Outlook Energi Indonesia 2009 3-5
kebutuhan energi final menjadi 1.724,6 juta SBM. Total kebutuhan energi final pada harga 60 barel lebih rendah dari kasus harga minyak 30 barel
disebabkan oleh penurunan pemakaian BBM pada masing-masing sektor. Pangsa dari masing-masing kasus ditunjukkan pada Gambar 3.6.
400 800
1200 1600
2000
30 60
30 60
30 60
30 60
30 60
30 60
30 60
30 60
2006 2010
2015 2020
2025 2010
2015 2020
2025
J u
ta S
B M
Lainnya Transportasi
Komersial Industri
Rumah Tangga
Pertumbuhan PDB Rendah
Pertumbuhan PDB Tinggi
Historikal
Gambar 3.5 Perbandingan realisasi dan proyeksi kebutuhan energi final tanpa biomasa per sektor untuk setiap kasus
5 12
49 29
5 T30
1.688,7 Juta SBM
5 12
49 29
5 T60
1.673,7 Juta SBM
5 12
45 32
6 R60
Komersial Rumah Tangga
Industri Transportasi
Lainnya
1.322,7 Juta SBM
Gambar 3.6 Perbandingan pangsa kebutuhan energi per sektor pada tahun 2025
A. Sektor Industri
Sektor industri merupakan konsumen energi terbesar. Pangsa pemakaian energi final sektor industri terhadap total pemakaian energi nasional tanpa
biomasa adalah 45 pada tahun 2006, dan pada tahun 2025 pangsanya tetap mengikuti pertumbuhan total energi final tanpa biomasa. Di sektor industri
selain dibutuhkan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga listrik dan panas, juga diperlukan bahan baku non-energi misalnya pada industri pupuk.
Tenaga listrik yang diperlukan oleh suatu industri dapat diperoleh dari PLN atau dibangkitkan sendiri dengan menggunakan captive power. Pembangkitan
listrik dapat dilakukan secara langsung dengan menggunakan bahan bakar diesel maupun secara tidak langsung melalui pembangkitan uap yang
merupakan daya gerak turbin uap indirect heat yang menggerakkan
Outlook Energi Indonesia 2009 3-6
generator listrik. Pembangkitan uap dapat menggunakan bahan bakar fosil atau menggunakan energi terbarukan, dimana bahan bakar fosil yang
dimanfaatkan adalah batubara, BBM, dan gas, sedangkan energi terbarukan yang telah banyak dimanfaatkan adalah hidro dan panas bumi.
Listrik hanya dimanfaatkan pada beberapa industri tertentu. Berlainan dengan tenaga listrik yang dihasilkan dari captive power, panas untuk proses di
industri diperoleh dari pemanfaatan tungku atau berupa panas langsung direct heat. Bahan bakar tungku bisa berupa batubara, BBM, gas, atau
biomasa. Dalam hal ini, biomasa hanya dimanfaatkan oleh industri yang berlokasi dekat dengan sumber biomasa atau industri yang menggunakan
bahan baku biomasa.
Alat pengguna listrik yang utama di sektor industri adalah motor listrik. Motor listrik terutama digunakan untuk menggerakkan pompa, kompresor dan kipas.
Motor standar beroperasi dengan efisiensi sebesar 70 untuk peralatan kecil dan sebesar 92 untuk motor besar sekitar 100 kW atau lebih. Motor
beroperasi dengan efisiensi sekitar 83 sampai dengan 95. Perbaikan efisiensi ini dapat dilakukan dengan meningkatkan efisiensi motor, sistem
koneksi poros shaft dan tali penggerak.
Pemanfaatan energi untuk keperluan panas dan listrik di industri dapat ditingkatkan efisiensinya hingga 80 melalui penerapan teknologi kogenerasi.
