memiliki su bject matter comp etence, penerejemah bisa, sebagai contohnya, menggunakan kamus dan buku-buku referensi yang bisa mendukung proses
penerjemahan yang dilakukan. Jika hal-hal tersebut sudah dikuasai, penting bagi penerjemah untuk mempertahankan dan terus mengembangkan kemampuannya
tersebut agar terjemahan yang dihasilkan juga tetap berkualitas. Penelitian ini hanya mengkaji mengenai kesepadanan dan keberterimaan
makna serta keberterimaan bahasa informal terjemahan slang sebagai objek penelitian.
Kajian penelitian ini berfokus pada teknik penerjemahan yang digunakan penerjemah serta kesepadanan dan keberterimaan makna serta
keberterimaan bahasa informal tuturan sla ng Irlandia ke dalam terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Aspek keterbacaan tidak dibicarakan dalam usulan tesis
ini karena tinjauan yang dilakukan hanyalah pada unit linguistik mikro dalam suatu teks.
2. Makna dalam Pe ne rjemahan
a. De finisi Makna dalam Pe ne rjemahan
Dalam penelitian ini, kesepadanan makna merupakan hal penting yang menjadi dasar analisis data. Dikatakan demikian karena nantinya analisa
yang dilakukan bukan hanya bagaimana seorang penerjemah mengalihkan makna suatu kata atau kalimat, namun meluas pada pengalihan pesan dalam
makna tersebut. Oleh karena itu, penulis akan memberikan pengertian makna terlebih dahulu dan kesepadanan makna pada poin yang berikutnya.
Makna diartikan sebagai,
“1. maksud pembicara; 2. pengaruh satuan bahasa dalam pemahaman
persepsi atau perilaku manusia atau kelompok
manusia; 3.
hubungan, dalam
arti kesepadanan
atau ketidaksepadanan antara bahasa dan alam di luar bahasa, atau
antara ujaran
dan semua hal yang ditunjuknya; 4.
cara menggunakan lambang-lambang bahasa.” Kridalaksana: 2008.
Setiap satuan komunikasi yang dilakukan melalui media apapun pasti
mengandung suatu makna. Nida dan Taber 1982 menyebutkan bahwa sebuah kata bisa mempunyai beberapa arti dan kata-kata yang berbeda bisa
memiliki keterkaitan makna dalam suatu satuan komponen makna tertentu. Satuan komponen makna yang dimaksud adalah komponen umum
common comp on en ts, komponen diagnostis diag no stic co mp onents, dan komponen tambahan su pplementary co mp onents. Nida dan Taber 1982
menyebutkan bahwa komponen umum atau common comp on en ts merupakan “those wh ich are sh ared b y all the mean ing s of a wo rd ”. Sebagai
contohnya, makna yang berbeda dari kata field dalam They h ad the flag ceremon y in the field , The farmers p la nt their seed in th e no rth ern field, dan
The warrior died g racefully in a ba ttle field mempunyai komponen umum yang sama yaitu an a rea.
Komponen diagnostis
mempunyai pengertian sebagai “komponen
makna yang gunanya memisahkan satu makna dari makna yang lain, baik makna-makna itu kepunyaan satu kata atau beberapa kata.” Kridalaksana:
2008. Sepadan dengan pengertian di atas, Nida dan Taber 1982 juga mengungkapkan bahwa komponen ini membedakan makna satu dengan
yang lainnya. Dalam contoh di atas, masing-masing makna dibedakan oleh komponen fla g ceremony, farm, dan war.
Nida dan Taber 1982 menjelaskan bahwa komponen ini memberikan kesan terhadap suatu makna secara fleksibel tanpa merubah makna yang
ada. Dalam
kamusnya, Kridalaksana
2008 menunjukan komponen
tambahan sebagai “komponen makna yang khusus mewakili makna suatu unsur tetapi yang tidak bertujuan memisahkannya dari makna lain”. Makna
kata h it dalam Ha rry hit Bob mengandung komponen kesan inten tio na lity bahwa hal itu dilakukan dengan sengaja, sedangkan dalam The ba ll hit Bob
tidak akan ditemukan kesan bahwa ‘Bola itu mengenai Bob dengan sengaja’. Komponen in ten tion ality inilah yang dimaksud dengan komponen tambahan
dalam makna.
b. Jenis Makna dalam Pe ne rjemahan