Intensitas Energi Terhadap Populasi

Outlook Energi Indonesia 2009 2-12

0,0 0,1

0,2 0,3 0,4 0,5 2006 2009 2012 2015 2018 2021 2024 S B M J u ta R p Kasus T60 Kasus T30 Kasus R60 Kasus R30 Gambar 2.5 Prakiraan intensitas pemakaian energi termasuk biomasa terhadap PDB

0,0 0,1

0,2 0,3 0,4 0,5 2006 2009 2012 2015 2018 2021 2024 S B M J u ta R p Kasus T60 Kasus T30 Kasus R60 Kasus R30 Gambar 2.6 Prakiraan intensitas pemakaian energi komersil terhadap PDB

2.5.2 Intensitas Energi Terhadap Populasi

Pertumbuhan penduduk dan peningkatan pendapatan dapat mempengaruhi besaran dan pola pemakaian energi melalui perubahan aktivitas dan intensitas energi per kapita. Naiknya intensitas energi per kapita di Indonesia mengindikasikan peningkatan pendapatan per kapita setiap tahunnya, yang selanjutnya akan mempengaruhi aktivitas dan pola pemakaian energi di setiap sektor. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi akan secara tidak langsung meningkatkan intensitas pemakaian energi final di Indonesia yang saat ini masih rendah dibandingkan negara lainnya. Intensitas pemakaian energi final komersil dan energi final termasuk biomasa per kapita diperkirakan akan terus meningkat. Pada tahun 2006, intensitas Outlook Energi Indonesia 2009 2-13 energi final komersil sebesar 2,41 SBMkapita dan intensitas energi final termasuk biomasa sebesar 3,72 SBMkapita. Pemakaian biomasa diperkirakan akan menurun sehingga pada tahun 2025 intensitas energi final komersil dan energi final termasuk biomasa pada kedua skenario hampir sama. Pada tahun 2025, untuk skenario rendah intensitas energi final komersil meningkat menjadi 4,9 SBMkapita dan intensitas energi final termasuk biomasa meningkat menjadi 5,3 SBMkapita. Untuk skenario tinggi intensitas energi final komersil pada tahun 2025 meningkat menjadi 6,3 SBMkapita dan intensitas energi final termasuk biomasa meningkat menjadi 6,8 SBMkapita. Perubahan harga minyak dari 30 barel menjadi 60 barel ternyata hanya menyebabkan perubahan intensitas energi final komersil dan energi final termasuk biomasa secara tidak signifikan. Hal ini disebabkan karena teknologi pemakai energi demand device yang dipertimbangkan termasuk teknologi alternatif dalam model tidak sensitif terhadap perubahan harga minyak pada rentang tersebut. Teknologi pemakai energi alternatif belum layak pada harga di bawah 60 barel. Sedangkan teknologi pemakai energi alternatif yang masuk ke dalam sistem energi adalah sesuai dengan kebijakan energi yang telah ditetapkan mandatori BBN, percepatan pembangkit listrik 10.000 MW dan konversi minyak tanah ke LPG. Prakiraan intensitas pemakaian energi komersil dan intensitas pemakaian energi termasuk biomasa terhadap penduduk di Indonesia untuk kasus harga minyak rendah dan tinggi dari tahun 2006 - 2025 ditunjukan pada Gambar 2.6. Sedangkan Gambar 2.7 menunjukkan prakiraan intensitas pemakaian energi komersil terhadap penduduk di Indonesia untuk kasus harga minyak rendah dan tinggi dari tahun 2006 – 2025. 1 2 3 4 5 6 7 8 2006 2009 2012 2015 2018 2021 2024 S B M K a p it a Kasus T60 Kasus T30 Kasus R60 Kasus R30 Gambar 2.7 Prakiraan intensitas pemakaian energi final termasuk biomasa terhadap penduduk Outlook Energi Indonesia 2009 2-14 1 2 3 4 5 6 7 2006 2009 2012 2015 2018 2021 2024 S B M K a p it a Kasus T60 KasusT30 Kasus R60 Kasus R30 Gambar 2.8 Prakiraan intensitas pemakaian energi final komersil terhadap penduduk Outlook Energi Indonesia 2009 3-1

BAB 3 KEBUTUHAN DAN PENYEDIAAN ENERGI

3.1 Kebutuhan Energi

Dengan adanya kecenderungan harga minyak dunia yang tidak stabil, maka pada buku ini dilakukan kajian mengenai kebutuhan energi final untuk setiap sektor pengguna pada kondisi dua skenario perkembangan produk domestik bruto PDB masing-masing untuk kasus harga minyak 30 barel dan 60 barel. Energi final adalah energi yang dipakai oleh peralatan pemakai energi demand devices. Pemakaian energi final dalam buku ini sudah mempertimbangkan peningkatan efisiensi dan konservasi terhadap sektor kebutuhan energi demand. Dengan pertimbangan pemakaian teknologi yang sama maka diperkirakan tidak ada perbedaan yang signifikan pada proyeksi total pemakaian energi final berdasarkan kedua kasus harga minyak di tahun 2025. Perbedaan total pemakaian energi disebabkan oleh skenario pertumbuhan PDB yang digunakan, yaitu pertumbuhan PDB rata-rata sebesar 4 skenario rendah dan pertumbuhan PDB rata-rata sebesar 6,5 skenario tinggi. Pada skenario rendah kebutuhan energi final meningkat dengan laju pertumbuhan 2,9. Tahun 2006 kebutuhan energi final termasuk jenis non-komersial seperti biomasa adalah sebesar 845,3 juta SBM dan pada tahun 2025 menjadi 1.445,6 juta SBM pada harga minyak 30 barel dan menjadi 1.434 juta SBM pada harga minyak 60 barel. Pada skenario tinggi kebutuhan energi final meningkat dengan laju pertumbuhan 4,4. Pada tahun 2025 menjadi 1.860,7 juta SBM pada harga minyak 30 barel dan menjadi 1.861,9 juta SBM pada harga minyak 60 barel. Gambar 3.1 menampilkan perbandingan pemakaian energi final termasuk biomasa berdasarkan kasus dasar terhadap kasus lainnya pada kurun tahun 2006 - 2025. 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000 2006 2008 2010 2012 2014 2016 2018 2020 2022 2024 J u ta S B M Kasus R30 Kasus R60 Kasus T30 Kasus T60 Gambar 3.1 Perbandingan kebutuhan energi final termasuk biomasa untuk setiap kasus