50
4.2 Profil Informan
Informan dalam penelitian ini sangatlah penting untuk memeperdalam hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. Dalam hal ini peneliti telah
mendapatkan berbagai karakteristik yang sesuai dalam penelitian yang telah diteliti, diantaranya adalah sebagai berikut:
Profil informan 1.
Nama : Roin Andreas Bangun Umur : 35 tahun
Jenis kelamin : Laki laki Agama : Kristen protestan
Pendidikan : Sarjana Pekerjaan : Kepala desa
Roy adalah seorang masyarakat petani di Desa Batukarang dan menjabat sebagai kepala desa yang sudah lebih kurang dari setahun. Roy ini kepala desa
yang masaih muda bahkan dia masih memiliki satu anak yang masih berumur 2 tahun. Bapak kepala desa ini juga kelahiran desa Batukarang, sehingga keadaan
Desa Batukarang sebelum dan sesudah adanya bencana diketahui bapak Roy ini, baik dalam bidang ekonomi dan sosial.
Kondisi pertanian Desa Batukarang sebelum bencana baik dengan hasil pertanian yang memuaskan sehingga kebutuhan ekonomi masyarakat tercukupi.
Namun setelah adanya bencana alam meletusnya gunung sinabung membuat ekonomi masyarakat sangat memperhatinkan karena hasil pertanian terkena
dampak abu vulkanik dan lahar dingin yang mengakibatkan tanah keracunan dan
Universitas Sumatera Utara
51
gagal panen atau tanaman rusak. Hal lain untuk saluran irigasi persawahan juga rusak akibat diterjang lahar dingin hal tersebut sangat mengganggu lahan
persawahan yang menjadi kering. Dimana untuk penanaman di sawah sangat membutuhkan air karena tanah yang ingin ditanami begitu keras dan kering.
Untuk kondisi perekonomian masyarakat Desa Batukarang sebelum bencana sangat baik karena 80 penduduk adalah petani. Dengan berbagai
macam jenis tanaman yang ditanam seperti cabe, tembakau, padi, bawang, sawi, kol, coklat, pokat, dll. Sesudah bencana tanaman pertanian gagal panen hampir
80 perekonomian masyarakat berkurang. Dari bencana yang menimpa masyarakat Desa Batukarang tersebut masyarakat mendapat bantuan dari berbagai
lembaga seperti, bantuan benih, pupuk kompos, pupuk kimia, obat semprot pertanian, sektor alat pertanian, mesin pompa dan selang air, dan mengadakan
penyuluhan pertanian melalui kelompok tani. Bantuan ini hanya untuk masyarakat yang ikut dalam kelompok tani. Selain dari pemerintah bantuan juga ada dari
karitas keuskupan lembaga agama berupa bibit tomat, bibit cabe, pupuk, beras, ternak ayam, dan alat sekolah untuk SD,SMP dan SMA. Bantuan tersebut tidak
hanya untuk kristen namun untuk non kristen juga mendapatkan meskipun ini bantuan datang dari keuskupan.
2. Nama : Rosali Br Bangun
Umur : 45 Tahun Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Universitas Sumatera Utara
52
Pendidikan : SMA Rosali seorang petani yang sudah 16 tahun bekerja sebagai petani lahan
sendiri, selama ini Rosali tinggal di Pekanbaru, namun setelah menikah Rosali pulang kampung ke Desa Batukarang tempat kelahirannya. Rosali memiliki lahan
pertanian seluas 2000 meter yang ditanami padi. Dari luas lahan tersebut maka penghasilan Rosali sebelum adanya bencana mencapai Rp 8.000.000 perenam
bulan, tapi setelah adanya bencana penghasilan Rosali berkurang menjadi Rp 2.500.000 perenam bulan. Dari penghasilan yang diperoleh Rosali kebutuhan
ekonomi rumah tanggganya menjadi kerisis, ditambah lagi dengan pengeluaran anak sekolah dimana Rosali memiliki empat anak, empatnya masih sekolah,
anaknya paling tua yang baru tamat SMA tidak dapat lagi melanjut kejenjang perkuliahan karena faktor ekonomi yang tidak mengizinkan.
