1 Potensi Energi Terbarukan 1. 1 Potensi Tenaga Air

Out look Energi Indonesia 2009 7-1

BAB 7 KETENAGALISTRIKAN

7. 1 Potensi Energi Terbarukan 7. 1. 1 Potensi Tenaga Air Indonesia memiliki pot ensi t enaga air yang cukup besar, mengingat kondisi t opograf i yang sangat mendukung yait u bergunung dan berbukit sert a dialiri oleh banyak sungai dan adanya danau waduk yang cukup pot ensial sebagai sumber t enaga air. Pot ensi t enaga air yang besarnya dari t ahun 2003 - 2005 cenderung konst an t ersebut t ersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia dan mempunyai peluang unt uk dapat dikembangkan secara opt imal, khususnya yang berada di luar Jawa. Sedangkan pot ensi t enaga air di Jawa walaupun cukup besar namun sebagian besar t elah dimanf aat kan. Selain it u lahan di Jawa sudah t erbat as sehingga unt uk mengembangkan t enaga air skala besar akan menemui banyak kendala. Selain pot ensi t enaga air skala besar, Indonesia j uga mempunyai pot ensi t enaga air skala kecil mini dan mikrohidro yang berkapasit as ant ara 200 - 5. 000 kW. Sepert i halnya pot ensi t enaga air skala besar, pot ensi t enaga mikrohidro j uga cukup besar dan t ersebar merat a di seluruh wilayah Indonesia, sepert i Sumat era, Jawa, Kalimant an, Sulawesi, dan pulau lain. Di Sumat era, pot ensi minihidro t ersebar di 8 provinsi, kecuali Provinsi Bangka Belit ung, sedangkan di Jawa, pot ensi mini hidro t ersebar di 5 provinsi dengan pot ensi t erbesar t erdapat di Provinsi Jawa Timur. Pot ensi t enaga mikrohidro selain dimanf aat kan pada pembangkit list rik j uga unt uk irigasi. Namun hanya di beberapa propinsi sepert i Riau, Jambi, Lampung, Kalimant an Barat , dan Nusa Tenggara Timur yang pot ensinya dapat dimanf aat kan unt uk irigasi. Perkembangan pot ensi dan kapasit as t erpasang t enaga air skala besar dan kecil di Indonesia selama kurun wakt u 2003 - 2005 dit unj ukkan pada Gambar 7. 1. Pada t ahun 2005, pot ensi t enaga air skala besar adalah sebesar 75, 67 GW dan 71, 14 GW berada di l uar Jawa-Bali, sedangkan pot ensi t enaga air skala kecil pada t ahun yang sama adalah sekit ar 460 MW. Dari t ot al pot ensi t enaga air skala besar t ersebut yang sudah dimanf aat kan adalah sebesar 4. 405 MW 3. 221 MW PLN dan 1. 184 MW non-PLN dan sebagian besar berada di Jawa. Pot ensi t enaga air di Jawa-Bali hanya sekit ar 6 dari t ot al pot ensi yang ada di Indonesia, sedangkan di pulau lain yang mempunyai pot ensi t enaga air t erbesar, yait u sekit ar 44, 5 dari t ot al pot ensi Indonesia, namun kebanyakan pot ensi t ersebut belum dimanf aat kan secara opt imal . Out look Energi Indonesia 2009 7-2 Sumber: Pusdat in-DESDM dan BPPT Gambar 7. 1 Perkembangan potensi dan kapasitas terpasang tenaga air skala besar dan kecil Sepert i halnya pot ensi t enaga air skala besar, pot ensi t enaga air skala kecil yang t elah dimanf aat kan masih relat if kecil yait u hanya sekit ar 18 dari t ot al pot ensi yang ada. Pemanf aat an t enaga air skala kecil t ersebut masih relat if kecil karena pot ensinya biasanya berada di daerah t erpencil yang kebut uhan list riknya relat if kecil sehingga unt uk pot ensi minihidro yang lokasinya j auh dari konsumen belum dimanf aat kan. Namun dengan t erj adinya krisis list rik di Indonesia, provinsi yang mempunyai pot ensi t enaga air hidro dan minihidro, t erut ama di luar Jawa, dapat memanf aat kan pot ensi t enaga air unt uk menghasilkan list rik. 7. 1. 2 Panas Bumi Pot ensi energi panas bumi j uga cukup besar yang set ara dengan sekit ar 27 ribu MW dan belum dapat dimanf aat kan secara opt imal. Sekit ar 80 dari lokasi panas bumi di Indonesia, sepert i di Sumat era 81 lokasi, Jawa 71 lokasi, Bali dan Nusa Tenggara 27 lokasi, Maluku 15 lokasi, sert a Sulawesi Ut ara 7 lokasi berasosiasi dengan sist em vulkanik akt if , sedangkan di Sulawesi 43 lokasi, Bangka Belit ung 3 lokasi, Kalimant an 3 lokasi, dan Papua 2 lokasi berada di lingkungan non-vulkanik akt if . Dari 252 lokasi panas bumi yang ada, hanya 31 yang t elah disurvei secara rinci dan didapat kan pot ensi cadangan. Namun sebagian besar lokasi panas bumi, t erut ama yang berada di daerah t erpencil masih dalam st at us survei pendahul uan, sehingga baru diperoleh pot ensi sumber dayanya. Sebagian besar dari lokasi panas bumi t erlet ak di lingkungan vulkanik dan sisanya berada di lingkungan bat uan sedimen dan met amorf , sehingga sebagian besar sumber panas bumi t ergolong mempunyai ent hal pi t inggi dengan suhu sekit ar 250 – 300 o C dan sisanya mempunyai ent hal pi rendah at au sering disebut j uga aquat her mal dengan suhu sekit ar 140 o C. Saat ini t elah t ersedia t eknologi pembangkit list rik yang dapat memanf aat kan t enaga panas Out look Energi Indonesia 2009 7-3 bumi dengan suhu sekit ar 140 o C, sehingga di masa mendat ang panas bumi aquat her mal dapat dimanf aat kan. Gambaran dist ribusi pot ensi panas bumi per wilayah disaj ikan pada Gambar 7. 2. 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000 E n e rg i P o te n si a l M W e Ja w a Sum. Ka l. Sula w e si Ba li, NTB, NTT M a luku, Pa p ua C a d . Te rb ukti C a d . Mung kin C a d . Te rd ug a SD Hip o te tis SD Sp e kula tif Sumber: Direkt orat Invent arisasi Sumberdaya Mineral, 2006 Gambar 7. 