Tuturan Slang s ebagai Ciri Suatu Budaya

usia tertentu, sesama murid sekolah di daerah tertentu, atau bahkan para professio na l crimina ls Allan dan Burridge, 2006 P enggunaan tuturan ini mencerminkan rasa solidaritas dalam suatu komunitas yang menggunakannnya. Perlu diketahui bahwa oleh karena sifatnya yang berubah-ubah, suatu tuturan slang pada suatu masa bisa saja menjadi bahasa standar yang digunakan bebas di semua lapisan masyarakat pada masa berikutnya, dan mungkin saja bisa kembali lagi menjadi tuturan sla ng . Sedangkan mengenai bentuk dari tuturan slan g sendiri bisa beragam mulai dari tataran kata scum, frasa head th e b all, ataupun kalimat He lost his b ottle

b. Tuturan Slang s ebagai Ciri Suatu Budaya

Perlu dipahami bahwa setiap bahasa mempunyai keunikannya sendiri- sendiri. Hal ini relevan dengan pendapat Nida dan Taber bahwa ea ch la ng ua ge po ssesses certain d istin ctive cha racteristic which g ive it a sp ecial cha ra cter. Each la ngu ag e is rich in vocabu lary for the areas o f cu ltura l focus, 1982: 3. Dari pernyataan tersebut bisa kita lihat bahwa, selain mempunyai karakteristik tertentu yang membedakannya dari bahasa lain, setiap bahasa juga memiliki kekayaan kata-kata yang mengandung dan sesuai dengan unsur budaya-nya masing-masing. Deddy Mulyana 2006 dalam bukunya Komunikasi Antar Budaya mengatakan bahwa “ … bahasa merupakan suatu sistem tak pasti untuk menyajikan realitas secara simbolik, maka makna kata yang digunakan bergantung pada berbagai penafsiran. “. Secara implisit, bisa didapatkan pengertian bahwa penggunaan bahasa akan tergantung pada komunitas pengguna bahasa tersebut. Suatu kata yang sama bisa ditafsirkan secara berbeda oleh 2 orang dari komunitas yang berbeda. Kata ember, misalnya, pada tuturan Ember-n ya satu b erap a, Pak ? yang diucapkan di komunitas pedagang barang plastik mempunyai makna barang dari plastik yang biasanya digunakan sebagai tempat air. Sedangkan dalam tuturan Lu tu emb er, ya yang diucapkan di komunitas anak muda perkotaan di Jakarta, kata emb er bermakna orang yang terlalu banyak bicara. Kata ember dalam contoh yang kedua merupakan kata slan g yang dalam perkembangannya pada suatu komunitas tertentu mengalami perubahan makna. Sedangkan beberapa kata seperti lou sy, b lo od y, stuff, crap adalah contoh kata-kata sla ng yang digunakan dalam komunitas masyarakat Inggris secara umum. Dalam suatu komunitas sekolah di Summerhill salah satu b oa rd ing scho ol di Suffolk, Inggris seorang murid akan berkata ‘bloody fo ol’ kepada gurunya dan tidak akan mendapat hukuman kerena berkata tidak sopan. Hal ini bisa terjadi karena dalam komunitas sekolah tersebut guru dan murid adalah equ al. Ungkapan bloo dy foo l diucapkan semata untuk menggoda dan menunjukan keakraban mereka terhadap seorang guru di Summerhill dikutip dari Kusmaull, 1995. Kedua fenomena bahasa dalam contoh di atas sangat erat berkaitan dengan sosiolinguistik sebagai bidang yang mengkaji bahasa dalam dimensi kemasyarakatan. Bussman 1996 menyatakan sosiolinguistik sebagai Scientific d iscip lin e developed fro m the coo pera tio n of linguistics and sociology tha t investiga tes th e socia l meaning of la ng uage system an d of language use, and the co mmo n set of con ditions of lingu istic an d so cial stru cture. Terlihat dengan jelas bahwa sla ng merupakan fenomena dalam bidang sosiolinguistik karena ciri-ciri yang dimilikinya. S la ng memiliki bentuk dalam satuan unit linguistik tertentu, digunakan dalam suatu komunitas dengan pola tertentu beserta makna yang terkandung di dalamnya untuk tujuan tertentu pula. Seperti yang disebutkan oleh Valero- Garces 2000, pendekatan sosiolinguistik merupakan salah satu yang bisa digunakan dalam mengkaji mengenai masalah penerjemahan, karena penerjemahan sendiri tidak akan lepas dari bahasa yang merupakan wujud interaksi sosial manusia dalam bermasyarakat dalam budayanya. Oleh karena itu, dalam penelitian ini kaitan sosiolinguistik akan sangat berperan dalam analisis kandungan makna dan budaya masing-masing sla ng . Selanjutnya, dari kedua contoh bahasa slan g yang terdapat dalam dua bahasa yang berbeda tersebut bisa dilihat bahwa kata-kata slang digunakan dalam percakapan yang tinggi yang terdapat di semua lapisan masyarakat Keraf, 2006. ‘tinggi’ bukan berarti hanya orang-orang terpelajar saja yang menggunakan dan mengerti bahasanya, namun karena penggunaan kata-kata tersebut akan terbatas pada suatu kelompok atau komunitas tertentu. Tiap kelompok masyarakat bisa menciptakan kata-kata atau istilah-istilah khusus yang bersifat dan bermakna nonstandar yang hanya berlaku untuk kelompoknya. Hal inilah yang membuat slang menjadi ciri dalam sebuah budaya.

B. Ke rang ka Pik ir

Selanjutnya, dalam usulan tesis ini, sebagai landasan mengadakan penelitian lebih lanjut, diperlukan adanya kerangka berpikir untuk memberikan gambaran mengenai alur pemikiran yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini. Seperti digambarkan dalam diagram 2., masing-masing teori dikaitkan dalam hubungan antar variabel setelah dalam kajian teori dijelaskan secara terpisah. Dari diagram 2. bisa terlihat pemikiran awal yang melatarbelakangi penyusunan usulan penelitian ini, yaitu maraknya penerjemahan novel asing di Indonesia. Oleh karena itu, peneliti mencoba untuk mengambil satu objek penelitian novel dari kedua bahasa dan menemukan kasus penerjemahan tuturan slan g di dalamnya. Selanjutnya, peneliti akan mengkaji mengenai kesepadanan dan keberterimaan makna serta teknik yang digunakan penerjemah dalam menerjemahkan tuturan slan g yang terdapat dalam novel asli ke dalam bahasa sasaran. Skema kerangka berpikir lebih jelas tergambar pada diagram 2 pada halaman berikutnya.