Bencana alam yang terjadi di Desa Batukarang tidak hanya mengurangi pendapatan perekonomian masyarakat, tapi kondisi rumah masyarakat juga ikut
terkena dimana sebelum bencana kondisi rumahnya masih bagus, namun setelah adanya bencana kondisi rumah menjadi buruk, seng rumah yang selama ini masih
bagus kini menjadi bocor akibat abu vulkanik yang menempel tebal di seng yang berminggu-minggu baru jatuh. Rosali berharap adanya bantuan pemerintah yang
telah berjanji mengganti seng rumah yang bocor, tapi sampai sekarang bantuan seng tersebut tidak ada. Untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga Rosali tidak
tahu lagi caranya karena modal untuk menanam tanaman tidak ada lagi, kalau ngutang sudah takut tidak terbayar lagi. Namun ia melakukan berbagi modal
dengan orang lain, seperti menanam cabe yang di modali orang lain dengan hasil di bagi dua dengan pemilik modal. Selain berbagi modal Rosali juga mengerjakan
Universitas Sumatera Utara
53
lahannya sendiri untuk mengurangi modal dalam penanaman tanamannya, jika ia menyuruh orang lain untuk membantunya dalam pengerjaan lahannya habis juga
Rp 1.500.000 untuk upah yang membantunya. Dalam kesulitan seperti ini ia harus berusaha mendapatkan modal untuk
memenuhi kebutuhan ekonominya dan pertaniannya, ia melakukan pinjam modal ke Bank yang menjadi borohnya rumah yang ditempatinya sekarang. Ini lah akibat
dari bencana tersebut keluarga yang lain juga terkena bencana sehingga ia harus meminjam ke Bank, karena keluarganya juga kekurangan modal, keluarga dari
suami juga telah memberi ia modal namun belum dapat penghasilan karena gagal panen terus akibat abu vulkanik. Pengaruh bencana tersebut banyak perubahan
yang terjadi di masyarakat Desa Batukarang, dimana kerjasama atau gontong royong tidak ada lagi karena seluruh masyarakat terkena bencana sehingga tidak
ada lagi waktu untuk saling peduli, ditambah lagi dengan luasnya dan banyaknya jumlah penduduk Desa Batukarang yang sering ada acara dijambur seperti acara
penguburan dan pesta perkawinan untuk masyarakat Desa Batukarang ini saja, belum lagi dengan pesta dari keluarga yang berada diluar Desa Batukarang. Jika
semua acara yang ada dijambur ini dihadiri maka tidak ada lagi waktu kami untuk bekerja.
Bantuan yang didapatkan Rosali akibat bencana ini dari kelompok tani yang berupa pupuk organik tiga sak, pupuk kimia satu sak, obat semprot satu
botol, ini semua untuk padi tapi karena terlambat dapat bantuan ini ia gunakan semua untuk cabe. Bantuan ini tidak merata banyaknya didapatkan, tergantung
luasnya lahan pertanian kelompok tani. Selain bantuan dari kelompok tani, Rosali juga dapat bantuan dari gereja berupa sembako. Kepala desa telah mengusulkan
Universitas Sumatera Utara
54
kepada masyarakat Desa Batukarang mengikuti kursus keterampilan atau pendidikan setelah bencana alam dalam pembuatan makanan ringan seperti kue,
namun tidak berjalan karena masyarakat Desa Batukarang pernah direncanakan untuk mengungsi.
3. Nama : Sari malem Br Bangun
Umur : 64 Tahun Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Kristen katolik Pendidikan : SMP
Sari adalah seorang masyarakat Desa Batukarang yang sudah 45 tahun bekerja sebagai petani lahan sendiri, Sari menikah dengan bapak marga gurusinga
yang memiliki jumlah anggota keluarga empat orang anak dan semuanya sudah memiliki keluarga masing-masing. Sari yang sudah berumur 64 tahun ini masih
dapat melakukan aktivitas bertani seperti orang lain, dengan memiliki luas lahan ½ Ha yang ditanami dengan jenis tanaman seperti cabe 2.500 batang dan
tembakau 1.500 batang. Pedapatan yang didapatkan Sari ini setiap enam bulan sekali sebelum bencana alam sekitar Rp 7.500.000 perenam bulan, namun setelah
adanya bencana alam maka pendapatan pertanian Sari menjadi menurun sekitar Rp 4.000.000 perenam bulan. Dari pendapatan Sari kini berbanding terbalik
dengan pengeluaran dalam penanaman, dimana pengeluaran yang harus dikeluarkannya sebelum bencana alam sekitar Rp 3.000.000 perenam bulan,
setelah adanya bencana alam pengeluaran semakin besar menjadi Rp 5.000.000 perenam bulan.
