disebabkan satu atau beberapa faktor yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam mempertahankan tekanan darah secara normal Hayens, Leenen,
Soetrisno, 2003; Dekker, 1996. Hipertensi memiliki dua tipe yaitu hipertensi esensial atau primer dan
hipertensi sekunder. Hipertensi esensial atau primer terdiri atas hipertensi jinak dimana terdapat suatu peningkatan progresif lambat dari tekanan darah selama
periode bertahun-tahun dan hipertensi maligna yang merupakan bentuk hipertensi yang lebih progresif, dimana sering dicapai tingkat tekanan darah yang sangat
tinggi. Hipertensi sekunder merupakan hipertensi sebagai akibat sekunder penyakit yang sudah ada sebelumnya seperti penyakit renal, darah, endokrin,
serebral, dan kardiovaskular Thomson Cotton, 1997.
3.2. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi hipertensi dilihat berdasarkan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik dalam satuan mmHg dibagi menjadi beberapa stadium.
Tabel 1. Klasifikasi derajat tekanan darah menurut The Sixth Report of The Joint National Commitee on Detection 1997
Kategori Tekanan Darah Sistolik
mmHg Tekanan Darah Diastolik
mmHg Optimal
120 80
Normal 130
85 Normal Tinggi
130-139 85-89
Hipertensi Stadium 1
140-159 90-99
Stadium 2 160-179
100-109 Stadium 3
180
110 Dikutip dari The Sixth Report of The Joint National Commitee on Detection, Evaluation
and Treatment of High Blood Pressure, Arch intern Med
1997 dalam Dunitz, 2001
Universitas Sumatera Utara
Bila tekanan sistolik dan diastolik turun ke kategori berbeda, kategori yang lebih tinggi harus diseleksi untuk mengklasifikasi status tekanan darah
individual Dunitz, 2001.
3.3. Respon Penderita Hipertensi
Tekanan darah bervariasi sepanjang hari. Meningkat pada saat berolahraga dan mengalami stres atau gangguan mental. Sebaliknya tekanan
darah akan menurun bila tubuh sedang dalam kondisi istirahat atau tidur Hayens, Leenen, Soetrisno, 2003.
Tekanan darah tinggi hipertensi adalah salah satu penyakit yang benyak diderita orang tanpa mereka sendiri mengetahuinya Dekker, 1996.
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala sampai bertahun-tahun. Gejala, bila ada, biasanya menunjukkan adanya kerusakan
vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah yang bersangkutan Brunner Suddarth, 2001.
Penyakit arteri koroner dengan angina adalah gejala yang paling menyertai hipertensi. Hipertrofi ventrikel kiri terjadi sebagai respons peningkatan
beban kerja ventrikel saat dipaksa berkontraksi melawan tekanan sistemik yang meningkat. Apabila jantung tidak mampu lagi menahan peningkatan beban kerja,
maka dapat terjadi gagal jantung kiri. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia peningkatan urinasi pada malam hari dan
azotemia peningkatan urinasi pada darah [BUN] dan kretinin. Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien
yang termanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu sisi hemigplegia atau
Universitas Sumatera Utara
gangguan tajam penglihatan. Pada penderita stroke, dan pada penderita hipertensi disertai serangan iskemia Brunner Suddarth, 2001.
Olahraga dapat mengurangi risiko terkena hipertensi atau reaksi abnormal lainnya bila seseorang telah menderita hipertensi. Untuk menyelidiki
apakah latihan fisik dapat memberi nilai dalam pengobatan hipertensi, sekelompok pasien hipertensi yang sebelumnya tidak aktif, diharuskan menjalani
program latihan dan setelah itu efeknya terhadap tekanan darah diperiksa. Hasilnya, latihan dinamik secara regular dapat mengurangi tekanan darah senilai
10 mmHg Hayens, Leenen, Soetrisno, 2003.
3.4. Bahaya Penderita Hipertensi