perkaranya dalam tenggang waktu 14 hari sejak putusan diberitahukan dihubungkan dengan ketentuan Pasal 248 KUHAP yang menegaskan bahwa Memori Kasasi wajib
diberikan dalam tenggang waktu 14 hari sejak permohonan kasasi diajukan, berarti pemohonan kasasi terdakwa dalam perkara ini secara formil dapat diterima.
A. Memori Kasasi Terdakwa
Terdakwa melalui kuasa hukumnya telah mengajukan upaya hukum kasasi terhadap Putusan Pengadilan Tinggi Medan Nomor: 38Pid2009PN-Mdn tanggal 05
Februari 2009 juncto Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor:
2417Pid.B2008PN-Mdn tanggal 18 Desember 2008 dengan mengajukan Memori Kasasi pada tanggal 27 April 2009.
Memori kasasi atau dalam praktik disebut juga risalah kasasi adalah uraian yang memuat tanggapan keberatan terhadap putusan yang dimintakan kasasi yang
dapat berisi uraian tentang kesalahan penerapan hukum atau cara mengadili tidak dilaksanakan sesuai undang-undang atau karena pengadilan melampaui batas
wewenangnya sebagaimana ditentukan secara limitatif dalam Pasal 253 ayat 1 KUHAP.
270
Adapun keberatan-keberatan Pemohon Kasasi Terdakwa yang diuraikan dalam Memori Kasasinya adalah berkaitan dengan 3 tiga hal pokok yaitu: pertama,
Risalah yang berisi tentang bantahan-bantahan terhadap isi memori kasasi serta menekankan kembali kebenaran dan ketepatan putusan yang telah
dijatuhkan dikenal sebagai kontra memori kasasi.
270
M. Yahya Harahap I, Op.Cit, hlm. 553.
Universitas Sumatera utara
tentang pemeriksaan perkara No. 2417Pid.B2008PN-Mdn bertentangan dengan hukum acara karena cara mengadili tidak dilaksanakan menurut ketentuan undang-
undang; kedua, tentang pertimbangan judex facti yang memeriksa dan memutus perkara No. 2417Pid.B2008PN-Mdn kurang lengkap dan kurang sempurna
onvoeldende gemotiveerd; dan ketiga, tentang pertimbangan hukum dalam putusan Pengadilan Negeri Medan No. 2417Pid.B2008PN-Mdn bertentangan dengan fakta
hukum yang terungkap dalam persidangan. Berikut ini akan diuraikan isi memori kasasi terdakwa secara lengkap.
271
1 Tentang Pemeriksaan Perkara No. 2417Pid.B2008PN-Mdn Bertentangan Dengan Hukum Acara Karena Cara Mengadili Tidak Dilaksanakan
Menurut Ketentuan Undang-Undang.
Pasal 253 ayat 1 huruf b KUHAP menentukan bahwa pemeriksaan dalam tingkat kasasi berwenang untuk memeriksa tentang apakah benar cara mengadili tidak
dilaksanakan menurut ketentuan undang-undang. Tata cara mengadili tidak dilaksanakan menurut ketentuan undang-undang bermaksud bahwa dalam hal atau
kondisi tertentu suatu pemeriksaan perkara semestinya dan tidak boleh menyimpang dari peraturan yang sudah ditentukan secara baku oleh undang-undang dalam hal ini
KUHAP namun ternyata sebaliknya. Maksud daripada cara mengadili tidak dilaksanakan menurut ketentuan undang-undang sebagaimana yang ditentukan dalam
Pasal 253 ayat 1 huruf b KUHAP adalah bahwa judex facti telah secara lalai tidak menunjuk penasehat hukum guna memberikan perlindungan hukum yang maksimal
271
Memori Kasasi terdakwa ini telah mengalami perobahan redaksi dari bunyi aslinya dengan tetap menjaga maksud dan tujuannya.
