Outlook Energi Indonesia 2009 3-9
pada sektor ini menurun. Gas bumi meningkat dengan laju pertumbuhan rata- rata yang cukup rendah yaitu 4,6 per tahun. Pertumbuhan batubara adalah
sebesar 4,1, hal ini didorong oleh besarnya kontrak ekspor batubara sebesar 150 juta ton menyebabkan menurunnya pasokan domestik. Maka pada tahun
2025 pangsa batubara terhadap total kebutuhan energi final pada sektor industri tidak berubah. Akibatnya, konsumsi energi final tanpa biomasa di
sektor industri yang didominasi oleh gas bumi dan batubara pada tahun 2006, pada akhir studi yaitu tahun 2025 selain didominasi batubara dan gas bumi,
peranan listrik dan BBM juga cukup besar. Perbandingan pemakaian jenis bahan bakar pada kasus dasar dengan kasus lainnya serta pangsa tahun 2006
dan tahun 2025 di sektor industri dapat dilihat pada Gambar 3.10.
Seperti telah disebutkan diatas, perbedaan harga minyak tidak banyak mempengaruhi pemanfaatan energi final, tapi perubahan laju pertumbuhan
PDB tinggi menyebabkan kebutuhan final sektor industri meningkat sebesar 35,5 terhadap kebutuhan final sektor industri pada pertumbuhan PDB
rendah. Perubahan pertumbuhan PDB juga mempengaruhi pangsa pemakaian jenis bahan bakar pada sektor ini. Di tahun 2025 pada pertumbuhan PDB tinggi
menyebabkan pemakaian BBM pada sektor ini meningkat dari 17,3 menjadi 22 dan menurunkan pangsa pemakaian gas bumi dari 35,3 menjadi 29. Hal
ini disebabkan pemakaian gas bumi pada sektor industri sudah terbatas, sehingga kebutuhannya pada PDB tinggi digantikan dengan teknologi yang
lebih efisien yang berbahan bakar BBM.
B. Sektor Transportasi
Sektor transportasi merupakan sektor yang mendukung aktivitas semua sektor pengguna energi. Untuk itu, perkembangan kebutuhan energi sektor
transportasi bukan hanya dipengaruhi oleh pertambahan penduduk dan tingkat kesejahteraan masyarakat, tetapi juga dipengaruhi oleh perkembangan sektor
pertanian, konstruksi, komersial, dan sektor industri. Kebutuhan energi sektor transportasi pada umumnya berupa BBM bensin, minyak solar, minyak bakar,
avturavgas yaitu sebesar 99,8 pada tahun 2006, sedangkan sisanya dipenuhi oleh gas dan listrik seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.11.
Dengan adanya mandatori biofuel yang dicanangkan pemerintah, maka biodiesel sebagai substitusi minyak diesel dan bioetanol sebagai substitusi
bensin juga dipertimbangkan sebagai bahan bakar pada sektor transportasi. Pada kasus dasar total kebutuhan energi sektor transportasi meningkat rata-
rata 3,9 per tahun dari 177,1 juta SBM pada tahun 2006 menjadi 427,7 juta SBM pada tahun 2025.
Pada kasus dasar, di tahun 2006 bensin masih mendominasi kebutuhan energi final di sektor transportasi, yaitu dengan pangsa sebesar 58 terhadap total
pemakaian energi final sektor transportasi. Bahan bakar energi terbarukan yang digunakan pada sektor transportasi adalah bioetanol dan biodiesel yang
mempunyai tingkat emisi yang lebih rendah dari bahan bakar fosil.
Outlook Energi Indonesia 2009 3-10
50 100
150 200
250 300
350 400
450
2006 2008
2010 2012
2014 2016
2018 2020
2022 2024
J u
ta S
B M
Bioethanol Biodiesel
Listrik FO
ADO Gas
AvturAvgas Gasoline
Historikal Proyeksi
Gambar 3.11 Realisasi dan proyeksi kebutuhan energi di sektor transportasi kasus dasar
54 21
10 5 10
2025
427,7 Juta SBM
56 33
8 12
2010
230,3 Juta SBM
58 34
8
2006
Gasoline ADO
Gas AvturAvgas
FO Listrik
Biodiesel Bioethanol
177,1 Juta SBM
Gambar 3.12 Pangsa kebutuhan energi final di sektor transportasi kasus dasar tahun 2006, 2010, dan 2025
Dalam penerapannya, pencampuran bioetanol dengan bensin dan biodiesel dengan minyak solar sebaiknya kurang dari 20 karena pertimbangan teknis
terkait pengaruh karakteristik fisika-kimia campuran bahan bakar terhadap kondisi mesin motor bakar. Pada pencampuran bioetanol, terjadi kelebihan
oksigen dalam bahan bakar nabati tersebut sehingga pembakaran dengan udara dengan rasio CO yang lebih rendah daripada penggunaan bensin
menyebabkan kinerja mesin menurun. Untuk mempertahankan kinerjanya, mesin perlu dimodifikasi. Di Brazil, penggunaan etanol bisa mencapai 99,8
etanol berkualitas fuel grade karena telah dilakukan modifikasi terhadap mesin
kendaraan. Sementara
itu, pencampuran
biodiesel menjadikan
campuran bahan bakar tersebut bersifat lebih asam sehingga menyebabkan seal dan karet pada mesin menjadi mengembang sehingga terjadi kebocoran-
kebocoran yang tidak diharapkan. Akibatnya, kinerja mesin menjadi berkurang. Dengan demikian, pada pencampuran dengan bioetanol dan
biodiesel, disarankan tidak lebih dari 20 untuk menghindari berkurangnya kinerja mesin.
