Hubungan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Petugas Surveilans DBD

merupakan kesiapan untuk memberikan reaksi, relatif tetap, hanya cocok untuk situasi tertentu, serta merupakan penilaian dan penafsiran terhadap sesuatu.

5.2.4. Hubungan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Petugas Surveilans DBD

Hasil penelitian menunjukkan 55,9 motivasi kerja petugas surveilans DBD rendah. Hal ini menjadi suatu fenomena , bahwa petugas surveilans DBD di Kota Pematangsiantar cenderung mempunyai permasalahan tentang motivasi kerja. Motivasi merupakan semua kondisi yang memberikan dorongan dari dalam diri seseorang yang digambarkan sebagai keinginan, kemauan, dorongan atau keadaan dalam diri seseorang yang mengaktifkan dan mengerakkan. Motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan. Secara proporsi menunjukkan responden dengan kinerja baik, 80,0 mempunyai motivasi kerja yang tinggi, dan petugas surveilans DBD dengan kinerja kurang, 89,5 mempunyai motivasi kerja yang rendah. Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square menunjukkan terdapat hubungan motivasi kerja petugas surveilans DBD dengan kinerja petugas surveilans DBD dengan nilai p=0,000. p0,05. Keadaan ini menunjukkan bahwa motivasi kerja menjadi salah satu faktor yang berkontribusi terhadap kinerja petugas Surveilans DBD di Kota Pematangsiantar. Hasil penelitian ini tidak berbeda dengan penelitian Ngadarodjatun 2013 bahwa terdapat pengaruh motivasi dengan tercapainya kinerja petugas immunisasi di puskesmas Kabupaten Sigi Propinsi Sulawesi Tengah. Motivasi petugas belum Universitas Sumatera Utara sepenuhnya maksimal dapat melaksanakan kegiatan imunisasi karena tidak tersedianya pedoman imunisasi di tingkat puskesmas dan keterbatasan kesempatan karena harus mengerjakan tugas lain sehingga mempengaruhi hasil pencapaian imunisasi. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Siagian, S.P. 1995 yang menyatakan hubungan motivasi dengan kinerja seseorang akan dinilai tidak memuaskan sering disebabkan oleh motivasi yang rendah. Teori Expectancy yang di ungkapkan oleh Greenberg dalam Rivai 2005 memandang motivasi sebagai akibat dari tiga tipe keyakinan yang dimiliki individu, terdiri dari ekspektasi berupa keyakinan bahwa usaha seseorang akan mempengaruhi performance. Performance akan menuju pada instrumentality, yaitu berupa keyakinan bahwa kinerja seseorag yang bagus akan diberikan balas jasa yang setimpal. Individu akan menilai reward secara eksplisit maupun tersirat yang akan membentuk suatu persepsi atas reward itu sendiri. Seorang karyawan yang termotivasi akan berisifat energik dan bersemangat dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Sebaliknya para karyawan yang memiliki motivasi yang rendah akan sering menampilkan rasa tidak nyaman dan tidak senang terhadap pekerjaannya. Akibatnya kinerja mereka menjadi buruk dan tujuan perusahaan tidak akan tercapai. Oleh karena itu untuk meningkatkan motivasi pegawai perlu adanya perhatian dari pimpinan baik berupa imbalan maupun reward lainya. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik berganda diperoleh hasil bahwa motivasi kerja mempunyai pengaruh terhadap peningkatan kinerja petugas surveilans DBD dengan nilai koefisien Exp B sebesar 13.476, dengan p value 0.084. Ini dapat diasumsikan bahwa apabila motivasi kerja petugas meningkat, maka berpeluang sebesar 13.476 kali terhadap perbaikan kinerja petugas surveilans DBD.

5.3. Hubungan Faktor Ekstrinsik terhadap Kinerja Petugas Surveilans DBD