Universitas Sumatera utara
terhadap pemohon kasasi pembanding terdakwa selama proses persidangan yang mengancam kelalaian judex factie tersebut di atas dengan pembatalan pemeriksaan
sidang pengadilan terhadap pemohon kasasi pembanding terdakwa. Judex factie telah secara keliru memeriksa dan mengadili kasus a quo dikarenakan selama dalam
pemeriksaan di tingkat Pengadilan Negeri Medan, pemohon kasasi pembanding terdakwa tidak pernah didampingi oleh penasehat hukum, sementara pasal-pasal yang
diancamkan terhadap pemohon kasasi pembanding terdakwa adalah pasal-pasal yang ancaman hukumannya 5 lima tahun atau lebih yaitu: pertama, melanggar Pasal
81 ayat 2 UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak; kedua, melanggar Pasal 82 UU RI No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak; dan ketiga,
melanggar Pasal 293 ayat 1 KUHP. Pasal 56 ayat 1 KUHAP menentukan secara tegas:
Dalam hal tersangka atau terdakwa disangka atau didakwa melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana mati atau ancaman pidana lima belas
tahun atau lebih atau bagi mereka yang tidak mampu yang diancam dengan pidana lima tahun atau lebih yang tidak mempunyai penasehat hukum sendiri,
pejabat yang bersangkutan pada semua tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan wajib menunjuk penasehat hukum bagi mereka.
Berdasarkan Pasal 56 ayat 1 di atas, maka seharusnya judex factie menunjuk
atau menyediakan seorang atau beberapa orang penasehat hukum untuk mendampingi pemohon kasasi pembanding terdakwa selama proses persidangan sehingga
pemeriksaan perkara Nomor: 2417Pid.B2008PN-Mdn akan berjalan fair dan seimbang dan memungkinkan pemohon kasasi pembanding terdakwa dapat diputus
bebas vrijspraak atau lepas dari segala tuntutan hukum onslag van alle
Universitas Sumatera utara
rechtsvervolging atau minimal dipidana dengan hukuman yang lebih ringan. Penunjukan penasehat hukum guna mendampingi terdakwa selama proses
persidangan sebagaimana ditentukan oleh Pasal 56 ayat 1 KUHAP adalah bersifat imperatif yang tidak dapat diabaikan sehingga apabila ketentuan ini tidak dipenuhi
mengakibatkan pemeriksaan tidak memenihi syarat yang diminta undang-undang yang berakibat “pemeriksaan sidang perkara No. 2417Pid.B2008PN-Mdn adalah
tidak sah illegal dan batal demi hukum null and void. Tidak terpenuhinya ketentuan Pasal 56 ayat 1 KUHAP, juga mengakibatkan pemeriksaan perkara No.
2417Pid.B2008PN-Mdn juga tidak fair dan tidak seimbang bahkan mengabaikan hak asasi pemohon kasasi pembanding terdakwa guna memperoleh semua jaminan
yang diperlukan untuk pembelaan diri yang maksimal dan hal ini juga secara nyata bertentangan dengan Pasal 11 ayat 1 Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi
Manusia.
272
272
Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia diterima dan diumumkan oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 10 Desember 1948 melalui resolusi 217 A III, pada Pasal 11 ayat 1
berbunyi: 1 Setiap orang yang dituntut karena disangka melakukan suatu pelanggaran hukum dianggap tidak bersalah, sampai dibuktikan kesalahannya menurut hukum dalam suatu pengadilan
yang terbuka, di mana dia memperoleh semua jaminan yang diperlukan untuk pembelaannya.
Berdasarkan hal-hal di atas, jelas dan nyata proses pemeriksaan dan persidangan Putusan Pengadilan Negeri Medan No. 2417Pid.B2008PN-Mdn
tanggal 18 Desember 2008 adalah bertentangan dengan peraturan hukum dan perundang-undangan yang berlaku, karenanya putusan dimaksud menjadi cacat
hukum dan tidak sah sehingga perkara ini sangat berdasar hukum untuk diperiksa kembali oleh Mahkamah Agung.
Universitas Sumatera utara
2 Tentang Pertimbangan Judec Facti Yang Memeriksa dan Memutus Perkara No. 2417Pid.B2008PN-Mdn Kurang Lengkap dan Kurang Sempurna
onvoeldende gemotiveerd.
