1. Pengaruh luas kebun kelapa sawit dunia terhadap penawaran CPO dunia
Hasil analisis menunjukkan bahwa pengaruh luas kebun kelapa sawit dunia time lag 5 tahun terhadap penawaran CPO dunia adalah positif dan tidak signifikan
sebesar 11,4. Hasil temuan ini tidak sesuai dengan hipotesis penelitian dimana luas kebun kelapa sawit memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap penawaran
CPO dunia. Dasar pertimbangan atau teori ini adalah adanya hubungan langsung antara CPO dan kebun kelapa sawit, karena buah kelapa sawit merupakan bahan baku
CPO, sehingga jika luas lahan bertambah maka seharusnya produksi buah kelapa sawit atau TBS akan meningkat, yang pada akhirnya produksi CPO juga turut
bertambah. Kerangka teori yang lazim digunakan untuk menerangkan respon
penawaran pertanian ialah model adjusted Nerlove 1958. Model ini pada mulanya dicipta untuk mengkaji respon penawaran tanaman keras termasuk kelapa sawit.
Aplikasi model respon penawaran Nerlove untuk menerangkan penawaran suatu tanaman keras seperti kelapa sawit mempunyai suatu kelemahan. Model ini
berasaskan pada satu set hubungan perlakuan yang ad hoc dimana keputusan- keputusan investasi dan penanaman tidak dibedakan. Akibatnya fungsi penawaran
yang diterbitkan gagal mewakili masa tertangguh respon penawaran tanaman keras. Namun kemudian model ini di sempurnakan oleh penemuan Abu Bakar Man dan
Blanndford 1980, dimana perubahan utama pada harga tanaman keras ditangguhkan seumur tanaman tersebut mulai di panen.
Universitas Sumatera Utara
Sya’ad Afifuddin 2004 mengkaji Pengaruh Pasar CPO terhadap Lahan Kelapa Sawit di Sumatera Utara,
dimana seluruh variabel di lakukan time lag 5 tahun dengan alasan karena respon petani di Sumatera Utara memerlukan waktu yang
panjang untuk investasi di sektor perkebunan kelapa sawit. Martina 1998 menganalisis permintaan ekspor minyak kelapa sawit Sumatera Utara, dimana
berdasarkan hasil penelitian tersebut luas lahan kelapa sawit dipengaruhi oleh harga minyak kelapa sawit investasi dan tingkat upah buruh masing-masing time lag 4
tahun. Penawaran CPO merupakan penjumlahan antara produksi CPO dan jumlah
eksport CPO dunia. Eksport CPO sendiri merupakan proses pemasaran dari produsen CPO untuk mendistribusikan produksinya. Lindert 1993 menjelaskan bahwa
Eksport yang merupakan bagian dari perdagangan internasional terjadi akibat keunggulan komparatif suatu negara dibanding Negara lain importir. Perdagangan
luar negeri memungkinkan suatu negara mengkonsumsi lebih banyak barang dibandingkan yang tersedia menurut garis perbatasan kemungkinan produksi pada
keadaan swasembada tanpa perdagangan luar negri. Negara produsen sendiri akan melakukan eksport jika memperoleh nilai lebih sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraannya. Produksi CPO sendiri sangat ditentukan oleh jumlah bahan baku berupa TBS
tandan buah segar yang dapat diolah di pabrik minyak kelapa sawit. Sedangkan TBS diperoleh dari tanaman menghasilakan yang berusia mulai umur 4 tahun dengan
potensi berkisar 8-12 tonhektar. Produksi TBS mulai optimal pada umur 5 tahun
Universitas Sumatera Utara
dengan produktivitas berkisar 18 tonha. Tanaman kelapa sawit dapat menghasilkan buah secara optimal hingga usia 25 tahun, dengan puncak produksi pada umur 9
sampai 14 tahun hasil sekitar 27 ton per hektar dan mulai menurun setelah umur 20 tahun hasil sekitar 20 ton per hektar, tergantung pada klasifikasi jenis lahan tempat
penanaman kelapa sawit. Dari tandan buah segar TBS kelapa sawit dapat menghasilkan minyak kelapa sawit CPO sekitar 17 – 22 dan inti sawit PK
sekitar 4,6 – 5. Tingkat ekstraksi CPO dan PK dari tandan buah kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh umur produksi, kondisi tanaman serta penanganan pasca panen.
Iyun Pahang;2006. Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa luas kebun kelapa sawit time lag 5
tahun berpengaruh positif sebesar 11,4 namun tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penawaran CPO, hal ini karena penawaran CPO tidak hanya
dipengaruhi oleh produksi namun termasuk jumlah eksport dan stock. Berdasarkan data oil world jumlah produksi CPO dunia tahun 2009 sebesar 46,86 juta ton
sedangkan jumlah penawaran pada tahun 2009 adalah sebesar 84,11 juta ton atau hampir 2 kali lebih besar dari total produksi. Hal ini menyebabkan pengaruh luas
kebun kelapa sawit tidak signifikan terhadap penawaran CPO.
2. pengaruh biaya produksi cpo terhadap penawaran cpo dunia