Universitas Sumatera Utara
55
kondisi pertanian sebelum bencana alam menguntungkan, mengelola lahan pertanian tidak susah karena air tidak pernah kurang dimana setiap lahan pertanian
ada paret air yang mengalir ke lahan pertanian. Tapi sesudah adanya bencana alam kondisi pertanian rugi, modal penanaman pun tidak kembali. Sari menanam cabe
8.000 batang, hasil cabe yang di panen hanya 15kg setiap minggu sekali, dari hasil pertanian yang diperolehnya bisa dikatakan gagal panen dikarenakan abu vulkanik
menutupi tanaman dan air juga sudah susah didapatkan karena lahar dingin sinabung menutupi paret air. Begitu juga dengan kondisi rumah Sari sebelum
bencana alam masih bagus, setelah bencana alam kondisi rumahnya sudah bocor, sebagian ia tempel karena tidak ada uang untuk menggantinya. Pendapatan
ekonomi sebelum bencana alam masih mencukupi kebutuhan rumah tangga, setelah bencana juga masih tercukupi karena hanya kami berdua di rumah, anak
dalam keluarga sudah pada menikah semua. Sari melakukan peralihan jenis tanaman dalam meningkatkan penghasilan
pertanian setelah bencana alam, seperti biasanya ia menanam cabe tapi sekarang ia menanam tanaman yang modalnya lebih sedikit seperti tanaman buncis, supaya
tidak banyak modalnya habis jika terjadi gagal panen lagi dan luas tanaman yang ditanam juga di kurangi. Untuk mengurangi modal dalam mengerjakan lahan
pertanian Sari menggunakan strategi mengurangi pemakaian pupuk kimia dan pupuk organik, serta dalam penyemprotan karena belum tentu meletusnya gunung
sinabung yang mengeluarkan abu vulkanik. Dengan ini modal tidak banyak habis, dalam pengerjaan lahan ia tetap meminta bantuan orang lain karena ia tidak
sanggup kalau hanya sendiri mengerjai lahannya.
Universitas Sumatera Utara
56
Cara yang dilakukan Sari untuk mendapatkan modal pertanian setelah bencana alam dengan berbagi dengan orang lain yang memiliki modal, modal
untuk penanaman dibagi dua dan hasil juga dibagi dua, untung yang didapatkan Sari dari sini tidak menyewa lahan karena lahan tersebut milik orang lain. Selain
Sari, suaminya juga bekerja memenuhi kebutuhan rumah tangga sehingga tercukupi dengan baik. Kerjasama atau gontong royong dalam masyarakat Desa
Batukarang dalam pertanian tidak ada lagi, karena tidak saling percaya lagi antar masyarakat, begitu juga dengan hubungan sosial yang tidak ada lagi,
masyarakatnya sudah terlalu sibuk mengurus pekerjaan masing-masing. Penyuluhan tentang pertanian yang pernah diikuti Sari yaitu kelompok tani, dari
kelompok tani ia mendapatkan bantuan berupa pupuk organik dan pupuk kompos. Bantuan dari pemeritah hanya kompos, sedangkan bantuan dari lembaga agama
ada pengobatan gratis, sembako, cangkul, bibit cabe dan bibit tomat. Bantuan yang dari lembaga agama ini seluruh masyarakat mendapatkannya.
