Persetubuhan Dengan Paksaan Dalam KUHP

sudah berumur 21 tahun atau belum berumur 21 tahun, tetapi sudah kawin atau pernah kawin. 155

2. Persetubuhan Dengan Paksaan Dalam KUHP

Persetubuhan dengan paksaan umumnya lebih dikenal dengan istilah pemerkosaan. Organisasi Kesehatan Dunia mengartikan pemerkosaan sebagai penetrasi vagina atau anus dengan menggunakan penis, anggota-anggota tubuh lain atau suatu benda-bahkan jika dangkal-dengan cara pemaksaan baik fisik atau non- fisik.” 156 Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan pemerkosaan sebagai suatu proses atau cara perbuatan memerkosa, sedangkan perkosa atau memerkosa berarti menundukkan dengan kekerasan atau memaksa dengan kekerasan. 157 Tindak pidana pemerkosaan verkrachting diatur secara spesifik dalam Pasal 285 KUHP yang berbunyi “Barang siapa dengan kekerasan atau dengan ancaman akan memakai kekerasan memaksa seorang wanita mengadakan hubungan kelamin 158 155 Ibid, hlm. 216. di luar pernikahan dengan dirinya, karena bersalah melakukan perkosaan dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya dua belas tahun”. Jika pemerkosan itu mengakibatkan korbannya mati maka pelaku diancam hukuman penjara selama- lamanya lima belas tahun Pasal 291 ayat 2 KUHP. 156 http:id.wikipedia.orgwikiPemerkosaan, diakses tanggal 01-03-2013. 157 Departemen Pendidikan Nasional, Op.Cit, hlm. 1059. 158 Formulasi Pasal-Pasal KUHP tentang kejahatan kesusilaan dalam tulisan ini umumnya dikutip dari buku P.A.F. Lamintang dan Theo Lamintang, Op.Cit. Istilah “hubungan kelamin” disini dalam buku R. Soesilo, Op.Cit dan R. Soenarto Soerodibroto, Op.Cit, menggunakan istilah “bersetubuh”, sehingga dalam tulisan ini kata ini semakna dan saling dapat dipertukarkan. Universitas Sumatera utara Merujuk ketentuan Pasal 285 KUHP di atas dapat diambil beberapa syarat penting yang harus terpenuhi agar dapat dikatakan sebagai pemerkosaan yaitu : a Adanya hubungan kelamin di luar perkawinan. Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 159 Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau miitsaaqan gholitdhan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah. 160 Van Vemmellen dan Van Hattum berpendapat bahwa untuk adanya suatu perbuatan hubungan kelamin tidak disyaratkan telah terjadinya suatu ejaculatio seminis, melainkan cukup jika orang telah memasukkan penisnya 161 kedalam vagina 162 seorang wanita. 163 159 Pasal 1 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. 160 Pasal 2 Kompilasi Hukum Islam. Arrest tanggal 5 Februari 1912 W. 9292 Hoge Raad 161 Penis dari bahasa Latin yang artinya ekor, akar katanya sama dengan phallus, yang memiliki arti sama adalah alat kelamin jantan. Penis merupakan organ eksternal, karena berada di luar ruang tubuh. Pemakaian istilah penis praktis selalu dalam konteks biologi atau kedokteran. Istilah falus dari phallus dipakai dalam konteks budaya, khususnya mengenai penggambaran penis yang menegang ereksi. Lingga atau lingam adalah salah satu penggambaran falus. Literatur keagamaan Islam, lebih sering memakai kata zakar. Banyak masyarakat menganggap organ ini tabu untuk dibicarakan secara terbuka, berbagai eufemisme penghalusan kata atau makna dipakai untuk menyatakannya, seperti burung, pisang, dick, atau cock bahasa Inggris. Fungsi penis secara biologi adalah sebagai alat pembuangan organ ekskresi sisa metabolisme berwujud cairan urinasi dan sebagai alat bantu reproduksi. Penis sejati dimiliki oleh mamalia dan menjadi penciri utama jenis kelamin jantan. Lihat http:id.wikipedia.orgwikiPenis. Diakses Tanggal 1-03-2013. Penis merupakan organ kelamin luar yang penting untuk kopulasi. Kopulasi adalah hubungan kelamin antara laki-laki dan wanita bertujuan memindahkan sel sperma ke saluran kelamin wanita. Lihat Yanti, Buku Ajar: Kesehatan Reproduksi, Yogyakarta: Pustaka Rihama, 2011, hlm. 39. 