2 Potensi panas bumi per wilayah Sumat era mempunyai pot ensi panas bumi yang paling besar dan t ersebar di 84 lokasi, sepert i daerah Sumat era Ut ara misalnya di daerah Gunung Sinabung, Gunung Sibayak, Sarulla, Sibual-buali , Gunung Sorik Merapi, Gunung Pusuk Buhit dan Simbolan Nainggolan. Namun, pot ensi panas bumi yang sudah dimanf aat kan baru sekit ar 2 MWe yang berl okasi di Gunung Sibayak. Berlainan dengan Sumat era, Jawa walaupun t ot al cadangan panas buminya t idak sebesar di Sumat era, akan t et api pemanf aat annya j auh lebih besar. Hal t ersebut disebabkan kebut uhan list rik di Jawa lebih besar dibanding di l uar Jawa. Selain it u, produksi list rik dari pembangkit l ist rik t enaga panas bumi PLTP dapat dengan mudah di akses ke j aringan t ransmisi PLN. Pot ensi panas bumi di Jawa Barat t ersebar di 38 lokasi, yait u Karaha, Wayang Windu, Pat uha, Draj at , Gunung Salak, dan Kamoj ang. Adapun pot ensi panas bumi yang t elah dimanf aat kan adalah di daerah Kamoj ang 140 MWe, Gunung Sal ak 330 MWe, dan Draj at 55 MWe. Sedangkan di Jawa Tengah pot ensi panas bumi yang sudah dimanf aat kan berada di daerah Dieng, yait u sebesar 60 MWe, dengan cadangan t erbukt i sebesar 280 MWe. Di Sulawesi karena sulit nya akses dari lapangan panas bumi ke konsumen menyebabkan pot ensi panas bumi yang t elah dimanf aat kan hanya di daerah Lahendong sebesar 20 MWe. Lapangan panas bumi Lahendong mempunyai cadangan t erbukt i sebesar 65 MWe. Secara keseluruhan, Indonesia mempunyai pot ensi panas bumi sebesar 27. 638 MWe yang t erdiri dari pr oven r eser ve sebesar 2. 305 MWe, pr obabl e r eser ve sebesar 728 MWe, possi bl e r eser ve sebesar 9. 908 MWe, hypot het i cal r esour ce sebesar 4. 430 MWe dan specul at i ve r esour ce sebesar 10. 267 MWe. Out look Energi Indonesia 2009 7-4 7. 1. 3 Energi Baru dan Terbarukan Lainnya Indonesia mempunyai pot ensi energi baru dan t erbarukan EBT, sepert i biomasa, t enaga surya dan t enaga angin yang t ersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia, namun t idak semua EBT di wilayah t ersebut mempunyai peluang unt uk dapat dikembangkan secara opt imal . Biomasa walaupun pot ensinya cukup besar, namun belum banyak dimanf aat kan, begit u pula dengan t enaga surya dan t enaga angin. Tenaga surya dapat dikembangkan di sel uruh wilayah karena Indonesia t erlet ak t epat di garis khat ulist iwa. Unt uk Indonesia bagian selat an, sepert i Bali dan Nusa Tenggara mempunyai kecepat an angin yang relat if t inggi sehingga sangat sesuai unt uk dikembangkan pembangkit list rik t enaga angin di wilayah t ersebut . Selain biomasa, t enaga mat ahari dan t enaga angin, diprakirakan seperempat darat an Indonesia mengandung deposit mineral radioakt if t erut ama uranium yang dapat dimanf aat kan sebagai sumber bahan bakar unt uk pembangkit list rik t enaga nuklir PLTN. A. Biomasa Biomasa t erdiri at as limbah hut an kayu bakar dan limbah kayu, limbah pert anian dan perkebunan padi, j agung, ubi kayu, j agung, limbah kelapa kelapa sawit , dan j arak pagar, limbah indust ri pengolahan kayu dan gula dan limbah rumah t angga muni ci pal sol i d wast e yang merupakan bahan buangan dengan nilai ekonomisnya nol at au sangat rendah. Biomasa t ersebut dapat dimanf aat kan sebagai bahan bakar unt uk menghasilkan list rik at au panas. Tot al pot ensi biomasa pada t ahun 2005 adalah 49, 8 GW dan baru dimanf aat kan sebesar 0, 3 GW. Sedangkan berdasarkan laporan BPPT, pada t ahun 2004 t ot al pot ensi biomasa limbah cassava, limbah kayu, limbah kelapa kelapa sawit , limbah indust ri pengolahan kayu, limbah padi, limbah j agung, limbah kelapa sawit dan limbah t ebu di Indonesia adalah sebesar 49, 34 GW. Pot ensi biomasa t erbesar berada di Sumat era, kemudian bert urut -t urut disusul Jawa, Kalimant an, dan Sulawesi, dengan limbah t ebu menduduki pangsa t ert inggi unt uk Jawa dan Sumat era, karena pada kedua wilayah t ersebut t erdapat pabrik gula dan perkebunan t ebu yang cukup besar. Sedangkan Kalimant an yang sebagian besar indust rinya adalah indust ri pengolahan kayu, mengingat hut an masih banyak t erdapat di wilayah ini, menyebabkan pangsa limbah indust ri pengolahan kayu di wilayah ini menduduki angka t ert inggi, sedangkan di Sulawesi, limbah kelapa sawit menduduki pangsa t ert inggi walaupun besarnya masih lebih rendah dibandingkan Sumat era. Berlainan dengan limbah hut an, kayu bakar, limbah pert anian dan perkebunan yang mempunyai pot ensi sangat besar, sedangkan limbah kot a sampah yang t erdiri dari sampah dapur, plast ik, dan kert as pot ensinya hanya t erbat as di kot a-kot a besar di Indonesia, namun limbah kot a yang berupa sampah kayu, Out look Energi Indonesia 2009 7-5 bambu, kain, karet dan kulit j umlahnya sangat kecil. Pot ensi rat a-rat a limbah kot a di kot a-kot a besar di Indonesia adal ah 0. 5 kg kapit a hari at au dengan volume sebesar 3 lit er. Tot al pot ensi biomasa per j enis limbah per wilayah di Indonesia pada t ahun 2004 dit unj ukkan pada Gambar 7. 3, sedangkan kandungan energi pot ensial dalam limbah kot a pada beberapa kot a besar di Indonesia dengan mengambil nilai kalor sampah campuran sebagai nilai kalor rat a-rat a sampah pemukiman kot a dit unj ukkan pada Tabel 7. 1. 5 10 15 20 25 P o te n si G W Limb a h Pa d i Limb a h Ja g ung Sing ko ng Limb a h Htn Ka yu K. Sa w it Pa le m Ja w a -Ba li Suma te ra Ka lima nta n Pula u La in Sumber: BPPT Gambar 7. 3 Total potensi biomasa per j enis limbah per wilayah tahun 2004 Tabel 7. 1 Potensi energi yang terkandung dalam sampah kota besar Produksi Potensi Energi No. K o t a ton hari 10 9 kkal hari 10 3 BOE hari 1. Jakart a 6. 000 21, 00 14, 37 2. Surabaya 2. 600 9, 10 6, 23 3. Bandung 2. 200 7, 70 5, 27 Ket erangan : a Nilai kalor sampah campuran 3. 500 kkal kg b 1 BOE = 1, 461 x 10 6 kkal