4. Nama : Nusiah Br Ginting
Umur : 51 Tahun Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Kristen protestan Pendidikan : SD
Nusiah menikah dengan bapak marga sembiring yang seorang masyarakat Desa Batukarang, sehingga Nusiah tinggal di Desa Batukarang dan bekerja
sebagai petani di lahan sendiri. Ia memiliki tiga orang anak, dua orang yang masih sekolah satu orang sudah menikah. Nusiah sudah 29 tahun bermata pencaharian
sebagai petani, yang memiliki luas lahan ½ Ha luas lahan tanah kering 6000
Universitas Sumatera Utara
57
meter dan luas lahan tanah basahsawah 6000 meter. Penghasilan pertanian sebelum bencana alam berkisar Rp 10.000.000 perenam bulan ini hasil panen dari
tanaman padi, sedangkan untuk tanaman cabe berkisar Rp 20.000.000 perenam bulan. Tapi setelah adanya bencana alam penghasilannya menjadi menurun
berkisar Rp 7.000.000 perenam bulan hasil dari tanaman padi dan penanaman cabe penghasilannya sekitar 10.000.000 perenam bulan. Namun untuk
pengeluaran yang harus dikeluarkan dalam setiap penanaman sebelum bencana mencapai Rp 15.000.000 dan sesudah adanya bencana alam pengeluaran menjadi
bertambah dimana pengerjaan lahan harus membutuhkan bantuan orang lain karena tanah yang ingin ditanam keras akibat kering. Dan tenaga kerjanya juga
semakin banyak, contohnya sebelum adanya bencana dalam pengerjaan lahan cukup 10 orang yang ngerjainya dalam satu hari, namun setelah bencana alam
tidak cukup hanya 10 orang yang ngerjainya dalam waktu yang sama. Sebelum terjadi bencana alam pendapatan Nusiah memuaskan begitu juga
dengan kondisi pertaniannya yang masih normal, tapi setelah adanya bencana alam kondisi pertaniannya tidak menentu dimana tanaman yang ia tanam seperti
cabe yang umur tiga bulan sudah bisa dipanen seharusnya seminggu sekali diberi pupuk kimia dan pupuk organik, namun karena perekonomian yang menurun ini
membuat ia telat dalam pemberian pupuk organik dan pupuk kimia pada tanaman cabe. Bahkan kadang tidak diberi pupuknya karena tidak ada modal. Dan air
untuk pertanian susah didapatkan karena lahar dingin menutupi paret airnya, ini juga salah satu membuat petani gagal panen. Air sangat dibutuhkan masyarakat
Desa Batukarang dalam pertaniannya, berjalannya air dengan baik maka tanaman masyarakat bagus dan cepat panen dengan hasil yang memuaskan. Selain kondisi
Universitas Sumatera Utara
58
pertanian yang menurun, kondisi rumahnya juga menjadi buruk, sebelum adanya bencana kondisi rumahnya masih bagus belum ada yang menjadi masalah,
sesudah bencana kondisi rumahnya menjadi rapuh, seng rumah yang bocor dan rumah menjadi kotor akibat abu vulkanik. Pendapatan ekonomi Nusiah sebelum
bencana memuaskan kebutuhan ekonominya tidak pernah ada kendala baik untuk kebutuhan anak sekolahnya, setelah adanya bencana keadaan ekonomi Nusiah
menjadi melemah, dimana ia hanya bermata pencaharian sebagai bertani, hasil pertaniannyalah yang memenuhi semua kebutuhan ekonominya. Tapi hasil
pertaniannya menurun membuat perekonomiannya menjadi melemah. Cara Nusiah dalam memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangganya ia
melakukan peralihan, dimana ia biasanya menanam cabe, padi, dan tembakau kini ia melakukan peralihan seperti pembuatan pembibitan tembakau dan pembibitan
cabe yang untuk dijual. Jika kita hanya mengharapkan hasil tanaman cabe atau padi belum tentu kita dapat hasilnya. Karena aktivitas gunung sinabung yang
membuat kita gagal panen. Melakukan peralihan ini memang kalau dibandingkan dengan hasil panen tanaman cabe lebih sedikit hasilnya, tapi lebih cepat dapat
hasil melakukan peralihan pembibitan seperti ini. Dan dipekarangan rumah ditanami sayur-sayuran, pokat, markisah, dan pohon duku, dari hasil tanaman
pekaranganya kebutuhan rumah tangganya dapat tercukupi. Dalam pengerjaan lahan dilakukan sendiri untuk pengurang modal dalam penanaman, jika disuruh
orang lain membantu dalam penanaman maka kita harus membayar dia sebesar Rp 60.000 untuk satu orang dalam satu hari. Menurunya hasil pertanian
masyarakat Desa Batukarang membuat masyarakat kekurang modal, Nusiah meminjam modal pertaniannya ke CU GBKP yang ada di Desa Batukarang,
Universitas Sumatera Utara
59
bukan hanya ke CU saja ia meminjam bahkan kepada keluarga juga ia meminjam untuk modal pertaniannya. Kerjasama masyarakat di Desa Batukarang ini tidak
ada lagi sudah mementingkan diri sendiri. Baik dalam kemalangan yang terjadi di masyarakat, sudah tidak peduli lagi cukup dengan tetangga paling dekat saja yang
ada kerjasama. Dari kelompok tani yang diikutinya, Nusiah mendapat penyuluhan
pertanian dan bantuan berupa obat semprot, pupuk kimia dan pupuk organik. Penyuluhan juga ia ikuti dari gereja seperti penyuluhan peningkatan ekonomi.
