Outlook Energi Indonesia 2009
2-3
diberikan pemerintah kepada PLN mengingat harga riil BBM yang jauh lebih mahal dibanding dengan batubara.
Berbagai program percepatan pembangunan PLTU batubara yang tersebar di wilayah Indonesia ditunjukkan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Program percepatan PLTU batubara Kapasitas
Tahun Kebutuhan
Batubara Lokasi
MW Operasi
tontahun
Jawa 8.930
2010 27.155.475
Sumatera 2.962
2009-2010 11.695.722
Kalimantan 1.102
2009-2010 4.678.409
Pulau Lain 1.198
- 5.305.330
Indonesia 14.192
- 48.834.936
H. Program Percepatan Pemanfaatan LPG
Sebagaimana halnya program percepatan PLTU batubara, pemerintah juga mencanangkan program percepatan pemanfaatan LPG pada sektor rumah
tangga guna mengurangi ketergantungan atas minyak tanah. Pada tahun dasar, harga jual minyak tanah untuk memasak di sektor rumah tangga
ditetapkan sebesar Rp 2.000 per liter perangko depot. Harga ini jauh dibawah harga ekonomis di pasar bebas, sehingga pemerintah terpaksa
memberikan subsidi harga yang jumlahnya trilyunan rupiah. Program tersebut juga digunakan untuk mengurangi subsidi harga jual minyak tanah untuk
sektor rumah tangga. Pemerintah memberikan subsidi terhadap penyediaan kompor dan tabung LPG, sedangkan harga jual LPG sesuai mekanisme pasar.
Pada kasus dasar, program ini juga telah dipertimbangkan.
I. Program Konservasi dan Efisiensi
Dalam kasus dasar diasumsikan bahwa seluruh teknologi yang digunakan saat ini akan digunakan hingga akhir periode, yakni tahun 2025. Pada kasus dasar
diterapkan program efisiensi energi sehingga penggunaan teknologi efisien sudah dipertimbangkan. Pada kasus dasar juga sudah dipertimbangkan
peluang konservasi energi pada sektor end-use demand melalui berbagai upaya diantaranya dengan upaya manajemen energi. Program perbaikan
efisiensi teknologi dan konservasi energi pada sektor pengguna energi ditunjukkan pada Tabel 2.2.
2.1.2 Kasus Lainnya
Selain kasus dasar kasus R30 ada tiga kasus lainnya seperti sudah disebutkan sebelumnya. Kasus lainnya menggunakan asumsi yang sama seperti kasus dasar
butir A sampai dengan butir I di atas namun berbeda untuk asumsi pertumbuhan ekonomi dan harga minyak bumi. Namun perlu diperhatikan
bahwa harga penyediaan energi fosil produksi, ekspor, dan impor biasanya
Outlook Energi Indonesia 2009 2-4
dikaitkan dengan harga minyak bumi. Dalam hal ini, harga minyak bumi nasional tahun 2006 merupakan angka aktual. Selanjutnya, proyeksi harga
minyak bumi tahun 2007 - 2025 diasumsi tetap sesuai dengan kasus yang dianalisis.
Tabel 2.2 Program efisiensi dan konservasi energi Peningkatan
Efisiensi Konservasi
Sektor
Pertanian 8
Komersial 6 – 9
12 – 20 Industri
6 – 9 12
Rumah Tangga 8 - 20
12 – 20 Transportasi
10 - 30 12
Berdasarkan statistik
harga minyak
bumi, gas
bumi, dan
batubara internasional selama kurun waktu 1970 - 2002 diperoleh korelasi antara harga
minyak bumi dengan harga gas bumi dan batubara sebagaimana ditunjukkan pada persamaan 1 dan persamaan 2. Harga gas bumi dan batubara
diproyeksikan sesuai dengan rumus tersebut.
Harga gas bumi USDMMBTU = -0.57024384 + 0.1142973 harga minyak bumi USDBarel 1
Harga batubara USDTon = 0.475890962 + 0.554642937 harga minyak bumi USDBarel 2
2.2 Metodologi
Proyeksi kebutuhan energi energi final jangka panjang dalam buku ini diperkirakan dengan menggunakan Model MAED. Proyeksi kebutuhan energi
jangka panjang dengan menggunakan model tersebut, dihitung berdasarkan data demografi, data makro ekonomi, gaya hidup, intensitas energi, dan
aktivitas. Data demografi dan data makro ekonomi dapat dijadikan dasar dalam memperkirakan laju pertumbuhan penduduk dan laju pertumbuhan
produk domestik regional bruto PDRB per wilayah. Gaya hidup sangat berpengaruh terhadap aktivitas dan intensitas pemakaian energi yang
selanjutnya akan berpengaruh terhadap kebutuhan energi di semua sektor pengguna energi.
Selanjutnya, untuk mendapatkan optimisasi penyediaan energi dalam sistem energi sesuai dengan skenario pertumbuhan ekonomi yang dibuat dan strategi
kebijakan maka digunakan Model MARKAL. Proyeksi kebutuhan energi keluaran Model MAED setelah dianalisis bersama-sama dengan asumsi skenario serta
data teknis dan ekonomi dari sumber energi dan pilihan teknologi kemudian digunakan sebagai input Model MARKAL. Sedangkan output Model MARKAL
akan menghasilkan strategi penyediaan energi dan pengembangan teknologi energi yang optimal di masa depan.