Hubungan Sikap Petugas terhadap Kinerja Petugas Surveilans DBD

pengetahuan maka diharapkan mempunyai tindakan yang baik pula terutama yang berkaitan dengan kinerja petugas surveilans. Berkaitan dengan tugas-tugas dalam melaksanakan surveilans DBD juga dibutuhkan kemampuan secara teoritis, juga kemampuan fisik serta ketarampilan. Hal ini mengingat kompleksitas kegiatan dalam surveilans DBD, dan sangat dibutuhkan dedikasi serta kemauan dan kemampuan secara teknis untuk dapat melaksanakan kegiatan surveilans DBD secara komprehensif.

5.2.3. Hubungan Sikap Petugas terhadap Kinerja Petugas Surveilans DBD

Sikap dalam penelitian ini adalah tanggapan atau respon dari petugas surveilans DBD tentang upaya surveilans epidemiologi DBD dan keseluruhan uraian tugasnya. Hasil penelitian menunjukkan 47,1 sikap petugas surveilans DBD termasuk negatif. Hal ini dinilai relevan dengan kondisi pengetahuan petugas surveilans yang juga termasuk rendah, sehingga secara tidak langsung berimplikasi terhadap kinerja petugas surveilans DBD dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Kondisi objektif rendahnya sikap petugas surveilans DBD dapat ditunjukkan dominasi sikap kurang setuju dalam langkah surveilans, tujuan surveilans, surveilans DBD harus representatif dan surveilans DBD sangat penting untuk perencanaan penanggulangan DBD , seyogyanya sikap petugas surveilans DBD yang positif dapat menjadi faktor pendorong seseorang untuk melakukan peningkatan pelaksanaan kegiatan surveilans epidemiologi DBD. Namun secara proporsi menunjukkan bahwa proporsi petugas surveilans DBD dengan kinerja yang baik 61,1 mempunyai sikap yang positif, sedangkan kinerja Universitas Sumatera Utara yang kurang 81,3 petugas surveilans DBD dengan sikap yang negatif, dan hasil uji statistik dengan uji chi square menunjukkan terdapat hubungan sikap petugas surveilans DBD dengan kinerja petugas surveilans DBD dengan nilai p=0,012. p0,05. Sikap mempengaruhi perilaku, yaitu bahwa sikap dipegang teguh oleh seseorang menentukan apa yang akan dilakukan. Makin khusus sikap seseorang yang kita ukur dan makin khusus pula kita mengidentifikasi perilaku terkait, maka makin besar kemungkinan kita dapat memperoleh hubungan yang signifikan antara keduanya. Perilaku kerja yang di tunjukkan oleh karyawan sesungguhnya merupakan gambaran atau cerminan sikap individu. Apabila sikap positif sejak awal dikembangkan oleh individu maka perilaku kinerja yang timbul akan baik. Dengan perilaku kerja positif mewujudkan kinerja tinggi adalah suatu pekerjaan yang mudah Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Sari 2010, bahwa tidak ada pengaruh sikap dengan kinerja petugas DBD atau petugas Pokja DBD di Kota Semarang. Dalam hal ini Petugas Pokja DBD walaupun memiliki sikap positif yang baik tanpa ada kesiagaan mental ilmu yang cukup dan pengalaman yang kurang dimana masa kerja pokja sebagian besar kurang dari 3 tahun dan sangat dipengaruhi karena kemampuan dalam mengerakkan masa masih kurang sehingga belum dapat mempengaruhi yang lain untuk dapat melaksanakan sesuai yang diharapkan. Sikap petugas surveilans DBD Kota Pematangsiantar sudah dapat dikatakan relatif baik atau positif, akan tetapi dalam pelaksanaan kinerjanya masih kurang. Hal ini diasumsikan karena petugas surveilans DBD memiliki pengetahuan yang rendah mengenai pelaksanaan surveilans DBD itu sendiri, sehingga petugas merasa bahwa Universitas Sumatera Utara surveilans DBD yang dilakukan kurang bermanfaat terhadap penanggulangan DBD di Kota Pematangsiantar tanpa ada perubahan perilaku dari masyarakat. Hasil penelitian ini tidak berbeda dengan penelitian Ngadarodjatun 2013 bahwa terdapat pengaruh sikap dengan tercapainya kinerja petugas immunisasi di puskesmas Kabupaten Sigi Propinsi Sulawesi Tengah. Hasil penelitian tentang sikap menunjukkan bahwa terdapat 6 responden 18,8 yang memiliki sikap positif namun tidak dapat mencapai kinerja yang baik. Hal tersebut disebabkan oleh sikap petugas dalam melakukan pelayanan imunisasi belum sepenuhnya maksimal dalam hal melakukan komunikasi yang baik dengan ibu balita tidak dilakukan secara maksimal. Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan pendapat Winglet 1991 yang menyatakan Sikap sebagai kemampuan internal yang sangat berperan dalam pengambilan tindakan, lebih-lebih jika terbuka beberapa peluang untuk bertindak. Sehinga orang yang memiliki sikap, jelas mampu memilih diantara beberapa kemungkinan. Menurut Newcomb yang dikutip oleh Setyobroto 2004, salah seorang ahli psikolog sosial menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap sebagai organisasi keyakinan-keyakinan yang mengandung aspek kognitif, konatif dan afektif yang merupakan kesiapan mental psikologis untuk mereaksi dan bertindak secara positif atau negatif terhadap objek tertentu, sikap bukanlah pembawaan sejak lahir, sikap dapat berubah melalui pengalaman, merupakan organisasi keyakinan, Universitas Sumatera Utara merupakan kesiapan untuk memberikan reaksi, relatif tetap, hanya cocok untuk situasi tertentu, serta merupakan penilaian dan penafsiran terhadap sesuatu.

5.2.4. Hubungan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Petugas Surveilans DBD