pengasaman dengan asam sulfat. Palm acid oil memiliki kandungan FFA sebesar 50 dengan total kadar lemak maksimum 95.
13. Crude Palm Kernel Fatty Acid
Crude palm fatty acid adalah asam lemak yang diperoleh sebagai hasil sampingan dari rafinasi lengkap minyak inti sawit PKO dan fraksi-fraksinya.
Kadar FFA-nya minimum 70. Dari produk-produk tersebut yang memegang peranan penting dalam
perdagangan dunia adalah minyak sawit, minyak inti sawit dan beberapa produk olahan lanjutan dari minyak sawit antara lain Olein, Stearin, Fatty Acid dan
sebagainya.
2.3. Peneliti Terdahulu
Abidin, Zainal 2008 meneliti tentang analisis eksport crude palm oil CPO Indonesia. Variabel yang digunakan adalah harga CPO dunia, harga CPO domestik,
harga minyak kelapa dan nilai tukar rupiah.Metode analisis yang digunakan adalah metode 2SLS Two Stage Least Square. Berdasarkan hasil analisis membuktikan
bahwa harga CPO domestik, harga CPO dunia, nilai tukar dan harga minyak kelapa secara simultan berpengaruh nyata terhadap ekspor minyak sawit CPO Indonesia,
sedangkan nilai tukar rupiah secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap ekspor minyak sawit CPO Indonesia.
Prastowo, Nugroho Joko 2008 meneliti tentang Pengaruh Distribusi Dalam Pembentukan Harga Komoditas dan Implikasinya Terhadap Inflasi. Faktor distribusi
Universitas Sumatera Utara
yang diamati meliputi rantai distribusi, marjin keuntungan, biaya dan gangguan distribusi. Hasil analisis yang dilakukan dengan menggunakan model ekonometrika
dan survei menunjukkan bahwa komoditas primer cenderung mempunyai mata rantai distribusi yang lebih panjang dan kurang efisien. Sementara gangguan distribusi
sangat berpengaruh terhadap harga komoditas yang perishable seperti cabe, namun marjin yang diperoleh pedagang lebih besar dari komoditas lainnya. Hal ini membuat
komoditas yang perisable lebih volatile. Peningkatan harga BBM yang mendorong peningkatan biaya transportasi tidak signifkan terhadap harga komoditas produk
industri seperti minyak goreng dan gula pasir. Namun signifkan terhadap komoditas non-industri dengan peningkatan biaya aktual sekitar 1, namun peningkatan harga
yang terjadi dapat mencapai 5. Dengan demikian dampak peningkatan BBM terhadap harga komoditas dan inflasi secara keseluruhan lebih besar dari faktor
distribusi lainnya. Idris, M 2009 meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan minyak goreng curah di kota Medan. Variabel yang digunakan harga minyak goreng curah, pendapatan rumah tangga dan jumlah anggota rumah tangga.
Data yang digunakan adalah data primer yaitu dengan penyebaran kuisiooner. Metode analisis yang digunakan Multiple Regression dengan metode Ordinary Least Square
OLS. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi permintaan minyak goreng curah di kota Medan yaitu jumlah anggota
rumah tangga dan pendapatan rumah tangga, sedangkan harga minyak goreng curah tidak signifikan terhadap permintaan minyak goreng curah di kota Medan.
Universitas Sumatera Utara
Wulantoro, Anis 2009 meneliti tentang kebijakan dan pertumbuhan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia ke Negara Belanda. Variabel yang digunakan adalah
nilai tukar rupiah terhadap USD, harga ekspor minyak sawit Indonesia, harga pesaing Malaysia, produksi minyak sawit. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai tukar
rupiah terhadap USD tidak signifikan terhadap ekspor minyak kelapa sawit Indonesia ke Negara Belanda. Dan harga ekspor minyak sawit Indonesia, harga pesaing
Malaysia, produksi minyak sawit signifikan terhadap ekspor minyak kelapa sawit Indonesia ke Negara Belanda.
M. Efendi Arianto, dkk 2010 meneliti tentang analisis harga minyak sawit, tinjauan kointegrasi harga minyak nabati dan minyak bumi. Penelitian ini mencoba
mengkaji keterkaitan harga pada tiga jenis minyak nabati yang paling banyak diproduksi, yaitu minyak kelapa sawit, minyak kedelai dan minyak rapa, serta
keterkaitannya dengan minyak bumi. Data yang dipergunakan terdiri atas data bulanan pada periode 1980-2008. Hasil penelitian menyipulkan dalam jangka panjang
CPO adalah variabel yang paling berpengaruh di pasar minyak nabati; hasil variance decomposition
menunjukkan variasi dari harga minyak sawit berpengaruh terhadap minyak nabati lainnnya pada kisaran 30-40. Sementara itu, kemampuan
memberikan pengaruh dari PCRO terhadap tiga jenis minyak nabati yaitu, minyak sawit, minyak kedelai dan minyak rapa, meningkat sangat kuat dari tidak berpengaruh
pada periode 1980-2003 menjadi sangat berpengaruh pada periode 2004-2008 terutama pada horizon 24 hingga 48 bulan kemudian. Dengan demikian dapat
Universitas Sumatera Utara
disimpulkan bahwa harga minyak bumi memberikan pengaruh pada variabilitas harga minyak nabati, terutama pada periode dinamika harga komoditas tahun 2004-2008.
2.4. Kerangka Konseptual