Ada dua pendekatan untuk mengimplementasikan kogenerasi yaitu dengan topping cycle dan bottoming cycle. Pada kogenerasi topping cycle, energi
primer panas dengan temperatur tinggi digunakan untuk menghasilkan listrik dan panas dengan temperatur rendah yang dilepaskan dari generator akan
digunakan untuk proses atau pemanas ruangan misalnya pada industri pulp dan kertas. Pada kogenerasi bottoming cycle energi primer panas dengan
temperatur tinggi digunakan untuk menghasilkan panas dan panas sisa digunakan untuk menghasilkan listrik.
100 200
300 400
500 600
700
2006 2008
2010 2012
2014 2016
2018 2020
2022 2024
J u
ta S
B M
Bahan Baku dan Motor Drive Tungku
Turbin Uap
Historikal Proyeksi
Gambar 3.7 Realisasi dan proyeksi kebutuhan energi termasuk biomasa di sektor industri menurut pemanfaatan teknologi kasus dasar
Outlook Energi Indonesia 2009 3-7
Jika ditinjau dari pemanfaatan teknologi, pemakaian energi pada sektor industri adalah untuk teknologi pembangkit uap boiler, tungku furnace,
dan bahan baku feedstock. Hal tersebut ditunjukkan pada Gambar 3.7. Teknologi tungku merupakan teknologi pengguna energi final terbesar pada
sektor ini yaitu sebesar 51, kemudian diikuti dengan teknologi pembangkit uap boiler lalu yang terakhir bahan bakar yang digunakan sebagai bahan
baku. Pemakaian teknologi tungku yang besar disebabkan oleh lebih banyaknya jenis industri yang memanfaatkan tungku seperti industri semen.
Sedangkan industri logam, industri kimia, industri pupuk, industri kertas, dan industri lainnya memanfaatkan kedua teknologi tersebut selain memanfaatkan
bahan bakar sebagai bahan baku dan motor penggerak motor drive.
Pada tahun 2006 kebutuhan energi final sektor industri mencapai 262,6 juta SBM kemudian meningkat menjadi 604,7 juta SBM pada tahun 2025 atau
meningkat dengan laju pertumbuhan 4,5 per tahun. Jenis energi yang digunakan terkait dengan jenis industri. Dalam pengkajian energi final
komersil tanpa biomasa pada sektor industri, jenis energi final yang dipertimbangkan adalah BBM, gas bumi, LPG, batubara, listrik, dan biofuel.
Pertimbangan pemakaian biofuel pada sektor ini adalah untuk mensubstitusi pemakaian minyak diesel yang didukung dengan adanya mandatori pemakaian
biofuel pada program pemerintah. Lihat Gambar 3.8.
100 200
300 400
500 600
700
2006 2008
2010 2012
2014 2016
2018 2020
2022 2024
J u
ta S
B M
Listrik Biodiesel
LPG Gas
BBM Batubara
Historikal Proyeksi
Gambar 3.8 Realisasi dan proyeksi kebutuhan energi tanpa biomasa di sektor industri kasus dasar
Pada tahun 2006, pangsa kebutuhan bahan bakar terbesar di sektor industri adalah gas bumi kemudian diikuti oleh pemanfaatan batubara. Pangsa gas
bumi 35,3 dan batubara 33,9, yang lainnya diisi oleh listrik, BBM dan LPG. Hal ini terjadi karena gas bumi dan batubara banyak dimanfaatkan untuk
teknologi boiler dan furnace. Selain itu gas bumi juga dimanfaatkan sebagai bahan baku yaitu pada industri pupuk. Pada tahun 2010 pemakaian gas bumi
meningkat menjadi 96 juta SBM 1.501,8 MMCFD sedangkan pemakaian batubara adalah sebesar 104,3 juta SBM 26 juta ton. Sesuai mandatori
pemakaian biofuel yang mulai dipertimbangkan pada tahun 2008, pada tahun 2010 pemakaian biofuel pada sektor ini adalah sebesar 1,8 juta SBM. Pada
Outlook Energi Indonesia 2009 3-8
tahun 2025 pangsa gas bumi meningkat menjadi 36,3 terhadap total kebutuhan energi final sektor industri atau sebesar 219,5 juta SBM 3.435,4
MMCFD. Akan tetapi pemakaian batubara menurun menjadi 31,5 karena pemakaian LPG dan listrik meningkat lebih tinggi daripada batubara.