B. Tenaga Surya Pot ensi t enaga surya di Indonesia sangat dit ent ukan dari int ensit as radiasi

mat ahari. Mengingat Indonesia mempunyai dua musim, yait u musim panas dan musim penghuj an, namun mat ahari sepanj ang t ahun t et ap bersinar walaupun diwakt u musim penghuj an, sayangnya kel embaban udara di Indonesia t inggi, sehingga int ensit as radiasi rat a-rat a hanya mencapai sekit ar 2 hingga 5 kWh m 2 . Dari seluruh wilayah Indonesia, Lampung, Jawa Tengah, Sulawesi Tengah, Papua, Bali, NTB, dan NTT yang mempunyai int ensit as radiasi sekit ar 5 kWh m 2 , namun bel um seluruh wilayah t ersebut t elah memanf aat kan t enaga Out look Energi Indonesia 2009 7-6 mat ahari. Sedangkan di Jawa Barat , khusunya di Bogor dan Bandung mempunyai int ensit as radiasi sekit ar 2 kWh m 2 dan unt uk wilayah Indonesia lainnya besarnya rat a-rat a int ensit as radiasi adal ah sekit ar 4 kWh m 2 . Pengukuran int ensit as radiasi di seluruh Indonesia dari t ahun 1965 hingga 1995 t ersebut , sebagian besar dilakukan oleh BPPT dan sisanya oleh BMG sepert i dit unj ukkan pada Tabel 7. 2. Tabel 7. 2 Intensitas radiasi matahari per propinsi Propinsi Lokasi Tahun Pengukuran Posisi Geografis Intensitas Radiasi kWh m 2 NAD Pidie 1980 4 o 15’ LS; 96 o 52’ BT 4, 097 Sumat era Selat an Ogan Komerin Ulu 1979-1981 3 o 10’ LS; 104 o 42’ BT 4, 951 Lampung Lampung Selat an 1972-1979 4 o 28’ LS; 105 o 48’ BT 5, 234 DKI Jakart a Jakart a Ut ara 1965- 1981 6 o 11’ LS; 106 o 05’ BT 4, 187 Tangerang 1980 6 o 07’ LS; 106 o 30’ BT 4, 324 Bant en Lebak 1991 - 1995 6 o 11’ LS; 106 o 30’ BT 4. 446 Bogor 1980 6 o 11’ LS; 106 o 39’ BT 2, 558 Jawa Barat Bandung 1980 6 o 56’ LS; 107 o 38’ BT 4, 149 Jawa Tengah Semarang 1979-1981 6 o 59’ LS; 110 o 23’ BT 5, 488 DI Yogyakart a Yogyakart a 1980 7 o 37’ LS; 110 o 01’ BT 4, 500 Jawa Timur Pacit an 1980 7 o 18’ LS; 112 o 42’ BT 4, 300 Kalimant an Barat Pont ianak 1991-1993 4 o 36’ LS; 9 o 11’ BT 4, 552 Kalimant an Timur Kabupat en Berau 1991-1995 o 32’ LU; 117 o 52’ BT 4, 172 1979 - 1981 3 o 27’ LS; 114 o 50’ BT 4, 796 Kalimant an Selat an Kot a Baru 1991 - 1995 3 o 25’ LS; 114 o 41’ BT 4, 573 Goront alo Goront alo 1991-1995 1 o 32’ LU; 124 o 55’ BT 4, 911 Sulawesi Tengah Donggala 1991-1994 o 57’ LS; 120 o 0’ BT 5, 512 Papua Jayapura 1992-1994 8 o 37’ LS; 122 o 12’ BT 5, 720 Bali Denpasar 1977- 1979 8 o 40’ LS ; 115 o 13’ BT 5, 263 NTB Sumbawa 1991-1995 9 o 37’ LS; 120 o 16’ BT 5, 747 NTT Ngada 1975-1978 10 o 9’ LS; 123 o 36’ BT 5, 117 Sumber: BPPT

C. Tenaga Angin Indonesia mempunyai pot ensi t enaga angin yang cukup beragam, namun

hanya lokasi-lokasi t ert ent u saj a, sepert i daerah pant ai di Kawasan Timur Indonesia sepert i NTB, NTT, dan Sulawesi Selat an sert a pant ai selat an Jawa . Secara umum kecepat an angin rat a-rat a pada ket inggian 24 m di Indonesia mencapai sekit ar 3 hingga 6 m det ik, namun hanya di Rot e Kupang-NTT yang mempunyai kecepat an angin sebesar 6 m det ik. Berdasarkan hasil pengukuran NREL US Depar t ement of Ener gy, Nat i onal Renewabl e Ener gy Labor at or y di NTT, khususnya di Sumba dan Timor pada ket inggian 30 m menunj ukkan bahwa pada ket inggian t ersebut kecepat an angin t ert inggi di Sumba dapat mencapai 8, 2 – 9, 1 m det ik, sedangkan di Out look Energi Indonesia 2009 7-7 Timor adalah 6, 2 – 10, 1 m det ik. Kecepat an angin t erendah dari kedua wilayah t ersebut pada ket inggian yang sama masing-masing adalah 4, 3 – 5 m det ik. D. Uranium Sepert i yang t elah dij elaskan seperempat darat an Indonesia mengandung deposit mineral radioakt if t erut ama uranium yang dapat dimanf aat kan sebagai sumber bahan bakar unt uk PLTN. Berdasarkan hasil penelit ian t ahun 2000, j umlah cadangan t erukur U 308 di daerah Eko-Remaj a, Radasar, Kal an Ket ungau, Rirang, Lembah Hit am, Lemaj ung, Amir Engkala, Tanah Merah, Jeronang Hulu, Semut , Jumbang, Prembang Kanan, Dendang Aral, Bubu, dan Ririt adalah 907 t on, namun t ot al cadangan t erindikasi dan t ereka dari seluruh daerah t ersebut lebih besar dibanding cadangan t erukur, sehingga masih ada prospek unt uk meningkat kan cadangan t erukur. 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 E. Remaja Rabau K. Ketungau Rirang L. Hitam Lemajung A. Engkala T. Merah J. Hulu Semut Jumbang P. Kanan D. Aral Bubu Ririt Cadangan U3O8 Ton Terukur Terindikasi Tereka Spekulasi Sumber: Direkt orat Jenderal Pert ambangan Umum, t ahun 2000 Gambar 7. 4 Total cadangan U 308 di daerah yang disurvei Set elah kegiat an pemboran di Lemaj ung diselesaikan, maka kegiat an penelit ian penambangan diarahkan pada kegiat an reevaluasi j umlah cadangan t erindikasi dan t erukur di Eko-Remaj a dan peningkat an kualit as est imasi di lokasi Rirang. Kegiat an reevaluasi dilakukan dengan l oggi ng ulang pada beberapa l obang bor sert a pendat aan ulang karakt er f isik dan kimia bij ih yait u ant ara lain berat j enis bij ih sert a kadar uranium t horium yang dilakukan di laborat orium Barringer Amerika Serikat . Kegiat an di l okasi Rirang mempunyai sasaran unt uk menget ahui kondisi geologi bawah permukaan dan ekst ensi vert ikal indikasi mineralisasi ke bawah permukaan, dimana kegiat an t ersebut dilakukan dengan cara membuat kupasan dan parit an dalam dengan memindahkan bat uan sebanyak 22, 500 milyar m 3 . Tot al cadangan U 308 di daerah Eko-Remaj a, Radasar, Kalan Ket ungau, Rirang, Lembah Hit am, Out look Energi Indonesia 2009 7-8 Lemaj ung, Amir Engkala, Tanah Merah, Jeronang Hulu, Semut , Jumbang, Prembang Kanan, Dendang Aral , Bubu, dan Ririt per j enis cadangan dit unj ukan pada Gambar 7. 