berkualitas. Penelitian ini hanya mengkaji mengenai kesepadanan dan keberterimaan
makna serta keberterimaan bahasa informal terjemahan slang sebagai objek penelitian.
Kajian penelitian ini berfokus pada teknik penerjemahan yang digunakan penerjemah serta kesepadanan dan keberterimaan makna serta
keberterimaan bahasa informal tuturan sla ng Irlandia ke dalam terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Aspek keterbacaan tidak dibicarakan dalam usulan tesis
ini karena tinjauan yang dilakukan hanyalah pada unit linguistik mikro dalam suatu teks.
2. Makna dalam Pe ne rjemahan