Bantuan yang ia terima dari lembaga agama berupa sembako, ternak, bibit cabe, bibit tomat, dan obat semprot.
5. Nama : E Br Sitepu
Umur : 47 Tahun Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Kristen katolik Pendidikan : S1
Ibu sitepu seorang petani yang sudah 47 tahun lamanya tinggal di Desa Batukarang dan sudah 25 tahun ia bermatapencaharian sebagai petani dengan
suaminya dilahan sendiri, ia memiliki anak empat orang dan tiga orang yang masih sekolah. Ibu sitepu memiliki lahan seluas 6000 meter dengan menanam
berbagai jenis tanaman seperti, tomat, cabe, dan padi. Dari luas lahan dan jenis tanaman yang ia tanam maka penghasilannya sebelum bencana alam sebanyak Rp
20.000.000 perenam bulan dan sesudah adanya bencana alam maka
Universitas Sumatera Utara
60
penghasilannya makin menurun menjadi Rp 10.000.000 perenam bulan. Dari penghasilan tersebut maka ada juga pengeluaran yang harus dikeluarkan untuk
pertanian, sebelum bencana alam pengeluaran sebanyak Rp 10.000.000 setiap penanaman, sedangkan setelah adanya bencana alam maka pengeluaran makin
tinggi menjadi Rp 15.000.000 setiap penanaman ini masih modal ditambah lagi dengan penggunaan tenaga orang lain dalam pengerjaan lahan pertanian yang
semakin susah untuk pengerjaan lahan akibat kerasnya tanah pertanian. Bencana alam membuat kondisi pertanian semakin sulit dan pendapatan
perekonomian tidak menentu, kondisi pertanian sebelum adanya bencana dalam pengerjaan lahan tidak susah karena air tetap ada mengalir ke lahan kami, jadi
tanah yang ingin ditanam tidak susah untuk dikelola dan tanaman tidak susah mengurusnya, setelah adanya bencana alam kondisinya makin sulit baik dalam
pengerjaan lahan pertanian dan mengurus tanaman. Setelah bencana alam air sulit didapatkan karena lahar dingin gunung sinabung menutup paret lau borus,
sehingga untuk penyemprotan pun harus dibawa airnya dari rumah, tanah yang ingin ditanami juga keras dan tanaman menjadi sulit tumbuhnya. Kondisi rumah
ibu sitepu juga terkena dampak dari abu vulkanik yang selama ini kondisi rumahnya masih bagus kini setelah bencana menjadi seng rumahnya bocor dan
kotor. Pendapatan perekonomian ibu sitepu sebelum bencana masih stabil, masih
tercukupi kebutuhan tanpa harus meminjam modal kepada orang lain. Setelah adanya bencana alam tersebut maka pendapatan perekonomian ibu sitepu makin
menurun sesuai dengan kondisi pertaniannya yang semakin buruk. Memang selain bertani ibu sitepu juga mendapat penghasilan lain, ia sebagai guru SD di Desa
Universitas Sumatera Utara
61
Batukarang, tapi tidak cukup itu saja yang memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangganya karena anak dalam keluarga masih ada tiga orang yang sekolah. Untuk
memenuhi kebutuhan rumah tangganya ia melakukan pengiritan dalam kebutuhan rumah tangganya dan ia bekerja ke ladang orang lain. Selain itu ia melakukan
peralihan tanaman setelah adanya bencana alam seperti, peralihan penanaman cabe ke penanaman tomat. Dalam pengurangan modal dalam pengerjaan lahan
pertaniannya ia lakukan dengan cara pengecoran untuk tanaman, dimana dengan pengecoran pupuk yang ia lakukan akan lebih sedikit modalnya dibanding dengan
menggunakan pupuk kimia dan pupuk organik. Jika menggunakan pupuk kimia atau organik harus sebanyak 50 kg pupuk, namun menggunakan pengecoran maka
cukup hanya menggunakan 20 kg pupuk. Ketika ia membutuhkan modal untuk pertaniannya maka ia meminjam ke
Bank perenam bulan, setiap panen ia langsung membayarnya karena kalau tidak langsung dibayar ia takut tidak dikasih lagi minjam modal. Ibu sitepu juga
menyatakan bahwa kerjasama atau gontong royong tidak ada lagi di Desa Batukarang karena penduduknya sudah terlalu banyak dan ditambah lagi dengan
adanya bencana alam seperti ini membuat masyarakat tidak saling peduli lagi, sibuk semuanya dalam keadaan sulit ini. Ibu sitepu tidak mengikuti penyuluhan
pertanian tapi suaminya ikut dalam penyuluhan ini, penyuluhan yang di ikuti suaminya itu kelompok tani. Bantuan dari kelompok tani ia mendapatkan pupuk
organik, pupuk kimia, dan obat semprot. Dari lembaga agama juga ia mendapat bantuan berupa sembako, bibit cabe, bibit tomat, dan alat pertanian.
