Minyak Bumi dan BBM

Outlook Energi Indonesia 2009 E-12 kenaikannya sangat kecil dibandingkan kenaikan penyediaan energi maka kontribusinya terhadap total penyediaan energi menurun.

5. Minyak Bumi dan BBM

Secara umum, jumlah cadangan terbukti minyak bumi menurun dari waktu ke waktu. Hal ini mengakibatkan penurunan produksi minyak bumi di masa mendatang kecuali ditemukan sumber-sumber cadangan minyak baru. Berbagai kebijakan telah dikeluarkan pemerintah untuk mengintensifkan kegiatan pencarian dan penemuan cadangan baru, tetapi hasilnya relatif belum terlihat. Saat ini, lifting minyak bumi sekitar 1 juta barel per hari. Dari sejumlah lifting minyak bumi tersebut tidak semua menjadi bagian pemerintah karena masih dikurangi bagian operator dan biaya produksi cost recovery dalam satuan minyak bumi sehingga yang benar-benar bagian pemerintah hanya sekitar 65. Sementara itu, total konsumsi BBM dalam jangka pendek diperkirakan akan turun sedikit menjadi 394 juta SBM pada tahun 2010 dan terus meningkat mencapai sekitar 550 juta SBM pada tahun 2025. Penurunan konsumsi BBM disebabkan oleh turunnya pemanfaatan BBM di sektor RT, sektor komersial dan sektor pembangkit listrik. Turunnya konsumsi BBM di sektor rumah tangga disebabkan adanya program konversi minyak tanah menjadi LPG dan di sektor komersial disebabkan penggunaan teknologi yang lebih efisien pada peralatan yang dipakai. Sementara itu, di sektor pembangkit listrik dilakukan program percepatan pembangunan pembangkit berbahan bakar batubara sehingga pemanfaatan BBM diperkirakan akan turun. Namun penurunan ini diimbangi oleh meningkatnya pemanfaatan BBM di sektor transportasi, industri dan sektor lainnya pertanian, konstruksi dan pertambangan sehingga mulai tahun 2012 total pemanfaatan BBM akan mulai meningkat lagi. Sesuai kasus dasar R30 atau skenario pertumbuhan PDB rendah dan harga minyak 30 barel sektor transportasi diperkirakan akan terus menjadi konsumen yang dominan sekitar 70 diikuti sektor industri 14, sektor lainnya 12, pembangkit listrik 3, komersial 1 dan sisanya rumah tangga. Kecenderungan ini ditunjukkan baik oleh kasus R30 maupun kasus lainnya. Perubahan harga minyak bumi dalam rentang 30 barel menjadi 60 barel kurang berpengaruh terhadap komposisi konsumen BBM secara sektoral. Namun demikian, naiknya pertumbuhan PDB dari 4 menjadi 6,5 lebih berpengaruh terhadap naiknya total konsumsi BBM dan turunnya pangsa sektor transportasi di dalam penggunaan BBM. Gambar 8 menunjukkan prakiraan kebutuhan BBM sesuai kasus dasar R30 atau pertumbuhan PDB rendah dan harga minyak 30 barel. Sementara itu, Gambar 9 menunjukkan prakiraan pangsa sektor di dalam penggunaan BBM sesuai kasus R30, R60, T30 dan T60 pada tahun 2025. Outlook Energi Indonesia 2009 E-13 100 200 300 400 500 600 2006 2010 2015 2020 2025 J u ta S B M Pembangkit Lainnya Komersial Rumah Tangga Industri Transportasi Gambar 8 Proyeksi kebutuhan BBM kasus dasar 100 200 300 400 500 600 700 800 900 2006 2008 2010 2012 2014 2016 2018 2020 2022 2024 J u ta B a re l Kasus R30 Kasus R60 Kasus T30 Kasus T60 Historikal Proyeksi 70 14 1 12 3 R30 61 23 1 10 5 T30 68 14 1 12 5 R60 60 24 1 10 5 T60 46 12 13 2 7 20 2006 Transportasi Industri Rumah Tangga Komersial Lainnya Pembangkit 2025 Gambar 9 Perbandingan konsumsi BBM untuk setiap kasus Sesuai dengan kapasitas kilang, input minyak mentah ke kilang relatif tetap. Menurunnya produksi minyak mentah di dalam negeri akan diimbangi dengan peningkatan impor minyak bumi. Sesuai dengan rancang bangun kilang minyak yang ada, tidak semua produksi minyak bumi yang diproduksi di dalam negeri Outlook Energi Indonesia 2009 E-14 dapat diolah dengan hasil yang optimal karena disesuaikan spesifikasi kilang terhadap jenis minyak bumi dari dalam negeri. Akibatnya, walaupun mengimpor minyak bumi, kegiatan ekspor masih akan terus berlangsung khususnya minyak bumi yang tidak sesuai dengan spesifikasi kilang yang telah ada. Dimasa depan, impor minyak yang meliputi minyak bumi dan BBM merupakan bagian yang sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan BBM di dalam negeri. Impor minyak sesuai kasus R30 diperkirakan akan mencapai lebih dari 290 juta SBM pada tahun 2010 dan melonjak menjadi 670 juta SBM pada tahun 2025. Prakiraan konsumsi BBM dan penyediaan minyak akan menjadikan defisit minyak pada tahun 2010 yang diperkirakan sudah mencapai sekitar 43 juta SBM dan lebih dari 425 juta SBM pada tahun 2025. Gambar 10 menunjukkan prakiraan produksi, impor, ekspor dan konsumsi minyak dan BBM sesuai kasus dasar R30. Untuk memenuhi pasokan BBM dan mengurangi ketergantungan terhadap impor minyak, maka peran bahan bakar cair alternatif non-konvensional seperti BBN dan bahan bakar sintetis dari pencairan batubara perlu didorong agar penggunaannya meluas. Secara teknologi, proses produksi BBN adalah paling siap dimana kendala utama adalah terkait dengan persaingan harga jual BBN terhadap harga jual BBM. Di lain pihak terdapat teknologi pencairan batubara yang terdiri dari teknologi tidak langsung indirect coal liquefaction ICL dan teknologi langsung direct coal liquefaction DCL. Teknologi ICL telah siap secara teknologi dan telah dioperasikan secara komersial di Afrika Selatan. Namun, dalam studi ini yang menggunakan rentang harga minyak 30 - 60 barel, penerapan teknologi ICL belum layak diterapkan secara komersial di Indonesia. Sementara itu, teknologi DCL masih dalam tahap pengembangan dan belum dioperasikan secara komersial di dunia. Gambar 10 Prakiraan produksi, impor dan ekspor minyak minyak bumi dan BBM sesuai kasus dasar Outlook Energi Indonesia 2009 E-15

6. Gas Bumi