Hubungan Beban Kerja terhadap Kinerja Petugas Surveilans DBD

Berdasarkan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik berganda diperoleh hasil bahwa motivasi kerja mempunyai pengaruh terhadap peningkatan kinerja petugas surveilans DBD dengan nilai koefisien Exp B sebesar 13.476, dengan p value 0.084. Ini dapat diasumsikan bahwa apabila motivasi kerja petugas meningkat, maka berpeluang sebesar 13.476 kali terhadap perbaikan kinerja petugas surveilans DBD.

5.3. Hubungan Faktor Ekstrinsik terhadap Kinerja Petugas Surveilans DBD

5.3.1. Hubungan Beban Kerja terhadap Kinerja Petugas Surveilans DBD

Beban kerja merupakan salah satu faktor yang cukup dominan terhadap pembentukan kinerja sesorang. Hasil penelitian menunjukkan 52,9 beban kerja petugas surveilans DBD termasuk ringan. Hal ini secara umum dapat ditunjukkan bahwa mayoritas petugas surveilans DBD menyatakan bahwa bekerja sebagai petugas surveilans bukan merupakan tangung jawab yang besar, dan laporan yang disusun tidak terlalu banyak serta masih ada waktu luang dalam melaksanakan tugas lain. Secara proporsi menunjukkan responden dengan kinerja baik, 75,0 mempunyai beban kerja yang tinggi, dan petugas surveilans DBD dengan kinerja kurang, 88,9 mempunyai beban kerja yang rendah. Dari hasil uji statistik dengan uji chi square menunjukkan terdapat hubungan beban kerja petugas surveilans DBD dengan kinerja petugas surveilans DBD dengan nilai p=0,000. p0,05. Universitas Sumatera Utara Rodahl dan Manuaba, dalam Prihatini, 2007, menyatakan bahwa beban kerja dipengaruhi faktor-faktor sebagai berikut : 1 Faktor Eksternal yaitu beban yang berasal dari luar tubuh pekerja, seperti : a. Tugas-tugas yang dilakukan yang bersifat fisik seperti stasiun kerja, tata ruang, tempat kerja, alat dan sarana kerja, kondisi kerja, sikap kerja, sedangkan tugas-tugas yang bersifat mental seperti kompleksitas pekerjaan, tingkat kesulitan pekerjaan, pelatihan atau pendidikan yang diperoleh, tanggung jawab pekerjaan. b. Organisasi kerja seperti masa waktu kerja, waktu istirahat, kerja bergilir, kerja malam, sistem pengupahan, model struktur organisasi, pelimpahan tugas dan wewenang. c. Lingkungan kerja adalah lingkungan kerja fisik, lingkungan kimiawi, lingkungan kerja biologis, dan lingkungan kerja psikologis. Manuba 2 Faktor Internal Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh akibat dari reaksi beban kerja eksternal. Reaksi tubuh disebut strain, berat ringannya strain dapat dinilai baik secara objektif maupun subjektif. Faktor internal meliputi faktor somatis Jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, status gizi, kondisi kesehatan, faktor psikis motivasi, persepsi, kepercayaan. keinginan dan kepuasan. Rodahl Secara konseptual beban kerja dapat ditinjau dari selisih antara energi yang tersedia pada setiap pekerja dengan energi yang diperlukan untuk mengerjakan suatu tugas dengan sukses. Konsep yang mendasari pengukuran kinerja adalah pertama Universitas Sumatera Utara penyelesaian suatu tugas memerlukan waktu tertentu. Tingkat beban kerja diperhitungkan dari jumlah waktu yang telah dipakai untuk mengerjakan suatu tugas sampai selesai. kedua manusia hanya memiliki kapasitas energi yang terbatas. Sebagai akibatnya jika seseorang harus mengerjakan beberapa tugas pada waktu yang sama maka akan terjadi kompensasi pioritas antar tugas-tugas itu guna memperebutkan energi yang terbatas. Petugas surveilans DBD kota Pematangsiantar mempunyai beban kerja ringan atau kurang, ini merupakan sebagai akibat dari terlalu sedikit pekerjaan yang akan diselesaikan, dibandingkan waktu yang tersedia menurut standar waktu kerja, dan ini juga akan menjadi pembangkit stres. Pekerjaan yang terlalu sedikit dibebankan setiap hari, dapat mempengaruhi beban mental atau psikologis dari tenaga kerja. Berdasarkan pendapat Munandar 2008 dapat disimpulkan bahwa beban kerja terlalu sedikit, karena tenaga kerja tidak diberi peluang untuk menggunakan keterampilan yang diperolehnya atau untuk mengembangkan kecakapan potensinya secara penuh. Keadaan ini menimbulkan kebosanan karena pekerjaan hanya dianggap sebagai rutinitas biasa dan akan menurunkan semangat kerja serta motivasi kerja, timbul rasa ketidakpuasan bekerja, kecenderungan meninggalkan pekerjaan, depresi, peningkatan kecemasan, mudah tersinggung dan keluhan psikosomatik.

5.3.2. Hubungan Dukungan Pimpinan terhadap Kinerja Petugas Surveilans DBD