Sedangkan pemakaian biofuel meningkat menjadi 10,5 juta SBM atau dengan pangsa sebesar 2. Karena cadangannya yang terus berkurang pangsa
pemakaian BBM terus menurun, pada awal studi pangsanya sebesar 17,3 kemudian pada tahun 2025 menjadi 13,2.
17
34 35
1 13
2006
BBM Batubara
Gas LPG
Listrik Biodiesel
626,6 Juta SBM
13 31
36 4 14
2
2025
604,7 Juta SBM
18
34 31
3 13
1 2010
304,6 Juta SBM
Gambar 3.9 Pangsa kebutuhan energi final di sektor industri kasus dasar tahun 2006, 2010, dan 2025
100 200
300 400
500 600
700 800
900
2006 2008
2010 2012
2014 2016
2018 2020
2022 2024
J u
ta S
B M
Kasus R30 Kasus R60
Kasus T30 Kasus T60
Historikal Proyeksi
2025
17 34
35 1
13 2006
BBM Batubara
Gas LPG
Listrik Biodiesel
13 32
37 2
14 2
R60
13 31
36 4
14 2
R30
22 29
30 1
13 5
T30
22
29 29
1 14
5
T60
Gambar 3.10 Perbandingan total kebutuhan energi final tanpa biomasa dan pangsanya di sektor industri
Pasokan gas bumi dalam negeri yang terbatas serta minimnya produsen gas bumi sebagai negara pengimpor menyebabkan pangsa pemakaian gas bumi
Outlook Energi Indonesia 2009 3-9
pada sektor ini menurun. Gas bumi meningkat dengan laju pertumbuhan rata- rata yang cukup rendah yaitu 4,6 per tahun. Pertumbuhan batubara adalah
sebesar 4,1, hal ini didorong oleh besarnya kontrak ekspor batubara sebesar 150 juta ton menyebabkan menurunnya pasokan domestik. Maka pada tahun
2025 pangsa batubara terhadap total kebutuhan energi final pada sektor industri tidak berubah. Akibatnya, konsumsi energi final tanpa biomasa di
sektor industri yang didominasi oleh gas bumi dan batubara pada tahun 2006, pada akhir studi yaitu tahun 2025 selain didominasi batubara dan gas bumi,
peranan listrik dan BBM juga cukup besar. Perbandingan pemakaian jenis bahan bakar pada kasus dasar dengan kasus lainnya serta pangsa tahun 2006
dan tahun 2025 di sektor industri dapat dilihat pada Gambar 3.10.
Seperti telah disebutkan diatas, perbedaan harga minyak tidak banyak mempengaruhi pemanfaatan energi final, tapi perubahan laju pertumbuhan
PDB tinggi menyebabkan kebutuhan final sektor industri meningkat sebesar 35,5 terhadap kebutuhan final sektor industri pada pertumbuhan PDB
rendah. Perubahan pertumbuhan PDB juga mempengaruhi pangsa pemakaian jenis bahan bakar pada sektor ini. Di tahun 2025 pada pertumbuhan PDB tinggi
menyebabkan pemakaian BBM pada sektor ini meningkat dari 17,3 menjadi 22 dan menurunkan pangsa pemakaian gas bumi dari 35,3 menjadi 29. Hal
ini disebabkan pemakaian gas bumi pada sektor industri sudah terbatas, sehingga kebutuhannya pada PDB tinggi digantikan dengan teknologi yang
lebih efisien yang berbahan bakar BBM.
B. Sektor Transportasi