yang lainnya. Dalam contoh di atas, masing-masing makna dibedakan oleh komponen fla g ceremony, farm, dan war.
Nida dan Taber 1982 menjelaskan bahwa komponen ini memberikan kesan terhadap suatu makna secara fleksibel tanpa merubah makna yang
ada. Dalam
kamusnya, Kridalaksana
2008 menunjukan komponen
tambahan sebagai “komponen makna yang khusus mewakili makna suatu unsur tetapi yang tidak bertujuan memisahkannya dari makna lain”. Makna
kata h it dalam Ha rry hit Bob mengandung komponen kesan inten tio na lity bahwa hal itu dilakukan dengan sengaja, sedangkan dalam The ba ll hit Bob
tidak akan ditemukan kesan bahwa ‘Bola itu mengenai Bob dengan sengaja’. Komponen in ten tion ality inilah yang dimaksud dengan komponen tambahan
dalam makna.
b. Jenis Makna dalam Pe ne rjemahan
Selanjutnya akan dijelaskan pula mengenai jenis-jenis makna yang harus dikenali oleh seorang penerjemah sebelum dan selama melakukan
proses penerjemahan. Nababan 1999 dalam bukunya merumuskan 5 jenis makna yang terkait dalam penerjemahan.
1. Makna Leksikal
Kridalaksana 2008 menjelaskan bahwa makna leksikal adalah makna unsur-unsur bahasa sebagai lambang benda, peristiwa dan lain-lain.
Sebagai contohnya, kata-kata ru n, up , ag ainst mempunyai makna leksikal ‘berlari’, ‘keatas’, dan ‘bertentangan’ Wojowasito, 1974.
Biasa juga disebut sebagai makna kata yang tercantum dalam kamus. Dengan kata lain makna ini merupakan makna yang lepas dari
penggunaan maupun konteksnya. 2.
Makna Gramatikal Makna gramatikal ditemukan dalam hubungan antara unsur- unsur
bahasa dalam satuan-satuan yang lebih besar, misalnya hubungan antara
satu kata dengan kata lain dalam frase atau klausa Kridalaksana, 2008. Makna kata pa rk adalah ‘taman’ jika posisinya
dalam kalimat adalah sebagai objek, seperti dalam contoh We walk ed throu gh the p ark. Sementara itu, jika kata pa rk menempati posisi
predikat kalimat seperti dalam We park the car, maka makna yang ditemukan adalah ‘memarkir’.
3. Makna Kontekstual atau Situasional
Sesuai dengan istilah yang dipakai, makna ini terhubung erat dengan konteks atau situasi penggunaan suatu kata baik saat berdiri sendiri
maupun dalam kalimat. Kridalaksana 2008 mendefinisikan makna ini sebagai “hubungan antara ujaran dan situasi di mana ujaran itu
dipakai”. Ujaran Great tidak selalu bermakna ‘bagus’ atau ‘hebat’, namun ujaran ini juga bisa berarti ‘keluhan’ ketika diucapkan oleh
seorang siswa yang mendapatkan tugas tambahan dari gurunya. Penerjemah harus mengenali betul konteks dan situasi sebuah kata
berada.
4. Makna Tekstual
Makna ini akan ditentukan oleh register sebuah teks. Seperti halnya konteks maupun situasi, isi atau tema dari suatu teks juga berperan
penting dalam menentukan makna sebuah kata. Contoh sederhananya bisa dilihat sebagai berikut.
Left click on table a nd choose Table Autoformat. Mo ve th e curso r up o r do wn to cho ose the ta ble style you wan t.
Dalam teks di atas, ‘table’ merupakan istilah dalam program komputer. 5.
Makna Sosiokultural Makna sosiokultural adalah makna yang berkaitan dengan keadaan
sosial budaya masyarakat pengguna bahasa. Makna ini bisa muncul dari
suatu istilah budaya bahasa sumber yang mungkin ada
padanannya ataupu tidak dalam bahasa sasaran. Seorang penerjemah harus sangat berhati-hati dalam menerjemahkan istilah-istilah seperti
b itch, d amn, karena tidak selamanya kata-kata tersebut mengandung makna negatif. Dalam suatu komunitas pengguna bahasa Inggris di
Irlandia, ujaran Where’s yo ur bitch ? adalah biasa dilontarkan antar teman sebaya untuk merujuk pada ‘Dimana pacarmu perempuan?’.
Dari uraian di atas, bisa disimpulkan bahwa perbedaan makna sebuah kata atau kalimat disebabkan perbedaan struktur posisi gramatikal, konteks
kalimat, dan
juga register.
Teks kedokteran menggunakan
bahasa kedokteran, teks hukum menggunakan bahasa hukum, dan sebagainya
Hatim dan Mason, 1997.
c. Ke sepadanan Makna dalam Penerje mahan