68
seng e labo banci mis kerina ndabuh ban udan, nggo ka min piga-piga kali ke
na udan maka ndabuh abu ndai.” Artinya :
“kondisi rumah kami masih bagus sebelum bencana, tapi setelah bencana alam kondisi rumah tidak mendukung lagi sengnya bocor, sudah rapuh,
dingding rumah juga kotor karena debu vulkanik menutupinya. Datang hujan baru debu vulkanik jatuh dari seng rumah, tapi karena debu itu
menepel tebal di seng tidak langsung jatuh di buat hujan, sudah beberapa
kali terkena hujan baru jatuh debunya.” Kondisi rumah yang sudah bocor membuat masyarakat menjadi resah dan
harus ditempel atau diganti sengnya, karena tidak tahu kita kapan datangnya hujan. Bencana alam sangat mempengaruhi lingkungan yang ada sekitar kita.
4.3.2 Modal Pertanian Masyarakat Semakin Besar
Akibat bencana alam pada masyarakat Desa Batukarang, kondisi pertaniannya yang semakin buruk dapat dilihat dari sebelum bencana alam,
kondisi pertanian masyarakat masih bagus baik dalam pengerjaan lahan yang mudah dan perairanya juga masih mudah didapatkan. Pertanian masyarakat Desa
Batukarang paling utama dalam perairan karena lahan pertanian masyarakat di sawah, itu yang menjadi kelebihannya dari daerah-daerah yang ada di Tanah
Karo. Perairan sangat membantu proses pertanian, seperti proses pengolahan lahan, jika tanah lahan pertanian kering maka untuk pengerjaan lahan semakin
sulit dan menambah waktu kerja karena tanahnya keras. Dalam proses penanaman tanaman juga semakin sulit, tanaman perlu perawatan yang lebih karena tanaman
susah tumbuh akibat tanah yang kering. Peraian ini juga mempercepat panennya hasil tanaman seperti cabe dilahan kering empat bulan lebih baru bisa dipanen,
Universitas Sumatera Utara
69
tapi kalau cabe ditanam pada lahan perairan sawah tiga bulan lebih sudah dapat dipanen.
Tanaman masyarakat Desa Batukarang tidak banyak jenisnya karena tidak semua tanaman tahan air jadi masyarkat hanya menanam padi, tembakau, dan
cabe. Pada saat perairan kering maka masyarakat menanam cabe dan tembakau, jika perairan lagi ada maka masyarakat menanam padi. Seperti itu lah cara
masyarakat menanam tanaman dengan bergantian dan tanaman harus bersama- sama menanam tanaman satu jenis saja, agar perairannya berjalan dengan baik.
Bencana alam membuat pertanian masyarakat Desa Batukarang gagal panen, modal untuk pertanian setelah bencana alam semakin tinggi dua kali lipat dari
sebelum bencana. Seperti yang telah dikatakan oleh Sari yaitu:
“Nca meletus gunung sinabung aku nggo rugi nuan, modalna pe la bali kusuan 8000 batang cina buahna pe 15 kg nca kutiga, jadi upah aron pe la
tergalari aku. Banci kataken gagal panen sebab abu vulkanik si rehna bas sinabung nari nutupi sinuan-sinuan kami ras lau pe nggo mesera mbuatsa
perban lahar dingin sinabung ndai. Sedangkan untuk pengeluaren erbuena, sebelum bencana enda bias Rp 3.000.000 modalku nuan, tapi nca bencana
enda erbuena jadi Rp 5.000.000.” Artinya:
“setelah meletus gunung sinabung aku sudah rugi menanam, modal pun tidak kembali aku tanam 8000 batang cabe buahnya hanya 15 kg yang
dapat dipanen, jadi gaji yang bekerja membantu aku tidak dapat lagi dibayar. Bisa dikatakan gagal panen karena abu vulkanik yang berasal dari
Gunung Sinabung menutupi tanaman kami dan air juga susah didapatkan karena lahar dingin Sinabung itu. Sedangkan untuk pengeluaran semakin
banyak, sebelum bancana alam cukup Rp 3.000.000 modal untuk menanam, tapi setelah adanya bencana alam modalku menjadi Rp
5.000.000.”