162 Vagina kata Latin yang makna literalnya pelindung atau selongsong adalah saluran berbentuk tabung yang menghubungkan uterus rahim ke bagian luar tubuh pada mamalia dan marsupilia betina, atau ke kloaka pada burung betina, monotrem, dan beberapa jenis reptil. Ukuran vagina bermacam-macam pada wanita, namun ukuran panjangnya berkisar 6 sampai 7,5 cm 2,5 - 3 inchi meliputi dinding anterior, dan 9 cm 3,5 inchi untuk panjang yang meliputi dinding posterior. Universitas Sumatera utara memutuskan bahwa suatu persinggungan di luar antara alat-alat kelamin pria dan wanita bukan merupakan persatuan antara alat-alat kelamin yang diperlukan dalam suatu perkosaan. 164 Kiranya cukup jelas tulis P.A.F. Lamintang dan Theo Lamintang 165 bahwa yang tidak dikehendaki oleh ketentuan Pasal 285 KUHP adalah timbulnya akibat berupa dimasukkannya penis pelaku ke dalam vagina korban, sehingga pasal ini dapat dikatakan sebagai delik materil. 166 Merujuk pendapat di atas, maka penggunaan sarana alat berupa alat-alat seks sex toys yang mungkin dimasukkan oleh seorang laki-laki ke dalam vagina wanita walau diluar perkawinan dan dengan paksaan tidak dapat disebut pemerkosaan. Penetrasi 167 Adanya syarat ini menjadikan hubungan kelamin dalam perkawinan tidak akan pernah masuk kategori pemerkosaan meskipun dilakukan dengan paksaan. penis terhadap vagina harus benar-benar terjadi jika masih diluar vagina maka tidak dapat disebut pemerkosaan tetapi termasuk percobaan pemerkosaan. Bagian yang sudah termasuk bagian dalam vagina ialah jika telah menyentuh labia minora bibir dalam vagina. Disaat rangsangan seksual, ukuran panjang dan lebar vagina akan meningkat. Keelastisan vagina dapat membantu proses dalam hubungan seksual, dan selain itu membantu saat proses kelahiran. Lihat http:id.wikipedia.orgwikiVagina. Diakses tanggal 1-03-2013. Vagina berfungsi mengeluarkan ekskresi uterus rahim pada haid, untuk jalan lahir dan untuk kopulasi persetubuhan. Lihat, Yanti, Op.Cit, hlm. 34. 163 P.A.F. Lamintang dan Theo Lamintang, Op.Cit, hlm. 102. 164 Ibid. 165 Ibid. 166 Delik berarti tindak pidana, merupakan perbuatan melakukan sesuatu, tidak melakukan sesuatu, dan menimbulkan akibat, yang dilarang oleh undang-undang. Lihat Chairul Huda, Op.Cit, hlm. 29-30. Delik materil adalah delik yang dianggap telah selesai jika akibat yang dilarang telah terjadi. Sedangkan delik formil adalah delik yang dianggap telah selesai jika tindakan yang dilarang dalam rumusan undang-undang telah terpenuhi. Lihat E.Y. Kanter dan S.R. Sianturi, Op.Cit, hlm. 237. 167 Istilah penetrasi digunakan untuk menggambarkan kondisi di mana alat kelamin pria dimasukkan ke dalam vagina. Universitas Sumatera utara Setelah berlakunya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan maka perkawinan yang dimaksud disini haruslah merujuk ketentuan undang-undang itu khususnya ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan yang menegaskan bahwa “Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayannya itu”. b Harus dilakukan terhadap wanita. R. Soesilo menyatakan bahwa pembuat undang-undang ternyata menganggap tidak perlu untuk menentukan hukuman bagi perempuan yang memaksa untuk bersetubuh, bukanlah semata-mata kondisi ini dianggap tidak mungkin tetapi karena perbuatan itu bagi laki-laki dipandang tidak berakibat buruk atau merugikan, justeru perempuan ada bahaya untuk melahirkan anak karena itu. 168 Ketentuan ini mensyaratkan bahwa objek pemerkosaan itu haruslah seorang wanita. KUHP menyebutkan adanya berbagai wanita, yaitu wanita yang belum mencapai usia dua belas tahun pasal 287 ayat 2 KUHP, wanita yang belum mencapai usia lima belas tahun Pasal 287 ayat 1 dan Pasal 290 angka 3 KUHP, wanita yang belum dapat dinikahi Pasal 288 ayat 1 KUHP dan wanita pada umumnya. Adapun yang dimaksudkan dalam Pasal 285 KUHP ialah wanita pada umumnya. 