4. 7. 2 Pemanfaatan Tenaga Listrik Pemanf aat an list rik t ot al t iap sekt or selama kurun wakt u 2000 - 2006 mengalami laj u pert umbuhan rat a-rat a sebesar 6, 3 per t ahun, dari 86, 03 TWh menj adi 124 TWh, dimana sekt or indust ri sebagai konsumen t enaga list rik t erbesar dengan pangsa lebih dari 40. Adapun penggunaan list rik yang paling kecil adalah di sekt or t ransport asi, sekit ar 0, 1 dari t ot al pemanf aat an t enaga list rik, mengingat list rik di sekt or t ransport asi hanya digunakan pada angkut an keret a api. Kemudian selama rent ang wakt u 19 t ahun kedepan, mulai dari 2006 - 2025, pemanf aat an t enaga list rik di sekt or indust ri unt uk kasus dasar harga minyak 30 barel, PDB 4 per t ahun diprakirakan akan meningkat dengan laj u pert umbuhan sebesar 4, 8 per t ahun dari sekit ar 56 TWh pada t ahun 2006 menj adi sekit ar 137 TWh pada t ahun 2025. Gambar 7. 5 menyaj ikan pemanf aat an t enaga list rik berdasarkan sekt or unt uk kasus dasar R30. 50 100 150 200 250 300 350 400 2006 2008 2010 2012 2014 2016 2018 2020 2022 2024 TW h Komersial Transportasi Rumah Tangga Industri Gambar 7. 5 Pemanfaatan tenaga list rik setiap sektor kasus dasar Selanj ut nya peningkat an t arget rasio elekt rif ikasi hingga mencapai 95 pada t ahun 2025 dan peningkat an j umlah rumah t angga berdampak t erhadap peningkat an penggunaan t enaga list rik unt uk penerangan pada sekt or rumah t angga. Pada t ahun 2006, t ot al pemanf aat an t enaga list rik pada sekt or rumah t angga mencapai sekit ar 43, 9 TWh dan pada t ahun 2025 diprakirakan meningkat menj adi 159 TWh at au meningkat dengan laj u pert umbuhan sebesar 7 per t ahun. Adapun penggunaan list rik di sekt or komersial hot el, bank, rumah sakit , rest oran, dan perkant oran dari segi pangsa j auh lebih rendah dibandingkan dengan sekt or indust ri dan rumah t angga, meskipun dari segi pert umbuhan penggunaan l ist rik sedikit lebih t inggi dari sekt or indust ri. Penggunaan list rik pada sekt or komersial selama kurun wakt u 2006 - 2025 diprakirakan t umbuh dari 23, 7 TWh pada t ahun 2006 menj adi 75, 8 TWh pada t ahun 2025. Unt uk sekt or t ransport asi, penggunaan t enaga list riknya relat if Out look Energi Indonesia 2009 7-9 kecil dibanding ket iga sekt or lainnya, namun mempunyai pert umbuhan paling t inggi, sekit ar 16 per t ahun. Unt uk skenario pert umbuhan PDB lebih t inggi daripada kasus dasar T30, sebesar 6, 5 per t ahun, akan berdampak pada peningkat an kebut uhan list rik di seluruh sekt or. Pada t ahun 2010 misalnya, diprakirakan t ot al kebut uhan list rik akan meningkat sekit ar 10 dibanding pert umbuhan PDB rendah kasus dasar. Selanj ut nya sampai t ahun 2025 peningkat an kebut uhan list rik t ersebut akan mencapai 27, dari 373 TWh pada kasus dasar menj adi 475 TWh unt uk kasus T30. Pola yang sama t erj adi apabila hasil kasus dengan laj u pert umbuhan PDB rendah dibandingkan t erhadap hasil kasus dengan l aj u pert umbuhan PDB t inggi namun pada harga minyak ment ah lebih t inggi 60 barel. Perbandingan pemanf aat an t enaga list rik berdasarkan sekt ornya unt uk set iap kasus disaj ikan pada Gambar 7. 6. Gambar 7. 6 Pemanfaatan tenaga listrik setiap sektor untuk setiap kasus 7. 3 Infrastruktur Ketenagalistrikan 7. 3. 1 Kapasitas Terpasang Pembangkit Listrik PLN dan Swasta Menurut dat a st at ist ik PLN dan dat a dari DJLPE t ahun 2006, t ot al kapasit as pembangkit list rik nasional PLN dan IPP pada t ahun 2001 adalah sebesar 23, 83 GW, meningkat menj adi 28, 5 GW pada t ahun 2006 at au mengalami pert umbuhan sebesar 3, 6 per t ahun. Selama rent ang wakt u 2001 – 2006 t ersebut , kapasit as pembangkit PLN adalah sekit ar 80 sampai dengan 85 dari keseluruhan t ot al kapasit as pembangkit , sedangkan kapasit as pembangkit Out look Energi Indonesia 2009 7-10 swast a IPP berkisar 15 - 20. Dari segi j enis pembangkit , PLTU bat ubara PLTUB dan PLTGU merupakan pembangkit yang lebih dominan dibanding j enis pembangkit lain. Adapun pembangkit berbahan bakar energi t erbarukan, sepert i PLTP, mempunyai pangsa cukup kecil yait u sekit ar 3. Sepert i t elah disebut kan diat as, pada t ahun 2006 kapasit as t ot al pembangkit PLN dan IPP di Indonesia adal ah sebesar 28, 5 GW, dimana 80 diant aranya berada di wilayah Jawa Bali at au sebesar 22, 9 GW dan sisanya t erlet ak di wilayah luar Jawa Bali. Dilihat dari segi input bahan bakar, pembangkit berbahan bakar BBM dan bat ubara mempunyai pangsa yang paling t inggi, yait u sekit ar 36 dan 31, sedangkan pembangkit panas bumi hanya 3. Hasil proyeksi kapasit as pembangkit PLN dan IPP selama 19 t ahun ke depan menurut kasus dasar R30 at au pert umbuhan PDB 4 per t ahun dan harga minyak ment ah 30 barel, menunj ukkan bahwa t erj adi pert umbuhan rat a- rat a 5, 5 per t ahun dari 28, 47 GW t ahun 2006 menj adi 79, 24 GW pada t ahun 2025. Proyeksi t ersebut menunj ukkan bahwa PLTU bat ubara lebih dominan dibanding dengan pembangkit j enis lain. Pada t ahun 2010 pangsa PLTU bat ubara diprakirakan lebih dari 49 dengan kapasit as t ot al 19, 62 GW. Tingginya pangsa PLTU bat ubara t ersebut disebabkan adanya program percepat an PLTU bat ubara 10 GW yang dit uj ukan unt uk mengurangi ket ergant ungan pembangkit list rik t erhadap BBM. Sel ain it u, pada t ahun yang sama pembangkit berbahan bakar gas diprakirakan mempunyai pangsa hanya 16 at au sekit ar 6 GW, t erdiri dari PLTGU, PLTG gas, dan PLTU gas. Selanj ut nya pada t ahun 2013 diharapkan pembangkit j enis pump st or age mulai beroperasi dengan kapasit as 500 MW dan diproyeksikan meningkat menj adi 3 GW pada akhir periode st udi. Pada t ahun 2025 pangsa pembangkit berbahan bakar bat ubara diproyeksikan naik cukup signif ikan dibanding t ahun 2010, yait u sebesar 78. Sedangkan pembangkit berbahan bakar gas t urun sangat signif ikan, menj adi hanya 6. Hal ini dikarenakan t erbat asnya pasokan gas unt uk pembangkit list rik. Adapun pembangkit panas bumi dan pembangkit t enaga air mempunyai pangsa bert urut –t urut sekit ar 1, 5 dan 7. Tot al kapasit as pembangkit pada t ahun 2025 ini adalah sekit ar 79, 24 GW. Gambar 7. 