Universitas Sumatera Utara
70
Bencana alam sangat mengganggu aktivitas dan mata pencaharian masyarakat, seperti yang dialami masyarakat Desa Batukarang dimana sebelum
bencana alam masyarakat masih dapat beraktivitas seperti biasa namun setelah adanya bencana alam kondisi pertanian semakin buruk baik dalam pengelolaan
lahan dan pemodalan penanaman, sehingga kondisi pertanian tidak menentu jika ada modal maka lahan akan ditanami dan diberi pupuk tanaman jika tidak ada
modal maka dibiarkan dulu tanaman yang telah ditanam sampai setelah ada modal. Untuk modal pertanian juga semakin tinggi setelah bencana alam
dibanding sebelum adanya bencana alam. Seperti yang diungkapkan oleh Nusiah seorang informan:
“Kondisi pertanian kami gundari jenda la nentu, adi lit sen tama pupuk sinuan-sinuan e, adi lalit sen melawen maka tama pupuk sinuan-sinuan e,
banci kataken telat kami nama pupukna. Bagi cina sinuan kami umurna pe telu bulan nge tapi perban lalit modal kami banci melawen maka tama
kami. Si seharusna nama pupukna telu kali seminggu enda nggo sekali nca tama kami. Adi pengeluarenku nca bencana enda tambah biayana sebab
tanah piher harus itama arona, sibiasana dung ikerjaken waluh kalak 1000
meter belangna juma e sada wari, tapi gundari lanai perban taneh piher.” Artinya :
“Kondisi pertanian kami sekarang tidak menentu, kalau ada uang pupuk tanaman dikasih, kalau tidak ada uang maka pupuk tanaman terlambat
dikasih, dapat dikatakan telat kami memberi pupuk untuk tanaman. Contohnya cabe yang kami tanam umurnya hanya tiga bulan tapi karena
kami tidak ada modal maka telat kami member pupuknya. Yang seharusnya kami memberi pupuk tiga kali seminggu ini hanya seminggu
sekali kami berikan pupuknya. Kalau pengeluaranku setelah bencana ini tambah biayanya karena tanah pertanian keras harus ada yang membantu
kita yaitu aron, yang biasanya delapan orang mengerjakan lahan seluas 1000 meter selesai satu hari, tapi sekarang tidak selesai lagi karena
tanahnya keras.” Sebelum adanya bencana alam kondisi pertanian masyarakat masih dapat
dikatakan memuaskan dari hasil panennya, dimana di Kabupaten Karo terkenal
Universitas Sumatera Utara
71
dengan tembakau, cabe, dan padi Batukarang yang bagus. Namun setelah adanya bencana alam kondisi pertanian masyarakat menjadi buruk. Hasil panen yang
menjadi berkurang sampai 50, ditambah lagi dengan harga yang membuat masyarakat mengeluh.
Berikut dikatakan Asna yaitu: “Langa sange reh bencana enda sinuan-sinuanku mejile denga, labo
mesera mejadisa ras hasil panen pe memuasken, saja erga sinuan-sinuan e nge erbansa aku ngeluh adi masalah jadina jadi denga nge kusuan cina ras
page e. Tapi nca reh bencana alam e nuan pe aku mesera mejadisa, lalap nge reh abu nutupisa nca lau pe nggo mesera mbuatsa. Emaka lit pe dat i
bas rani e lanaibo bagi biasa nggo tading setengah nari nca dat, si biasana kudat dua ton gundari tading sada ton em perbandingenna nca bencana
enda ndai ku pertanian. Adi modal untuk nuan tambah harus nge tambah waktu ngerjai lahan e, ngerjai lahan pe mesera lau pe mesera mbuatsa.
Sebelum bencana pengeluarenku Rp 5.000.000 tapi nca bencana jadi Rp
8.000.000.” Artinya :
“sebelum adanya bencana ini tanamanku masih bagus, tidak susah membuat tumbuh dan hasil panen juga memuaskan, tapi harha tanaman
yang membuataku mengeluh tapi masalah tumbuhnya masih tumbuhnya cabe dan padi aku tanam. Tapi setelah adanya bencana alam ini menanam
aku susah membuat tumbuhnya, selalu datang abu menutupi tanaman dan air susah didapatkan. Seumpama ada yang didapat dari hasil panen tidak
seperti biasa lagi sudah tinggal separuh yang dapat, yang biasanya aku dapat hasil panen dua ton kini menjadi satu ton itu lah perbandingannya
setelah bencana pada pertanianku. Kalau untuk modal pertanian tambah, harus lagi tambah waktu mengerjakan lahan, ngerjai lahan juga payah dan
air susah didapatkan. Sebelum bencana pengeluaranku Rp 5.000.000 tapi
setelah bencana menjadi Rp 8.000.000.” Hal yang sama juga dikatakan Roin:
“Kondisi pertanian sebelum bencana baik dengan hasil memuaskan, setelah bencana pertanian sangat memperhatinkan karena hasil pertanian
terkena dampak abu vulkanik dan lahar dingin yang mengakibatkan tanah keracunan yang mengakibatkan gagal panen atau tanaman busuk. Saluran
irigasi untuk persawahan rusak akibat diterjang lahar dingin hal tersebut sangat mengganggu lahan persawahan menjadi ker
ing.”
Universitas Sumatera Utara
72
Kondisi seperti ini lah yang dialami masyarakat Desa Batukarang setelah adanya bencana alam, namun masyarakat tetap menanam tanaman karena
matapencaharian masyarakat sebagai petani, walaupun hasil pertaniannya tidak lagi memuaskan dan menguntungkan seperti dulu, masyarakat petani tetap
semangat dan terus menanan, petani yakin kalau tetap semangat menjalani aktivitasnya akan ada rezekinya meskipun ia kekurangan modal akibat gagal
panen.
4.3.3 Pendapatan Ekonomi Petani Menurun