169 Adanya syarat ini, menutup kemungkinan laki-laki dapat dianggap sebagai korban pemerkosaan. Hal ini logis mengingat bukankah mustahil akan berhasil 168 R. Soesilo, Op.Cit, hlm. 210. 169 P.A.F. Lamintang dan Theo Lamintang, Op.Cit, hlm. 101. Universitas Sumatera utara terpenuhi penetrasi sehingga juga tidak mungkin terjadi persetubuhan jika kondisi laki-laki sedang dalam keadaan terancam atau sedang tidak mood atau psikologisnya sedang terancam? c Adanya kekerasan atau ancaman kekerasan untuk memaksa. Penjelasan yang sangat tepat terhadap maksud kekerasan atau ancaman kekerasan tidak dijumpai dalam undang-undang baik dalam yurisprudensi. Simon menyatakan yang dimaksud dengan kekerasan adalah setiap penggunaan tenaga badan yang tidak terlalu ringan. 170 Menurut R. Soesilo 171 melakukan kekerasan artinya mempergunakan tenaga atau kekuatan jasmani yang tidak kecil secara tidak sah misalnya memukul dengan tangan atau dengan segala macam senjata, menyepak, menendang dan sebagainya. Andi Hamzah 172 Menurut Hoge Raad dalam arrest tanggal 5 Januari 1914, NJ 1914 halaman 397, W. 9604 dan tanggal 18 Oktober 1915, NJ 1915 halaman 1116, mengenai ancaman kekerasan disyaratkan yakni: mendefinisikan ancaman sebagai tekanan yang ditujukan terhadap kejiwaan psikis orang. Menurut ketentuan Pasal 89 KUHP ditegaskan bahwa “Yang disamakan dengan melakukan kekerasan itu membuat orang jadi pingsan atau tidak berdaya”. 173 a. Bahwa ancaman itu harus diucapkan dalam suatu keadaan yang demikian rupa, sehingga dapat menimbulkan kesan pada orang yang diancam, 170 Ibid, hlm. 98. 171 R. Soesilo, Op.Cit, hlm. 98. 172 Andi Hamzah II, Op.Cit, hlm. 10. 173 P.A.F. Lamintang dan Theo Lamintang, Op.Cit, hlm. 99. Universitas Sumatera utara bahwa yang diancam itu benar-benar akan dapat merugikan kebebasan pribadinya; b. Bahwa maksud pelaku memang telah ditujukan untuk menimbulkan kesan seperti itu. Wujud adanya ancaman kekerasan ini haruslah ditafsirkan secara kasuistis dengan mempertimbangkan tingkat kematangan kejiwaan dan kognisi kecerdasan korban yang diancam, sehingga dengan membandingkan dengan orang yang rata-rata sama kematangan jiwa dan kognisinya dengan korban misalnya, ditemukan kesamaan penilaian terhadap ancaman kekerasan, maka ancaman kekerasan ini haruslah dianggap telah terjadi. Menurut ketentuan pasal ini, unsur kekerasan dengan unsur ancaman kekerasan bersifat alternatif, dalam pengertian tidaklah harus kekerasan itu telah nyata-nyata terjadi cukup jika telah terbukti adanya ancaman kekerasan yang dapat menimbulkan kesan merugikan atau membahayakan bagi yang diancam, sehingga pada akhirnya kesan merugikan atau membahayakan ini logis karena disertai pula dengan perbuatan pelaku berupa memaksa korban untuk melakukan persetubuhan. d Dengan dirinya sendiri. Yang dimaksud dengan kata-kata “dengan dirinya” adalah diri orang yang dengan kekerasan atau dengan ancaman kekerasan telah memaksa korban untuk mengadakan hubungan kelamin di luar perkawinan. 174 174 P.A.F. Lamintang dan Theo Lamintang, Op.Cit, hlm. 105. Itu berarti jika seorang laki- laki memaksa seorang wanita untuk melakukan hubungan kelamin diluar perkawinan Universitas Sumatera utara dengan orang selain dirinya sendiri bukan termasuk pemerkosaan tetapi masuk kategori membantu terjadinya pemerkosaan. Berdasarkan syarat-syarat pada huruf a, b, c dan d di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pemerkosaan hanya dapat terjadi jika pelakunya adalah seorang laki-laki karena objeknya perempuan, yang berakibat terjadinya penetrasi penis kedalam vagina diluar perkawinan yang sah untuk dirinya sendiri, penetrasi itu terjadi karena pemaksaan akibat kekerasan atau ancaman kekerasan.

