Sektor Rumah Tangga Kebutuhan Energi Final Menurut Sektor

Outlook Energi Indonesia 2009 3-12 dikonsumsi pada sektor transportasi. Gambar 3.10 menunjukkan perbandingan pemakaian jenis bahan bakar pada kasus dasar dengan kasus lainnya serta pangsa tahun 2006 dan tahun 2025 di sektor transportasi. 100 200 300 400 500 600 2006 2008 2010 2012 2014 2016 2018 2020 2022 2024 J u ta S B M Kasus R30 Kasus R60 Kasus T30 Kasus T60 Historikal Proyeksi 58 34 8 2006 Gasoline ADO Gas AvturAvgas FO Listrik Biodiesel Bioethanol 54 21 10 5 10 R60 58 20 10 5 7 T30 55 20 10 5 10 T60 2025 54 21 10 5 10 R30 Gambar 3.13 Perbandingan total kebutuhan energi final tanpa biomasa dan pangsanya di sektor transportasi

C. Sektor Rumah Tangga

Jika mempertimbangkan biomasa dalam pemakaian energi nasional, maka konsumen energi paling besar adalah sektor rumah tangga karena pada awalnya sektor ini banyak mengkonsumsi biomasa untuk memasak. Jika ditinjau dari kegiatan dalam pemakaian energinya, maka aktivitas sektor rumah tangga ini meliputi memasak, penerangan dan penggunaan peralatan listrik. Sedangkan bahan bakar yang digunakan dalam memenuhi kegiatan dalam sektor ini adalah minyak tanah, listrik, LPG, gas, briket, dan biomasa. Kompor listrik termasuk rice cooker mempunyai efisien tertinggi mencapai 65, sehingga pemanfaatan jenis kompor ini memerlukan konsumsi listrik yang relatif rendah, namun biaya pengadaan dan penggunaan kompor listrik jauh lebih mahal dibandingkan dengan kompor jenis lainnya. Tabel 3.1 menampilkan data usia pakai dan efisiensi peralatan memasak yang digunakan. Outlook Energi Indonesia 2009 3-13 Tabel 3.3 Data peralatan memasak di sektor rumah tangga Usia Pakai life time Efisiensi Bahan Bakar Tahun Listrik 10 65 Gas 15 40 Minyak Tanah 5 30 Briket 15 32 LPG 15 40 Selain itu, keberadaan program percepatan LPG dan diversifikasi energi pada sektor ini menekan pemakaian minyak tanah. Sejak tahun 2007 diberlakukan percepatan substitusi minyak tanah ke LPG terutama di wilayah Jawa-Bali. Mengingat tingkat kepadatan penduduk dan banyaknya rumah tangga yang tinggi di wilayah Jawa-Bali, percepatan LPG menjadi sangat berpengaruh terhadap total pemakaian LPG nasional. Pada sektor rumah tangga, pangsa LPG yang pada tahun 2006 hanya sebesar 7,9 terhadap total pemakaian energi final komersil tanpa biomasa. Dengan adanya program percepatan LPG diharapkan pada tahun 2010 pangsanya meningkat menjadi 39,4 atau sebesar 4,3 juta ton. Kemudian pada tahun 2025 pangsanya terus meningkat menjadi 41,8. Hal ini juga mendukung pengurangan pemakaian minyak tanah. Pada tahun 2006 pemakaian minyak tanah pangsanya adalah sebesar 60,6. Sesuai program percepatan LPG untuk menggantikan minyak tanah, maka hingga tahun 2012 pemakaian minyak tanah sebagai bahan bakar untuk memasak di seluruh wilayah Indonesia digantikan dengan LPG. Maka LPG tumbuh pesat dengan laju pertumbuhan sebesar 13. Hanya sebagian kecil wilayah Indonesia masih memanfaatkan minyak tanah sebagai penerangan kemudian diharapkan pemakaiannya dapat ditekan sampai 0,06 pada tahun 2025. Pengunaan bahan bakar untuk kompor di perkotaan yang diperuntukkan kegiatan memasak bervariasi, yaitu berupa minyak tanah, LPG, gas kota, listrik, briket, dan biomasa. Sedangkan penggunaan bahan bakar untuk teknologi peralatan lain dan lampu penerangan di sektor rumah tangga hanya listrik. Lampu penerangan yang sebagian besar digunakan di sektor rumah tangga saat ini adalah lampu pijar yang mempunyai lumen sekitar 13 lumen per Watt. Lampu pijar ini dapat digantikan dengan lampu neon atau disebut standard fluorescent lamp dan compact fluorescent lamp CFL dengan nilai lumen sekitar 50 lumen per Watt sehingga dapat diperkirakan efisiensi dari pemakaian lampu dapat meningkat hingga 25 pada tahun 2025. Selain kompor dan lampu di sektor rumah tangga juga terdapat peralatan listrik lain, seperti lemari es, pendingin ruangan air conditioningAC, dan mesin cuci. Pada umumnya lemari es yang banyak dimanfaatkan di Indonesia saat ini adalah lemari es berpintu satu dengan freezer yang relative kecil dengan volume sekitar 150 - 200 liter dengan konsumsi listrik sekitar 500 kWh per tahun, sedangkan di kota-kota besar telah banyak digunakan lemari es Outlook Energi Indonesia 2009 3-14 dengan jenis dan volume yang lebih besar, yaitu 250 - 360 liter dengan konsumsi listrik sekitar 650 kWh per tahun. Pada kasus dasar di tahun 2006 pemakaian energi final sektor rumah tangga mencapai 85,4 juta SBM dan meningkat menjadi 166,1 juta SBM pada tahun 2025, atau meningkat dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 3,6 per tahun selama periode tersebut seperti ditunjukkan pada Gambar 3.15. Pada tahun 2006 pangsa pemakaian minyak tanah sebesar 60,6. Kemudian dengan adanya program percepatan LPG, pemakaian minyak tanah tidak digunakan lagi dan disubstitusi dengan bahan bakar lainnya seperti LPG, briket, dan gas bumi. Maka pada tahun 2025, kebutuhan energi final komersial tanpa biomasa sebagian besar dipenuhi oleh listrik, kemudian LPG. Sebagian kecil diisi oleh briket dan gas bumi. 20 40 60 80 100 120 140 160 180 2006 2008 2010 2012 2014 2016 2018 2020 2022 2024 J u ta S B M Listrik Briket LPG Gas M Tanah Historikal Proyeksi Gambar 3.14 Realisasi dan proyeksi kebutuhan energi final tanpa biomasa di sektor rumah tangga kasus dasar

0.0 0.1

41.8 0.1

57.9 2025 166,1 Juta SBM

23.7 0.2

39.4 0.2

36.5 2010 85,9 Juta SBM 61 8 31 2006 M Tanah Gas LPG Briket Listrik 85,4 Juta SBM Gambar 3.15 Pangsa kebutuhan energi final tanpa biomasa di sektor rumah tangga kasus dasar tahun 2006, 2010, dan 2025 Besarnya pemanfaatan listrik pada sektor rumah tangga disebabkan karena aplikasi peralatan rumah tangga menggunakan listrik, maka pada sektor ini pemakaian listrik berkembang cukup pesat yaitu dengan laju pertumbuhan sebesar 7 per tahun. Pada tahun 2025 pangsa pemakaian listrik dapat meningkat sebesar 57,9. Pemakaian briket di sektor rumah tangga belum