messa ge”. Diperkuat oleh House 2001, “Translation is essentially an o pera tion in which th e mean in g of lingu istic un its is to b e kept eq uivalent
a cross lang ua ges,”, dijelaskan bahwa makna yang terkandung dalam suatu bentuk yang diterjemahkan suatu unit linguistik harus diberikan secara
ekuivalensepadan dalam setiap terjemahannya dalam bahasa apapun. Terkait
dengan penjelasan
mengenai ketepatan pilihan kata yang
diterjemahkan di atas, Widyamartaya 1989 menambahkan bahwa ekuivalen haruslah natural wajar, sesuai dengan langgam atau idiom bahasa kita
sendiri. Seperti halnya sebuah karya dari seorang penulis asli, sebuah novel terjemahan pun haruslah terasa wajar ketika dibaca oleh pembaca bahasa
sasaran.
b. Pros es Penerje mahan
Dikutip dari
Merriam-Webster’s Dictionary
AND Thesaurus
2006:1093, “trans·la·tion \trans- la-shәn\ n 1 ♦ : an act, process, or instance of translating “, dan dari Kamus Besar Bahasa Indonesia 1994:1047
tertulis, “pe.ner.je.mah.an
n proses, perbuatan, cara
menerjemahkan; pengalihbahasaan”.
Dari pengertian-pengertian
leksikal tersebut,
dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam penerjemahan memang terjadi suatu proses
menerjemahkan.
Sebelum melakukan kegiatan menerjemahkan, seorang penerjemah sebaiknya menentukan terlebih dahulu pendekatan apakah yang akan dia
gunakan dalam proses tersebut. Ada 2 macam pendekatan penerjemahan
yang bisa digunakan oleh seorang penerjemah.
Pertama, dia bisa menggunakan pendekatan top -down dengan membaca keseluruhan teks
terlebih dulu dua atau tiga kali, menemukan konteks, register dan kemudian mulai menerjemahkan setelah pola teks terlihat. Penerjemah juga bisa
menggunakan pendekatan bottom-u p dengan mulai menerjemahkan setiap tran slation u nit dari konteks yang terkecil micro kemudian ke macro teks.
Selanjutnya, secara umum, Nababan 2008 menyebutkan bahwa proses yang terjadi dalam sebuah penerjemahan berlangsung dalam tiga tahap,
yaitu 1 analisis, 2 pengalihan pesan, dan 3 restrukturisasi 1
Analisis Dalam tahap ini, penerjemah mengenali dan menganalisa teks
bahasa sumber dengan segala unsur linguistiknya. Termasuk di dalamnya, penerjemah akan melakukan analisa teks pada tataran kalimat, klausa,
frasa, dan kata. Penerjemah juga melakukan analisis makna dalam rangka mencari padanan makna suatu unit bahasa dalam bahasa sumber ke dalam
bahasa sasaran dan bagaimana padanan gramatikalnya. 2
Pengalihantransfer Proses
pengalihan ini
berlangsung dalam
pikiran seorang
penerjemah, dan bila perlu dia bisa menuliskannya sebagai rincian kegiatan transfer yang dilakukan. Di sini seorang penerjemah akan
berusaha untuk menangkap pesan sebenarnya dalam teks bahasa sumber dengan tidak terpancang pada struktur linguistik bahasa sumbernya.
3 Restrukturisasi
Kegiatan yang dilakukan penerjemah pada tahap ini adalah menyusun kembali pokok-pokok pikiran dan analisis yang telah didapat
dari tahapan sebelumnya. Nababan memberikan istilah `penyelarasan` untuk tahap restrukturisasi ini. Istilah tersebut digunakan karena dalam
tahap ini, penerjemah berusaha untuk mengolah terjemahan agar menjadi selaras dalam bahasa sasaran dan tentu saja bagi pembaca ataupun
pendengar terjemahan. Ditambahkan dalam penjelasannya, penerjemah perlu memiliki pengetahuan mengenai untuk siapa, dan dengan tujuan apa
suatu terjemahan itu dibuat. Dengan begitu, dalam tahap restrukturisasi ini, proses penyelarasan akan lebih berjalan dengan lancar karena dengan
mengetahui hal-hal tersebut, niscaya terjemahan yang dihasilkan juga akan selaras dengan yang diharapkan. Hoed 1999 menambahkan bahwa dalam
tahapan ini, penerjemah bisa menentukan ideologi apa yang akan dia gunakan. Bila ia cenderung memilih untuk menggunakan pola gramatikal
ataupun menggunakan padanan makna sedekat mungkin dengan bahasa sasaran maka ia menggunakan ideologi do mestica tion . Jika penerjemah
memilih untuk mempertahankan sebanyak mungkin ciri kebahasaan dan budaya bahasa sumber dalam suatu teks maka ia cenderung menggunakan
ideologi foreigniza tio n.
c. Metode Pe ne rjemahan