7 menyaj ikan kapasit as pembangkit PLN dan IPP unt uk kasus dasar R30. Pada kasus pert umbuhan PDB rendah 4 per t ahun dengan harga minyak ment ah 60 barel menunj ukkan adanya sedikit penurunan kapasit as pembangkit BBM yang diimbangi dengan kenaikan kapasit as pembangkit panas bumi. Tet api apabil a dilihat dari t ot al kapasit as pembangkit , t idak t erj adi perubahan yang signif ikan sepanj ang masa periode st udi. Pola yang sama t erj adi pada kasus pert umbuhan PDB t inggi 6, 5 per t ahun. Baik pada harga minyak ment ah 30 barel maupun 60 barel pengaruhnya t erhadap t ot al kapasit as pembangkit selama kurun wakt u 2006 - 2025 t idak t erlihat nyat a. Hal yang sebaliknya t erj adi apabila hasil t ersebut dibandingkan dengan kapasit as pembangkit pada harga minyak yang sama, namun pada pert umbuhan PDB yang berbeda, t erut ama periode set elah 2010. Kondisi kapasit as dan j enis pembangkit t ahun 2020 unt uk harga minyak ment ah 30 Out look Energi Indonesia 2009 7-11 barel dan pada pert umbuhan PDB rendah maupun t inggi t erlihat dengan j elas begit u berbeda. 40 80 2006 2007 2008 2009 2010 2015 2020 2025 GW PLTUB PLTD PLTP PLTG PLTM PLTU Pump Storage PLTA PLTGU Gambar 7. 7 Kapasitas pembangkit PLN dan IPP kasus dasar Pada t ahun 2020, kapasit as t ot al pembangkit pada pert umbuhan PDB rendah mencapai 53, 1 GW dan j enis pembangkit i nt egr at ed gasi f i cat i on combi ned cycl e IGCC belum bisa bersaing dengan j enis pembangkit lain. Tet api pada skenario pert umbuhan PDB t inggi, kapasit as t ot al pembangkit PLN maupun IPP meningkat lebih dari 30 mendekat i 70 GW dan pembangkit IGCC diprakirakan sudah mul ai berperan. Selain it u pembangkit panas bumi dan pembangkit berbahan bakar bat ubara selama periode 2020 - 2025, pada PDB yang lebih t inggi, mempunyai kecenderungan kapasit as yang j auh lebih t inggi dibanding PDB rendah. Selanj ut nya pembangkit list rik t enaga minihidro mikrohidro PLTM pada semua kasus diprakirakan selama kurun wakt u 19 t ahun akan t umbuh cukup signif ikan. Pada t ahun 2025 kapasit as t ot al PLTM di seluruh Indonesia diproyeksikan akan mencapai 0, 5 GW. Hal ini dapat dimengert i mengingat pot ensinya masih sangat besar, selain it u j uga biaya invest asinya relat if rendah. Kendala dari pengembangan PLTM ini adalah lokasinya t ersebar di wilayah-wilayah t erpencil sehingga sif at nya hanya unt uk memenuhi kebut uhan energi set empat on-si t e speci f i c. Adapun pembangkit energi t erbarukan lainnya sepert i pembangkit list rik t enaga surya PLTS dan pembangkit list rik t enaga angin PLTB, baik pada kasus PDB t inggi maupun kasus PDB rendah masih bel um bisa bersaing dengan pembangkit konvensional karena biaya invest asinya masih cukup t inggi. Khusus unt uk PLTB ada kendala geograf is, dimana hanya sedikit wilayah yang mempunyai kecepat an angin rat a-rat a lebih besar dari 3 m det ik. It upun f rekuensinya rendah, hanya beberapa bulan dalam sat u t ahun. Out look Energi Indonesia 2009 7-12 40 80 120 30 60 30 60 30 60 30 60 30 60 30 60 30 60 30 60 2006 2009 2010 2020 2025 2009 2010 2020 2025 GW PLTGU PLTA Pump Storage PLTU PLTM IGCC PLTG PLTP PLTD PLTUB PLTU Sampah Pertumbuhan PDB Rendah Pertumbuhan PDB Tinggi Historikal Gambar 7. 8 Kapasitas pembangkit PLN dan IPP untuk setiap kasus 7. 3. 2 Kapasitas Capt ive Power Kapasit as t ot al capt i ve power di Indonesia pada t ahun 2006 adalah sebesar 13, 5 GW dengan pembangkit berbahan bakar minyak mendominasi j enis pembangkit yang digunakan, yait u mempunyai pangsa sekit ar 73. Sedangkan pembangkit berbahan bakar gas, t ermasuk gas, sebesar 16 dari keseluruhan capt i ve power yang digunakan. Adapun pembangkit bat ubara mempunyai pangsa pal ing kecil , hanya 2, j auh lebih kecil daripada pembangkit hidro yang sebesar 9. Selama kurun wakt u 19 t ahun kedepan diprakirakan kapasit as capt i ve power yang ada akan menurun t erus. Pada t ahun 2025 misalnya, kapasit as t ot al capt i ve power diprakirakan akan t urun drast is, hanya 46 dari kapasit as t ot al t ahun 2006. Penurunan ini dapat dimengert i karena pelanggan PLN, umumnya sekt or indust ri, akan lebih mengandal kan PLN dalam suplai list rik dibandingkan harus menyediakan sendiri keperluan t enaga list riknya. Gambar 7. 9 menyaj ikan prakiraan kapasit as pembangkit capt i ve power unt uk kasus dasar R30. 2 4 6 8 10 12 14 16 2006 2008 2010 2012 2014 2016 2018 2020 2022 2024 GW PLTGM PLTA PLTU Cogen PLTD PLTUB Gambar 7. 