Outlook Energi Indonesia 2009 3-11
Pada tahun 2010 pangsa pemakaian bensin sedikit menurun yaitu sebesar 56 dengan minyak diesel sebesar 33 sejalan dengan penerapan teknologi
transportasi yang lebih efisien dalam pemakaian bahan bakar. Kebutuhan avtur terus meningkat seiring dengan perkembangan gaya hidup masyarakat
yang menuntut mobilitas yang tinggi. Kemudian pada tahun 2025 pemakaian bensin sedikit mengalami kenaikan yaitu dengan pangsa 54, sedangkan
minyak diesel menjadi 21. Bensin mengalami laju pertumbuhan sebesar 4 sedangkan laju pertumbuhan minyak diesel hanya 1,5. Hal ini diperkirakan
berdasarkan proyeksi mobilitas penumpang passenger yang memanfaatkan mobil bensin lebih tinggi daripada mobilitas barang freight yang lebih
memanfaatkan kendaraan berbahan bakar minyak diesel.
Jenis teknologi
penggerak prime
mover pada
sektor transportasi
sebagaimana diterapkan hingga saat ini menyebabkan bahan bakarnya didominasi oleh BBM. Meskipun demikian, untuk jenis mobil diperkirakan
intensitas energi dapat berkurang sebesar 15 hingga 30. Reduksi ini dapat dilakukan melalui kombinasi dari beberapa perubahan dan peningkatan desain
komponen, perbaikan material, peningkatan pemanfaatan sistem kontrol elektronik, serta penyempurnaan desain mesin. Penggunaan mobil dengan
teknologi hibrid dan transportasi masal yang lebih rendah intensitas energinya di masa mendatang perlu diberikan insentif sehingga penggunaannya bisa
meluas.
Pada alat angkutan jenis pesawat terbang, penurunan intensitas bahan bakar pada pesawat diterapkan dengan penggunaan mesin jet generasi baru yang
lebih hemat energi. Pada mesin-mesin kapal laut efisiensi energi diperkirakan akan meningkat dan dapat menghemat bahan bakar sebesar 5 hingga 10.
Selain itu, peningkatan desain hull dan propeller dapat menambah penghematan energi sebesar 10 hingga 30.
Pemakaian gas sebagai bahan bakar alat transportasi darat terkendala oleh ketersediaan jaringan pipa gas yang memasok stasiun pengisian bahan bakar
gas SPBG. Dengan demikian pemakaian gas menjadi terbatas di kota-kota besar yang tersedia jaringan pipa gas. Sementara itu, pemakaian listrik baru
berlangsung untuk angkutan kereta api dalam kota di Jawa. Pemanfaatan gas bumi pada sektor transportasi juga dipertimbangkan pada sektor ini selain
dimanfaatkan pada sektor industri, rumah tangga, dan pembangkit listrik.
Pada skenario pertumbuhan PDB rendah, kasus perbedaan harga minyak tidak memberikan banyak perbedaan terhadap total kebutuhan energi final sektor
transportasi. Pada pertumbuhan PDB yang sama dengan harga minyak 60 barel, total kebutuhan pada sektor transportasi adalah sebesar 427,5 juta
SBM. Pangsa pemakaian bahan bakar pada harga minyak 30 barel dan 60 barel adalah sama. Lain halnya pada skenario pertumbuhan PDB tinggi,
perbedaan harga minyak menunjukkan perubahan proyeksi total kebutuhan energi final. Pada kasus harga minyak 30 barel energi final pada tahun 2025
menjadi 495,6 juta SBM, sedangkan pada tahun yang sama kasus harga minyak 60 barel menyebabkan total energi final menjadi 479,2 juta SBM. Hal ini
menunjukkan pada harga minyak lebih rendah akan lebih banyak BBM yang
Outlook Energi Indonesia 2009 3-12
dikonsumsi pada sektor transportasi. Gambar 3.10 menunjukkan perbandingan pemakaian jenis bahan bakar pada kasus dasar dengan kasus lainnya serta
pangsa tahun 2006 dan tahun 2025 di sektor transportasi.
100 200
300 400
500 600
2006 2008
2010 2012
2014 2016
2018 2020
2022 2024
J u
ta S
B M
Kasus R30 Kasus R60
Kasus T30 Kasus T60
Historikal Proyeksi
58 34
8
2006
Gasoline ADO
Gas AvturAvgas
FO Listrik
Biodiesel Bioethanol
54 21
10 5
10
R60
58 20
10 5
7
T30
55 20
10 5
10
T60
2025
54 21
10 5
10
R30
Gambar 3.13 Perbandingan total kebutuhan energi final tanpa biomasa dan pangsanya di sektor transportasi
C. Sektor Rumah Tangga