3. Persetubuhan Tanpa Paksaan Dalam KUHP

Dokumen yang terkait

Perlindungan Hukum Terhadap Perjanjian Keagenen (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 2363 K/Pdt/2011)

2 82 81

Analisis Yuridis Terhadap Putusan Mahkamah Agung No. 981K/PDT/2009 Tentang Pembatalan Sertipikat Hak Pakai Pemerintah Kota Medan No. 765

4 80 178

Analisis Putusan Mahkamah Agung Mengenai Putusan yang Dijatuhkan Diluar Pasal yang Didakwakan dalam Perkaran Tindak Pidana Narkotika Kajian Terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor 238 K/Pid.Sus/2012 dan Putusan Mahkamah Agung Nomor 2497 K/Pid.Sus/2011)

18 146 155

Efektivitas Penerapan Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 179/K/SIP/1961 Di Dalam Persamaan Hak Mewaris Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan Pada Masyarakat Suku Batak Toba Perkotaan (Studi Di Kecamatan Medan Baru)

2 68 122

Eksekusi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 609 K/Pdt/2010 Dalam Perkara Perdata Sengketa Tanah Hak Guna Bangunan Dilaksanakan Berdasarkan Penetapan Ketua Pengadilan Negeri

3 78 117

Analisis Hukum Terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi Tentang Calon Independen Di Dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

0 68 130

Sikap Masyarakat Batak-Karo Terhadap Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia (MA-RI) No.179/K/SIP/1961 Dalam Persamaan Kedudukan Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan Mengenai Hukum Waris (Studi Pada Masyarakat Batak Karo Desa Lingga Kecamatan Simpang...

1 34 150

BAB II PENGATURAN TENTANG TINDAK PIDANA PERSETUBUHAN TERHADAP ANAK MENURUT HUKUM PIDANA DI INDONESIA - Penegakan Hukum Pidana Terhadap Pelaku Persetubuhan pada Anak (Analisis Terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor : 1202 K/PID.SUS/2009)

0 0 35

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Penegakan Hukum Pidana Terhadap Pelaku Persetubuhan pada Anak (Analisis Terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor : 1202 K/PID.SUS/2009)

0 0 46

Penegakan Hukum Pidana Terhadap Pelaku Persetubuhan pada Anak (Analisis Terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor : 1202 K/PID.SUS/2009)

0 0 17