9 Kapasitas pembangkit capt ive power kasus dasar Out look Energi Indonesia 2009 7-13 Selanj ut nya, prakiraan kapasit as pembangkit capt i ve power sesuai kasus dasar R30 menunj ukkan bahwa pangsa penggunaan t eknol ogi cogener at i on cenderung meningkat selama rent ang wakt u 2006 – 2025. Meningkat nya cogener at i on ini dapat dipahami mengingat bahwa t eknol ogi cogener at i on merupakan t eknologi yang sangat ef isien bagi indust ri yang membut uhkan energi panas berupa uap air unt uk proses indust ri dan energi list rik dal am pengoperasiannya sepert i indust ri pet rokimia, kert as, t ekst il dan makanan. Teknologi cogener at i on memiliki ef isiensi t inggi karena merupakan proses pembangkit an secara simult an energi list rik dan energi panas oleh suat u sist em dari sat u sumber energi, sehingga ef isiensi energi keseluruhan cogener at i on bisa mencapai 90. Pada akhirnya hal ini akan mengurangi biaya operasi dan j uga mengurangi emisi gas buang yang t erj adi. Selain it u inst al asi cogener at i on di dal am lingkungan pabrik j uga akan mengurangi rugi-rugi t ransmisi. Pengaruh kasus harga minyak t inggi unt uk f akt or PDB t et ap pert umbuhan 4 per t ahun t erhadap kapasit as pembangkit capt i ve power t idak begit u signif ikan apabila dibandingkan dengan kasus dasar. Hal yang sama t erj adi bila kit a bandingkan kapasit as pembangkit pada pert umbuhan PDB t inggi 6, 5 per t ahun, namun pada kasus harga minyak yang bervariasi 30 barel dan 60 barel. Perbedaan yang nyat a t erj adi apabila kit a cermat i kapasit as pembangkit unt uk kondisi PDB berbeda pada harga minyak ment ah yang sama. Pada kondisi pert umbuhan PDB lebih t inggi daripada kasus dasar, t erj adi perbedaan yang cukup besar, dimana kenaikan t ot al kapasit as pembangkit capt i ve power lebih dari 6 t erut ama set elah t ahun 2015. Selain it u penggunaan j enis pembangkit pun berubah. Mulai t ahun 2023 sampai dengan 2025 penerapan PLTU bat ubara akan lebih banyak digunakan dibanding kasus dasar. Hal ini bisa dilihat dari pangsa PLTU bat ubara pada t ahun 2025 yang sebesar 15, j auh lebih t inggi daripada kasus dasar 6. Selanj ut nya, sepert i yang t erj adi pada kasus dasar, pemakaian t eknologi cogener at i on makin membesar dimana penerapan j enis t eknologi yang menggunakan bahan bakar gas t erus meningkat . Diprakirakan selama 19 t ahun kedepan capt i ve power yang ada lebih banyak mengandalkan t enaga air sert a pembangkit berbahan bakar gas dan bat ubara. 7. 3. 3 Produksi Listrik PLN dan IPP Proyeksi produksi list rik PLN dan IPP selama kurun wakt u 19 t ahun 2006- 2025, berdasarkan kasus dasar PDB 4 per t ahun dan harga minyak 30 barel, akan t umbuh rat a-rat a sebesar 6, 7 per t ahun, dari 114, 2 TWh pada t ahun 2006 menj adi 391 TWh pada t ahun 2025. Dilihat dari komposisi produksi list rik yang dihasilkan, pada t ahun 2006 produksi list rik yang berasal dari bat ubara mempunyai pangsa t erbesar yait u lebih dari 40 at au sebesar 45, 8 TWh, sedangkan pangsa t erkecil adalah list rik yang berasal dari energi t erbarukan panas bumi dan minihidro dan t enaga air yait u masing-masing Out look Energi Indonesia 2009 7-14 sekit ar 6 6, 95 TWh dan 8 9, 2 TWh. Gambar 7. 10 menyaj ikan prakiraan produksi list rik PLN dan IPP berdasarkan bahan bakar sesuai kasus dasar R30 50 100 150 200 250 300 350 400 2006 2008 2010 2012 2014 2016 2018 2020 2022 2024 TW h Gas BBM Batubara Minihidro Biodiesel Panas Bumi Hidro Gambar 7. 10 Produksi listrik PLN dan IPP berdasarkan bahan bakar kasus dasar Selanj ut nya produksi list rik yang berasal dari bahan bakar minyak masih mempunyai pangsa yang cukup t inggi, sekit ar 25 at au 29, 2 TWh, melebihi pangsa produksi list rik dari pembangkit berbahan bakar gas 20. Sej alan dengan perat uran Ment eri ESDM mengenai pemanf aat an bahan bakar nabat i, diant aranya biodiesel, pada t ahun 2008 sudah mulai dihasilkan list rik dari pembangkit berbahan bakar biodiesel sekit ar 0, 03 TWh. Meskipun masih sangat kecil, diharapkan kedepan produksi list rik dari bahan bakar nabat i t ersebut meningkat t erus hingga mencapai hasil yang signif ikan. Pada t ahun 2025 diprakirakan produksi list rik yang berasal dari bat ubara akan t et ap lebih dominan dibanding dengan j enis lainnya, dengan pangsa hampir 91 355 TWh, sedangkan pangsa t erkecil adalah produksi list rik dari biodiesel yait u sebesar 0, 2 0, 7 TWh. Sedangkan pangsa list rik yang berasal dari minyak bumi sangat kecil, sekit ar 0, 7 2, 6 TWh. Adapun produksi list rik dari pembangkit berbahan bakar gas pangsanya cukup rendah 2, sedikit lebih rendah dari energi t erbarukan yang berkisar 2, 5 at au mendekat i 9, 7 TWh. Unt uk kasus harga minyak t inggi 60 barel dengan pert umbuhan PDB rendah 4 per t ahun, pengaruhnya t idak cukup t erlihat apabila kit a melihat secara t ot al t erhadap seluruh list rik yang dihasilkan oleh pembangkit yang ada. Namun bil a dit elit i lebih lanj ut , produksi list rik yang berasal dari panas bumi diprediksi akan meningkat t aj am set elah periode 2020, dibandingkan kasus harga minyak dan PDB rendah. Hal ini dapat dimengert i mengingat pada periode t ersebut pasokan gas dan BBM relat if t erbat as, sehingga produksi list rik dari pembangkit bat ubara dan energi t erbarukan lebih diandalkan. Out look Energi Indonesia 2009 7-15 Selanj ut nya pada kasus harga minyak rendah namun PDB t inggi 6, 5 per t ahun, t ot al t enaga list rik yang dihasilkan naik cukup signif ikan dibanding kasus dasar. Pada t ahun 2010 misalnya, produksi list rik diprediksi sebesar 160 TWh, lebih t inggi 18 daripada kasus dasar. Hal yang sama t erj adi selama periode 2011 - 2025, dimana unt uk harga minyak ment ah yang sama namun PDB lebih t inggi, produksi list rik yang t erj adi lebih t inggi sekit ar 22 - 30 dibanding kasus dasar. Adapun komposisi produksi list rik dari pembangkit bat ubara akan t et ap mendominasi sedangkan list rik dari energi t erbarukan, khususnya panas bumi, pemakaiannya akan meningkat secara signif ikan. Gambar 7. 