Intensitas Energi Terhadap PDB

Outlook Energi Indonesia 2009 2-10 1000 2000 3000 4000 5000 6000 2006 2010 2015 2020 2025 T ri ly u n R p K o n s ta n H a rg a 2 Sumatra Jawa-Bali Kalimantan Lainnya Historikal Proyeksi Gambar 2.4 Proyeksi PDRB per wilayah Indonesia skenario tinggi 2.5 Intensitas Energi Terhadap PDB dan Populasi Intensitas energi merupakan salah satu indikator yang menggambarkan hubungan antara konsumsi energi dan ekonomi serta konsumsi energi dan penduduk. Di Indonesia, konsumsi energi terhadap ekonomi digambarkan berdasarkan besarnya intensitas energi terhadap PDB, sedangkan konsumsi energi terhadap penduduk dinyatakan dalam intensitas energi per kapita. Dalam buku ini perhitungan intensitas energi didasarkan pada konsumsi energi final komersil dan konsumsi energi final dengan biomasa, tanpa mempertimbangkan pemakaian bahan bakar untuk captive power, sedangkan listrik yang diproduksi dari captive power telah dipertimbangkan dalam kebutuhan listrik.

2.5.1 Intensitas Energi Terhadap PDB

Intensitas energi terhadap PDB skenario tinggi di Indonesia selama kurun waktu 2006 - 2025, dipertimbangkan berdasarkan dua kasus, yaitu kasus harga minyak rendah dan kasus harga minyak tinggi. Pada kasus harga minyak rendah, harga minyak bumi nasional tahun 2005 dan 2006 yang digunakan merupakan angka aktual, sedangkan harga minyak bumi tahun 2007 - 2025 diasumsikan tetap sebesar 30 barel harga konstan tahun 2000. Sedangkan pada kasus harga minyak tinggi, harga minyak bumi tahun 2007 - 2025 diasumsikan tetap sebesar 60 barel harga konstan tahun 2000. Selain berdasarkan harga minyak, perhitungan intensitas energi terhadap ekonomi di Indonesia dibedakan menjadi konsumsi energi final komersil dan konsumsi energi final termasuk biomasa. Selama kurun waktu 2006 - 2025 besarnya intensitas energi terhadap ekonomi untuk kebutuhan energi final dengan biomasa mengalami penurunan. Hal ini disebabkan pada awalnya daya beli masyarakat melemah sehingga pemakaian biomasa di sektor rumah tangga menjadi tinggi, namun dengan adanya perbaikan ekonomi menyebabkan pemanfaatan biomasa menurun. Penurunan pemanfaatan Outlook Energi Indonesia 2009 2-11 biomasa akan berpengaruh terhadap total kebutuhan energi final, dimana total kebutuhan energi final untuk PDB tinggi lebih besar dibanding total kebutuhan energi final untuk PDB rendah. Perubahan total kebutuhan energi final pada kedua skenario tersebut dapat mempengaruhi besarnya intensitas energi yang besarnya secara bertahap akan berkurang hingga efisiensi pemakaian energi fosil optimal. Namun dengan mempertimbangkan konsumsi energi final komersil, besarnya intensitas energi terhadap pertumbuhan ekonomi tinggi akan mengalami penurunan dan sebaliknya besarnya intensitas energi terhadap pertumbuhan ekonomi rendah akan mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan pada pertumbuhan PDB tinggi pemakaian energi final komersil menjadi lebih efisien dan berangsur-angsur menjadi optimal, karena proses pembangunan di Indonesia selama kurun waktu tersebut secara bertahap akan menuju pada produktifitas yang semakin tinggi sehingga intensitas pemakaian energi final terhadap ekonomi menjadi semakin rendah. Disamping itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar dan laju inflasi pada kurun waktu 2007 - 2025 diharapkan menjadi relatif stabil seiring dengan semakin membaiknya perekonomian Indonesia. Dengan kata lain, biaya yang dibutuhkan untuk mengubah energi ke PDB secara bertahap akan berkurang seiring dengan pemakaian energi yang secara bertahap menjadi semakin efisien. Berlainan dengan pertumbuhan PDB rendah dimana efisiensi pemakaian energi final komersil masih lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan PDB tinggi, walaupun pertukaran nilai rupiah terhadap dolar dan laju inflasi juga relatif stabil. Sehingga biaya yang dibutuhkan untuk mengubah energi ke PDB pada kondisi pertumbuhan PDB rendah lebih tinggi dibandingkan biaya yang dibutuhkan untuk mengubah energi ke PDB pada kondisi pertumbuhan PDB tinggi. Besarnya intensitas pemakaian energi final pada tahun 2006 adalah sebesar 0,453 SBM per juta rupiah termasuk biomasa dan 0,312 SBM per juta rupiah komersil. Pada tahun 2025 besarnya intensitas pemakaian energi final termasuk biomasa pada skenario tinggi untuk harga minyak rendah adalah sebesar 0,316 SBM per juta rupiah dan intensitas energi final komersil sebesar 0,292 SBM per juta rupiah. Intensitas pemakaian energi termasuk biomasa pada skenario rendah untuk kasus harga minyak rendah adalah sebesar 0,245 SBM per juta rupiah dan intensitas energi final komersil sebesar 0,226 SBM per juta rupiah. Prakiraan intensitas pemakaian energi termasuk biomasa terhadap ekonomi pada skenario PDB tinggi dan rendah untuk harga minyak rendah dan harga minyak tinggi dari tahun 2006 - 2025 ditunjukan pada Gambar 2.4. Sedangkan Gambar 2.5 menyajikan prakiraan intensitas pemakaian energi komersil terhadap ekonomi pada kedua skenario untuk harga minyak rendah dan harga minyak tinggi dari tahun tahun 2006 – 2025. Outlook Energi Indonesia 2009 2-12

0,0 0,1

0,2 0,3 0,4 0,5 2006 2009 2012 2015 2018 2021 2024 S B M J u ta R p Kasus T60 Kasus T30 Kasus R60 Kasus R30 Gambar 2.5 Prakiraan intensitas pemakaian energi termasuk biomasa terhadap PDB

0,0 0,1

0,2 0,3 0,4 0,5 2006 2009 2012 2015 2018 2021 2024 S B M J u ta R p Kasus T60 Kasus T30 Kasus R60 Kasus R30 Gambar 2.6 Prakiraan intensitas pemakaian energi komersil terhadap PDB

2.5.2 Intensitas Energi Terhadap Populasi