Proyeksi Penyediaan Energi Metodologi

Outlook Energi Indonesia 2009 2-5

2.2.1 Proyeksi Kebutuhan Energi

Proyeksi kebutuhan energi dalam buku ini dibedakan menjadi kebutuhan energi final dan kebutuhan energi useful. Kebutuhan energi useful untuk masing-masing sektor diperhitungkan berdasarkan kebutuhan energi final per jenis energi dan efisiensi peralatan yang digunakan. Digunakan prakiraan kebutuhan energi useful dimaksudkan agar teknologi pengguna energi per jenis energi dapat dikompetisikan. Dalam melakukan analisis, kebutuhan energi dibedakan atas 4 wilayah yang masing-masing dibagi menjadi 5 sektor. Wilayah tersebut adalah: Jawa-Bali, Sumatera, Kalimantan, dan Pulau Lain, sedangkan sektornya adalah: sektor ACM agriculture, construction and mining atau pertanian, konstruksi, dan pertambangan, sektor industri, sektor transportasi, sektor rumah tangga, dan sektor komersial. Dalam Model MAED, proyeksi kebutuhan energi final di sektor industri dan sektor ACM diprakirakan berdasarkan perkembangan produk domestik bruto PDB dan intensitas energi yang dinyatakan dalam nilai tambah dari masing- masing industri dan nilai tambah dari pertanian, konstruksi, dan pertambangan. Seperti halnya sektor industri dan sektor ACM, proyeksi kebutuhan energi final di sektor transportasi diperkirakan berdasarkan jarak tempuh per jenis alat transportasi yang mengkonsumsi energi dan intensitas energi per jenis alat transportasi yang dinyatakan dalam liter per 100 km jarak tempuh. Berlainan dengan ketiga sektor di atas, pada sektor rumah tangga dan sektor komersial proyeksi kebutuhan energi diprakirakan berdasarkan aktivitas dan intensitas energi, dimana aktivitas dibedakan atas memasak, kepemilikan alat listrik, dan penerangan. Aktivitas sektor rumah tangga untuk masing-masing kegiatan sangat dipengaruhi oleh jumlah penduduk, ratio elektrifikasi, dan gaya hidup masyarakat. Sedangkan aktivitas sektor komersial perkantoran, bank, hotel, rumah makan dan rumah sakit untuk masing-masing kegiatan sangat dipengaruhi oleh luas bangunan komersial, luas bangunan komersial per pekerja, luas lantai yang berpendingin udara AC, dan kepemilikan alat listrik dan alat pemasak serta gaya hidup masyarakat. Asumsi prakiraan intensitas kebutuhan energi untuk memasak dan listrik dari kedua sektor tersebut diperkirakan berdasarkan jenis dan banyaknya alat memasak, penerangan, dan alat listrik lainnya yang kesemuanya sangat dipengaruhi oleh gaya hidup masyarakat.

2.2.2 Proyeksi Penyediaan Energi

Analisis strategi penyediaan energi jangka panjang dilakukan dengan menggunakan Model MARKAL yang melakukan optimisasi dengan fungsi obyektif meminimumkan biaya sistem total. Model ini menggunakan konsep biaya ekonomis dalam mengoptimasi penyediaan energi. Biaya sistem total dihitung dengan men-discount membawa seluruh biaya ke tahun dasar atau saat dimulainya kegiatan. Pemilihan penggunaan Model MARKAL dalam kajian ini dimaksudkan untuk mendapatkan strategi penyedian energi yang optimal dengan memperhatikan Outlook Energi Indonesia 2009 2-6 pertumbuhan ekonomi dan kebutuhan energi di semua sektor, serta mempertimbangkan kendala tekno-ekonomi terhadap pilihan sumber energi, teknologi proses atau konversi energi, dan teknologi pemanfaatan akhir end- use demand technology . Dalam aplikasinya, Model MARKAL lebih menekankan pada konsumsi energi yang masuk pada peralatan pengguna energi. Hal ini dimaksudkan agar konsumsi energi yang masuk peralatan pengguna energi dapat dikompetisikan dalam jumlah yang sama. Sumber energi dan teknologi yang dimasukkan dalam model meliputi besarnya cadangan energi fosil dan non-fosil, biaya penambangan energi fosil dan non-fosil, proses kilang minyak, LNG plant, LPG plant, briquette plant, pipa minyak, tanker, pipa gas, truk pengangkut batubara, kereta api, dan kapal laut, LNG receiving terminal, SPBU dan SPBG, konversi pembangkit listrik, distribusi, dan transmisi, dan peralatan pengguna akhir tungku, ketel uap, kendaraan, kompor. Dalam melakukan optimasi model akan menghasilkan sejumlah keluaran, seperti “harga bayangan” shadow price untuk setiap jenis bahan bakar, kapasitas terpasang untuk setiap jenis teknologi, konsumsi energi, produksi energi, dan keseimbangan energi secara menyeluruh. Harga bayangan dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan biaya produksi opportunity cost dari setiap bahan bakar yang ada dalam sistem. Apabila penyediaan bahan bakar berada dalam jumlah yang tak terbatas, harga bayangan akan sama dengan total biaya penambangan bahan bakar tersebut atau biaya input.

2.2.3 Hubungan antara Kebutuhan dan Penyediaan Energi