11 menyaj ikan prakiraan produksi list rik PLN dan IPP berdasarkan j enis bahan bakar unt uk set iap kasus. 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 30 60 30 60 30 60 30 60 30 60 30 60 30 60 30 60 2006 2009 2010 2020 2025 2009 2010 2020 2025 TW h BBM Batubara Gas Panas Bumi Hidro Minihidro Biodiesel Pertumbuhan PDB Rendah Pertumbuhan PDB Tinggi HIstorikal Gambar 7. 11 Produksi listrik PLN dan IPP berdasarkan j enis bahan bakar untuk setiap kasus Pada kasus harga minyak ment ah dan pert umbuhan PDB t inggi, dampaknya t erhadap produksi list rik dibanding kasus harga minyak lebih rendah dengan pert umbuhan PDB yang sama relat if t idak begit u kent ara. Tet api bila dibandingkan dengan kasus dasar, proyeksi produksi list rik PLN dan IPP secara t ot al selama kurun wakt u 2010 - 2025 akan lebih t inggi 20 - 30. Sedangkan konf igurasi dari produksi list rik yang ada hampir sama dengan kasus lain, dimana t enaga list rik dari bahan bakar bat ubara akan t et ap mendominasi. 7. 3. 4 Produksi Listrik Capt ive Power Pada kasus dasar, produksi list rik capt i ve power pada t ahun 2006 adalah sebesar 26, 1 TWh dan lebih dari 70 berasal dari pembangkit berbahan bakar minyak. Sedangkan pembangkit berbahan bakar gas dan bat ubara memproduksi list rik bert urut -t urut sebesar 4 dan 22 dari t ot al produksi list rik. Sisanya diisi oleh pembangkit hidro. Sembilan belas t ahun kemudian diprakirakan produksi list rik akan ada penurunan menj adi 17 TWh. Pada t ahun 2025 ini produksi list rik berbahan bakar gas dan bat ubara akan mendominasi, disamping pembangkit berbahan bakar minyak dan PLTA. Apabila pert umbuhan PDB lebih t inggi dit erapkan, pengaruhnya t erlihat dari naiknya produksi list rik t ot al capt i ve power . Kenaikan ini berkisar rat a rat a 30 dibanding kasus dasar. Out look Energi Indonesia 2009 7-16 7. 3. 5 Konsumsi Bahan Bakar Pembangkit Listrik PLN dan IPP Konsumsi bahan bakar pembangkit list rik PLN dan IPP pada t ahun 2006 unt uk kasus dasar harga minyak ment ah 30 barel dan pert umbuhan PDB 4 per t ahun didominasi ol eh bahan bakar bat ubara dengan pangsa sekit ar 40 at au sebesar 70 j ut a SBM, kemudian diikut i oleh bahan bakar minyak dan gas dengan pangsa masing masing sebesar 26 at au lebih dari 44 j ut a SBM dan 20 35 j ut a SBM, sedangkan sisanya diisi oleh hidro 8, panas bumi 6 dan minihidro 0, 2. Tot al konsumsi bahan bakar f osil pada t ahun 2006 t ersebut adalah sebesar 174, 6 j ut a SBM dan meningkat menj adi 1. 203 j ut a SBM pada akhir periode st udi at au t umbuh sebesar 8, 4 per t ahun. Adapun penggunaan bahan bakar nabat i unt uk pembangkit l ist rik, khususnya biodiesel, mulai digunakan pada t ahun 2008 sebesar 0, 042 j ut a SBM. Nilai t ersebut merupakan 0, 1 dari seluruh penggunaan minyak solar unt uk pembangkit list rik, sesuai dengan pent ahapan kewaj iban minimal pemanf aat an biodiesel yang dicanangkan pemerint ah. Gambar 7. 12 menyaj ikan prakiraan konsumsi bahan bakar pembangkit PLN dan IPP sesuai kasus dasar R30. 100 200 300 400 500 600 700 800 2006 2007 2008 2009 2010 2015 2020 2025 Ju ta S B M Biodiesel Minihidro Hidro Panas Bumi Gas Batubara BBM Gambar 7. 12 Konsumsi bahan bakar pembangkit PLN dan IPP kasus dasar Pada t ahun 2009 diprakirakan beberapa pembangkit dari program pembangkit berbahan bakar bat ubara 10 GW mulai beroperasi dan hal ini akan merubah komposisi bahan bakar yang dibut uhkan. Jenis bahan bakar bat ubara misalnya, pangsanya akan naik menj adi lebih dari 60 at au sebesar 156 j ut a SBM. Sedangkan bahan bakar minyak pangsanya t urun drast is menj adi sekit ar 15 38 j ut a SBM dan bahan bakar gas mempunyai pangsa dikisaran 12 31 j ut a SBM. Pada t ahun 2025 diproyeksikan bahan bakar bat ubara akan lebih mendominasi konsumsi bahan bakar pembangkit , baik PLN maupun IPP, dengan pangsa melebihi 90 694 j ut a SBM. Sisanya diisi oleh panas bumi, bahan bakar minyak dan gas, hidro, biodiesel, dan EBT lainnya. EBT disini ant ara lain adalah minihidro dan PLTA pump st or age. Khusus mengenai biodiesel pemanf aat annya pada t ahun 2025 t ersebut diprakirakan mencapai 1, 29 j ut a SBM at au sebesar 0, 2 dari seluruh energi yang digunakan unt uk pembangkit t enaga list rik. Gambar 7. 13 menyaj ikan prakiraan konsumsi bahan Out look Energi Indonesia 2009 7-17 bakar pembangkit PLN dan IPP unt uk set iap kasus. 200 400 600 800 1000 30 60 30 60 30 60 30 60 30 60 30 60 30 60 30 60 2006 2009 2010 2020 2025 2009 2010 2020 2025 Ju ta S B M BBM BATUBARA GAS PANAS BUMI HIDRO MINIHIDRO BIODIESEL SAMPAH Pertumbuhan PDB Rendah Historikal Pertumbuhan PDB Tinggi Gambar 7. 13 Konsumsi bahan bakar pembangkit PLN dan IPP untuk setiap kasus Pada kasus R60 pert umbuhan PDB 4 per t ahun dan harga minyak menj adi 60 barel, dampak yang t erj adi t erhadap perubahan komposisi bahan bakar yang dibut uhkan oleh pembangkit list rik t idak begit u t erlihat . Perubahan t erlihat nyat a apabil a kit a bandingkan dengan PDB yang lebih t inggi. Pada kondisi harga minyak sama 30 barel namun pert umbuhan PDB lebih t inggi 6, 5 per t ahun menunj ukkan bahwa penggunaan panas bumi unt uk pembangkit meningkat cukup signif ikan, t erut ama periode 2020 - 2025. Pada akhir periode st udi diprakirakan penggunaan panas bumi unt uk pembangkit meningkat lebih dari t iga kali lipat dibandingkan pert umbuhan PDB l ebih rendah 4 per t ahun. Secara t ot al pun, konsumsi bahan bakar unt uk pembangkit ini unt uk kondisi PDB t inggi naik mulai dari 2 sampai dengan 30 bila dibandingkan PDB rendah. Pola yang hampir sama t erj adi unt uk kasus harga minyak t inggi 60 barel t et api pada kondisi pert umbuhan PDB berbeda. Khusus pemakaian gas di sekt or ket enagalist rikan, unt uk set iap kasus, ada kecenderungan menurun t erus t erut ama periode 2020 - 2025. Hal ini t erj adi karena selain ket erbat asan inf rast rukt ur gas unt uk pembangkit , j uga karena menurunnya pasokan gas di Indonesia. 