6. Nama : Asna Br Sembiring
Umur : 49 Tahun
Universitas Sumatera Utara
62
Jenis kelamin : Perempuan Agama : Kristen protestan
Pendidikan : SMA Asna berasal dari Desa Kuta Suah yang menikah ke Desa Batukarang,
sehingga ia menetap di Batukarang sebagai petani lahan sendiri dengan suaminya. Ia memiliki anggota keluarga tiga orang dan dua lagi masih sekolah. Luas lahan
Asan ada 6000 meter, ditanami dengan berbagai jenis tanaman seperti, cabe, tembakau, dan padi. Sehubungan dengan luas lahan yang dimilikinya maka
pendapatan yang diperolehnya sebelum bencana alam sebanyak tiga ton dengan jumlah uang Rp 15.000.000 per enam bulan sekali. Setelah adanya bencana alam
pendapatan Asna berkurang menjadi Rp 8.000.000 per enam bulan sekali. Pengeluaran yang harus dikeluarkan untuk modal pertaniannya sebelum bencana
alam mencapai Rp 5.000.000 setiap penanaman, setelah bencana alam pengeluarannya semakin besar menjadi Rp 8.000.000 setiap penanaman.
Adanya bencana alam membuat kondisi pertanian semakin buruk, dimana sebelum bencana alam terjadi, pertanian masyarakat memuaskan dalam hasil
panen, namun dalam harga kadang-kadang membuat masyarakat mengeluh karena harga hasil pertaniannya rendah. Sesudah bencana alam hasil pertanian menurun,
yang seharusnya hasil pertanian didapatkan dua ton tapi sekarang hanya satu ton, seperti itulah perbandingannya sebelum dan sesudah adanya bencana alam.
Kondisi rumah Asna juga semakin buruk, sebelum bencana ia tidak harus mengganti seng rumahnya, tapi setelah bencana ia harus mengganti seng
rumahnya yang bocor akibat abu vulkanik. Pendapatan ekonomi Asna sebelum bencana alam masih baik, ia tidak harus meminjam modal untuk pertaniannya dan
Universitas Sumatera Utara
63
kebutuhan rumah tangganya. Setelah adanya bencana alam ia harus meminjam modal pertaniannya. Asna hanya bermata pencaharian bertani sehingga ia harus
meningkatkan penghasil pertaniannya dengan baik. Ia melakukan peralihan pada pertaniannya yang selama ini ia menanam padi dan cabe, kini ia menanam sayur
pait yang lebih cepat panen dan modal yang sedikit. Dalam memenuhi kebutuhan rumah tangganya ia melakukan pengiritan yang biasanya ia beli sayur kini ia
tanam sayur-sayuran dipagar lahannya. Dalam menurunya hasil pertanian dan pendapatan perekonomian masyarakat, membuat masyarakat kekurangan modal.
Asna yang membutuhkan modal maka ia meminjam kepada penjual pupuk langganannya dan kepada pembeli padi dan cabenya yang menjadi langganannya.
Sifat kerjasama dan gontong royong di Desa Batukarang ini telah memudar, akibat bencana alam yang membuat masyarakat tidak saling perhatian.
Meskipun bencana alam ada di Desa Batukarang tapi penyuluhan untuk pertanian tetap ada seperti kelompok tani, suami Asna salah satu anggota kelompok tani.
Selain itu, Asna mengikuti kursus keterampilan seperti pembuatan sabun cair, kursus tersebut dibentuk oleh lembaga agama GBKP. Asna mendapat bantuan
karena ia salah satu terkena bencana alam meletusnya gunung sinabung, bantuan yang ia terima dari pemerintah atau kelompok tani berupa pupuk kimia, pupuk
organik, dan obat semprot untuk tanaman. Bantuan dari karitas lembaga agama berupa sembako, bibit tomat, dan bibit cabe.