Pengadilan Tinggi Medan yang memeriksa dan memutus perkara No. 2417Pid.B2008PN-Mdn dalam tingkat banding telah mengabaikan dan tidak
sedikitpun mempertimbangkan seluruh dalil-dalil memori banding dari pemohon kasasi pembanding terdakwa. Pemohon kasasi pembanding terdakwa sangat
keberatan atas Putusan Pengadilan Tinggi Medan yang menguatkan seluruh pertimbangan hukum Putusan Pengadilan Negeri Medan dan sekaligus juga
menjatuhkan putusan yang persis sama. Seharusnya Pengadilan Tinggi Medan wajib mempertimbangkan alasan-alasan dari banding pemohon kasasi pembanding
terdakwa tentang ketidakabsahan pemeriksaan perkara No. 2417Pid.B2008PN-Mdn sebagai akibat dari telah menyalahi peraturan perundang-undangan dalam hal ini
pengabaian Pasal 56 ayat 1 KUHAP yang bersifat imperatif. Kenyataannya Pengadilan Tinggi Medan tidak saja mengabaikan dan menyampingkan alasan-alasan
banding pemohon kasasi pembanding terdakwa, malahan Pengadilan Tinggi Medan secara penuh mengambil alih seluruh pertimbangan Pengadilan Negeri Medan tanpa
sedikitpun mempertimbangkan memori banding pemohon kasasi pembanding terdakwa sehingga telah menyalahi prosedur pemeriksaan yang berlaku menurut
hukum yang mewajibkan mempertimbangkan seluruh dalil-dalil alasan-alasan dari pemohon kasasi pembanding terdakwa, sehingga ini menjadikan Putusan
Universitas Sumatera utara
Pengadilan Tinggi Medan dapat dikwalifikasi sebagai putusan yang pertimbangannya kurang lengkap dan kurang sempurna onvoeldende gemotiveerd.
3 Tentang Pertimbangan Hukum Dalam Putusan Pengadilan Negeri Medan No. 2417Pid.B2008PN-Mdn Bertentangan Dengan Fakta Hukum Yang
Terungkap Dalam Persidangan.
Pokok pertimbangan hukum Majelis Hakim dalam memutus perkara a quo sebagaimana ternyata pada pertimbangan hukum pada halaman 19 alinea ketiga
Putusan Pengadian Negeri Medan No. 2417Pid.B2008PN-Mdn tanggal 18 Desember 2008 yaitu:
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta hukum yang terungkap di persidangan baik dari keterangan saksi-saksi, dihubungkan dengan keterangan
terdakwa, serta visum et repertum sebagai bukti surat yang terlampir dalam berkas perkara, maka Majelis akan memilih mempertimbangkan dakwaan
kesatu dari dakwaan Jaksa Penuntut Umum yaitu melanggar Pasal 81 ayat 2 UU RI No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.
Putusan majelis hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini semata-
mata hanya mempertimbangkan tentang “membujuk anak untuk melakukan persetubuhan” sebagaimana yang telah menjadi salah satu unsur Pasal 81 ayat 2
Undang-Undang Perlindungan Anak, tetapi tidak tidak cukup mempertimbangkan sebab-sebab causalitas kenapa terdakwa dan saksi korban sampai melakukan
hubungan layaknya suami isteri dan seolah menutup mata terhadap realitas sosial dewasa ini dan telah menafsirkan Pasal 81 ayat 2 dimaksud secara sangat kaku.