7. 3. 6 Konsumsi Bahan Bakar Pembangkit Capt ive Power Konsumsi t ot al bahan bakar capt i ve power pada t ahun 2006 unt uk kasus dasar adalah sebesar 46 j ut a SBM, dengan pemakaian j enis bahan bakar minyak lebih dari 70 at au sebesar 33 j ut a SBM. Sedangkan konsumsi bat ubara dan gas mempunyai pangsa bert urut -t urut sebesar 23 dan 4. Sisanya diisi oleh hidro. Pada t ahun 2025 diproyeksikan konsumsi t ot al bahan bakar capt i ve power sekit ar 50 j ut a SBM, dimana bahan bakar gas akan mendominasi dengan pangsa 48. Adapun pemakaian bat ubara dan BBM diprakirakan berimbang. Apabila diperhat ikan pada komposisi bauran bahan bakar di capt i ve power selama kurun wakt u 19 t ahun kedepan, penggunaan bahan bakar gas akan Out look Energi Indonesia 2009 7-18 lebih t inggi dibanding bahan bakar f osil lain. Hal ini t erj adi karena capt i ve power yang beroperasi, khususnya di sekt or indust ri, sebagian besar memakai t eknologi cogener at i on berbahan bakar gas. Selanj ut nya pada kasus pert umbuhan PDB t inggi 6, 5 per t ahun, secara umum ada kenaikan konsumsi bahan bakar sekit ar 20 dengan komposisi penggunaan bahan bakar relat if sama dibanding kasus dasar, kecuali pada t ahun 2025. Pada t ahun 2025 ini pemakaian bahan bakar f osil, t erut ama gas dan BBM, diprakirakan hampir berimbang. Unt uk j enis gas misalnya, diprakirakan pangsanya sekit ar 37, sedangkan BBM dan bat ubara diprediksi bert urut t urut sebesar 38 dan 23 dan sisanya diisi pembangkit hidro. 7. 3. 7 Tambahan Kapasitas Pembangkit PLN dan IPP Teknologi pembangkit yang paling dominan dalam penambahan kapasit as pembangkit t enaga list rik yang dibut uhkan selama rent ang wakt u 2006 - 2010 pada kasus dasar adalah PLTU berbahan bakar bat ubara, dengan pangsa dikisaran 89 at au t ot al penambahan kapasit as sebesar 12, 6 GW. Tot al biaya invest asi yang dibut uhkan unt uk PLTU bat ubara t ersebut adalah sebesar 23, 2 milyar dolar. Biaya invest asi t ersebut sudah t ermasuk biaya t ransmisi dan dist ribusi. Teknologi pembangkit lain adal ah PLTP yang diprakirakan dapat menyumbang t ambahan kapasit as t ot al sebesar 0, 63 GW selama kurun wakt u 5 t ahun, dengan biaya invest asi yang diperl ukan sekit ar 2, 4 milyar dolar. Selain it u diprakirakan akan ada penambahan kapasit as dari PLTG gas maupun minyak dan PLTA, masing masing sebesar 0, 57 GW dan 0, 2 GW dengan t ot al biaya invest asi yang dibut uhkan unt uk kedua j enis pembangkit t ersebut adalah mendekat i 1 milyar dolar. Selanj ut nya selama kurun wakt u 2011 - 2025 diproyeksikan PLTU berbahan bakar bat ubara akan t et ap mendominasi dengan pangsa mendekat i 88, sedangkan sisanya diisi oleh pembangkit energi t erbarukan 1, PLTA 3, 5, PLTA pump st or age 6 dan PLTG gas minyak 1, 5. Tot al biaya invest asi yang dibut uhkan t ermasuk biaya t ransmisi dan dist ribusi unt uk penambahan kapasit as pembangkit PLN dan IPP selama kurun wakt u 2011 – 2025 t ersebut adalah sebesar 96, 8 milyar dolar. Unt uk kasus pert umbuhan PDB t inggi, selama periode 2006 - 2010 t idak t erlalu ada perbedaan yang mencolok dengan kasus dasar. Namun apabila kit a bandingkan kedua kasus t ersebut pada periode selanj ut nya, yait u 2011 - 2025, t erlihat adanya perbedaan yait u adanya kenaikan t ambahan kapasit as sebesar 45 dan mulai berperannya pembangkit j enis IGCC. Penambahan kapasit as IGCC pada kurun wakt u t ersebut adalah sebesar 0, 3 GW dengan biaya invest asi yang dibut uhkan secara keseluruhan adalah sebesar 0, 73 milyar dolar. Selain it u peranan PLTP j uga naik dibanding kasus dasar, t erlihat dari pangsa PLTP yang empat kali lipat lebih t inggi. Sedangkan pangsa PLTU berbahan bakar bat ubara agak menurun. Turunnya pangsa PLTU bat ubara diimbangi dengan mulai berperannya pembangkit IGCC dan naiknya pangsa PLTG Gas maupun energi t erbarukan, t erut ama PLTP. Out look Energi Indonesia 2009 7-19 Unt uk kasus pert umbuhan PDB pada level yang sama t inggi maupun rendah namun harga minyak ment ah berbeda, sepert i misalnya kasus harga minyak 30 barel dan pert umbuhan PDB 4 per t ahun dibandingkan harga minyak 60 barel dan pert umbuhan PDB 4 per t ahun, dampaknya t erhadap t ambahan kapasit as at aupun j enis pembangkit yang ada t idak begit u t erl ihat . Hal yang sebaliknya t erj adi apabila kit a bandingkan t ambahan kapasit as pada f akt or PDB yang berbeda t et api harga minyak yang sama, sepert i yang sudah dibahas pada paragraf sebel umnya. Gambar 7. 14 menyaj ikan prakiraan t ambahan kapasit as pembangkit PLN dan IPP yang diperlukan unt uk semua kasus. 10 20 30 40 30 60 30 60 30 60 30 60 30 60 30 60 30 60 30 60 2006 2009 2010 2020 2025 2009 2010 2020 2025 GW PLTGU Pump Storage PLTA PLTP PLTU PLTM IGCC PLTG PLTD PLTUB PLTU Sampah Pertumbuhan PDB Rendah Historikal Pertumbuhan PDB Tinggi Gambar 7. 14 Penambahan kapasitas pembangkit listrik PLN dan IPP untuk setiap kasus 7. 4 Teknologi Penyediaan Tenaga Listrik 7. 4. 1 Teknologi Pendukung