7. Nama : Sri Br Gurusinga
Umur : 42 Tahun Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Universitas Sumatera Utara
64
Pendidikan : SMA Sri seorang petani di Desa Batukarang, selain bertani ia juga bekerja
sebagai pedagang. Suaminya marga tarigan yang bekerja sebagai petani di lahan sendiri. Sri memiliki anggota keluarga tiga orang yang tiga-tiganya masih sekolah.
Ia memiliki luas lahan 6000 meter dengan tanaman padi, tembakau, dan cabe. Dari luas lahan yang ia miliki pendapatan dari pertaniannya sebelum bencana
alam sebesar Rp 15.000.000 per enam bulan sekali. Namun setelah adanya bencana alam pendapatan dari pertaniannya semakin menurun menjadi Rp
9.000.000 per enam bulan sekali. Sedangkan pengeluaran yang harus dikeluarkan untuk modal pertaniannya sebelum bencana alam sebesar Rp 7.000.000 setiap
penanaman, setelah adanya bencana alam pengeluarannya semakin besar menjadi Rp 10.000.000 setiap penanaman.
Bencana alam tidak dapat kita hindari meskinpun membuat kondisi pertanian dan kondisi rumah menjadi buruk. Setelah adanya bencana alam kondisi
pertanian masyarakat Desa Batukarang gagal panen. Begitu juga yang dialami Sri pada pertaniannya, sebelum bencana alam hasil pertaniannya menguntungkan, ia
tidak harus mencari pinjaman untuk pertaniannya, tapi setelah bencana alam kondisi pertaniannya menjadi buruk, jangankan dulu untuk hasil panennya
tumbuh saja tanaman yang ditanam sudah bersyukur karena tanah yang mau ditanam pun keras jadi susah untuk dikelola dan air susah didapatakan. Kondisi
rumah sebelum bencana alam masih bagus tidak ada gangguan meskipun hujan deras. Setelah adanya bencana alam kondisi rumahnya menjadi bocor, seng
rumahnya rusak akibat abu vulkanik menutupinya, pada saat hujan maka air masuk kedalam rumah, Jadi kami harus mengganti seng rumah kami.
Universitas Sumatera Utara
65
Dari hasil pertanian yang semakin menurun akibat bencana alam meletusnya gunung sinabung membuat pendapatan ekonomi masyarakat krisis.
Sebelum bencana alam pendapatan ekonomi Sri masih tercukupi ditambah lagi dengan anak sekolah yang masih dapat dibiayai tanpa meminjam, setelah adanya
bencana alam pendapatan ekonomi Sri semakin krisis untuk biaya anak sekolah harus meminjam uang. Sebelum dan sesudah bencana alam Sri bekerja juga
sebagai pedagang sirih dan tembakau tembakau yang telah diiris dan biasanya disebut dalam bahasa karo mabako di berbagai pekan seperti ke pajak senin di
Kabanjahe, pajak Seribudolok, dan pajak Pancur Batu. Dari pekerjaan ini ia dapat menambah pendapatan ekonomi untuk rumah tangganya.
Dalam kondisi yang krisis harus banyak cara yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, seperti yang di lakukan Sri ini dalam memenuhi
kebutuhan rumah tangga, ia melakukan pengiritan dalam kebutuhan rumah tangga, jajan anak-anak dikurangi. Namun untuk pengurangan modal dalam
pengerjaan lahan ia tidak lakukan, karena suamainya tidak dapat bekerja sendiri untuk pertanian, kalau Sri tiga kali seminggu jualan ke pekan. Apabila ia
kekurangan modal untuk pertanian dan untuk kebutuhan rumah tangganya ia meminjam kepada temannya yang menjual sirih langganannya, sirih yang
dibelinya itu tidak langsung dibayar, tapi dia jual lagi dulu sirih yang ia beli baru ia membayarnya.
Bencana alam membuat kerjasama dan gontong royong di Desa Batukarang menjadi terkikis karena masyarakat tidak lagi saling peduli, ditambah
lagi krisis ekonomi masyarakat. Akibat bencana alam perihatin pemerintah dan lembaga agama turut membantu masyarakat seperti yang didapatkan Sri berupa
Universitas Sumatera Utara
66
pupuk organik, pupuk kimia, dan obat semprot dari pemerintah dan sembako dari karitas.
4.3 Akibat Bencana Alam Pada Masyarakat Petani