Berdasarkan keterangan saksi korban sebagaimana terurai dalam putusan No. 2417Pid.B2008PN-Mdn halaman 13 sd 15 secara nyata bahwa saksi korban
sendirilah yang kerap menjumpai terdakwa di rumah terdakwa dan bahkan saksi
Universitas Sumatera utara
korban mendatangi terdakwa ditempat kerjanya di Hotel Sanggam Ambarita Samosir sehingga dengan kenyataan ini seharusnya kesalahan ini tidaklah semata kesalahan
pemohon kasasi terdakwa tetapi juga kesalahan ini haruslah dibagi secara sama antara saksi korban dengan pemohon kasasi sebagaimana adagium hukum “volle
schuld gedelde schuld gedelde schade”- apabila kedua belah pihak c.q terdakwa dan saksi korban sama-sama salah maka harus sama menanggung salah dan rugi, tetapi
fakta-fakta ini sama sekali tidak pernah dipertimbangkan oleh judex factie. Fakta tentang sebelum melakukan hubungan layaknya suami isteri dimana
terdakwa merayu saksi korban adalah suatu alasan yang sesungguhnya manusiawi dan sangat klasik dan hal ini dilakukan oleh siapapun bahkan oleh suami terhadap
isterinya. Hal terpenting sesungguhnya adalah saksi korban sendiri secara biologis telah dapat membedakan mana bujukan yang bersifat menipu dan atau mana bujuk
rayu dari seorang terdakwa yang sebenarnya masih sebaya dengan saksi korban dan lagi pacar saksi korban sendiri. Saksi korban masih berusia 17 tujuh belas tahun
adalah realitas Undang-Undang Perlindungan Anak sebagai kategori “anak” tetapi usia 17 tujuh belas tahun sebagai realitas sosial adalah hal yang sangat berbeda,
dimana lazimnya usia 17 tujuh belas tahun yang berakal sehat untuk dibujuk melakukan hubungan seksual dengan dasar hubungan asmara remaja dan saling suka
sama suka dan lagi berulang kali sulit untuk dipahami apabila ini semata-mata secara kaku ditinjau dari Pasal 81 ayat 2 dimaksud.
Universitas Sumatera utara
Keterangan saksi AP ayah saksi korban pada halaman 16 alinea terakhir dalam putusan No. 2417Pid.B2008PN-Mdn bertentangan dengan keterangan
terdakwa, karena faktanya pihak terdakwa telah mencoba untuk berdamai dan bertanggungjawab untuk menikahi saksi korban, tetapi pihak saksi korban dalam hal
ini diwakili oleh saksi AP dan ibu saksi korban mengabaikannya dengan alasan yang sangat rasial yaitu dikarenakan pemohon kasasi terdakwa seorang yang bersuku
Nias. Uraian di atas bukanlah bermaksud untuk menafikan kesalahan terdakwa
tetapi juga majelis hakim Pengadilan Negeri Medan yang memeriksa dan memutus perkara ini sangat tidak mempertimbangkan keadilan sosial social justice tetapi
semata-mata hanya dari sudut keadilan hukum legal justice yang sangat kaku hingga menimbulkan putusan hukum yang sangat mencederai keadilan secara
mencolok dengan menjatuhkan pidana 12 tahun penjara bahkan sangat jauh dari upaya edukatif, korektif, preventif dan represif terhadap masyarakat luas. Berdasarkan
seluruh fakta-fakta yuridis dan dalil-dalil yang dikemukakan oleh terdakwa, jelas dan nyata Putusan Pengadilan Negeri Medan No. 2417Pid.B2008PN-Mdn tanggal 18
Desember 2008 juncto Putusan Pengadilan Tinggi Medan No. 38Pid2009PT-Mdn tanggal 05 Februari 2009, telah diperbuat dengan kurang cukup pertimbangan dan
bahkan menyalahi proses persidangan sebagaimana ditentukan oleh hukum acara pidana yang berlaku, sehingga putusan tersebut harus dibatalkan setidaknya diperiksa
ulang kembali.
Universitas Sumatera utara
Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, terdakwa akhirnya meminta kepada Majelis Hakim Agung yang memeriksa dan mengadili perkara ini dalam
tingkat kasasi agar memutuskan dengan amarnya yang berbunyi sebagai berikut:
273
1 Menerima permohonan kasasi dari pemohon kasasi BHZ.
2 Memperbaiki Putusan Pengadilan Tinggi Medan No. 38Pid2009PT-
Mdn tanggal 05 Februari 2009 jo Putusan Pengadilan Negeri Medan No. 2417Pid.B2008PN-Mdn tanggal 18 Desember 2008 dan mengadili
sendiri.
3 Menjatuhkan putusan yang seringan-ringannya kepada pemohon kasasi
BHZ. 4
Membebankan biaya perkara kepada negara.
B. Kontra Memori Kasasi Penuntut Umum