8. Analisis Data
Setelah dilakukan pengumpulan data maka dilakukan analisis data. Data yang diperoleh dari setiap responden berupa data demografi yang
merupakan hasil wawancara peneliti kepada penderita hipertensi dan hasil pengukuran tekanan darah sebelum dilakukan intervensi olahraga pernafasan
Satria Nusantara dan sesudah dilakukan olahraga pernafasan Satria Nusantara pada setiap latihan yaitu selama 120 menit sesi tiga kali dalam seminggu dalam
waktu 4 minggu . Selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan statistik deskriptif dan
inferensial. Statistik deskriptif digunakan untuk menyajikan data-data demografi dan tekanan darah pre dan post dalam bentuk tabel. Sedangkan statistik
inferensial digunakan untuk menganalisis perbedaan tekanan darah antara pre dan post olahraga pernafasan Satria Nusantara. Uji normalitas data dilakukan dengan
Shapiro-wilk. Apabila data yang diperoleh berdistribusi normal maka akan dilakukan uji paired t-test sedangkan uji Wilcoxon akan dilakukan apabila data
tidak berdistribusi normal Nursalam, 2008. Setelah dilakukan uji normalitas dengan Shapiro-wilk, ternyata data
tidak berdistribusi normal pada sistolik maupun diastolik. Oleh karena itu, digunakan uji Wilcoxon pada sistolik dan diastolik p0.05.
Menurut Harsono 2001 dari uji tersebut akan diperoleh nilai p, yaitu nilai yang menyatakan besarnya peluang hasil penelitian. Kesimpulan hasilnya
diinterpretasikan dengan membandingkan nilai p dan nilai alpha α = 0.05. Bila
nilai p α, maka keputusannya adalah Ha gagal ditolak sedangkan bila nilai p
α, maka keputusannya adalah Ha ditolak.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini diuraikan hasil penelitian serta pembahasan mengenai efektivitas olahraga pernapasan Satria Nusantara terhadap penurunan tekanan
darah pada penderita hipertensi di Lembaga Seni Pernapasan Satria Nusantara Cabang Medan.
1. Hasil Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan mulai tanggal 27 Pebruari 2011 sampai 27 Maret 2011. Penelitian ini melibatkan 12 orang responden yang
merupakan anggota baru di Lembaga Seni Pernafasan Satria Nusantara Cabang Medan dimana responden mengikuti latihan olahraga pernafasan Satria Nusantara
selama 120 menit sesi setiap 3 kali minggu dalam waktu 1 bulan. Hasil penelitian ini memaparkan karakteristik demografi responden,
tekanan darah responden pre dan post olahraga pernafasan Satria Nusantara, dan perbedaan tekanan darah pre dan post olahraga pernafasan Satria Nusantara.
1.1 Karakteristik Demografi Responden
Responden penelitian ini adalah anggota baru di Lembaga Seni Pernafasan Satria Nusantara Cabang Medan yang merupakan penderita hipertensi
ringan dan sedang yang telah didiagnosa oleh dokter. Lebih dari tiga per empat dari jumlah responden berada pada rentang usia dewasa tengah yaitu 40-64 tahun
Mean=52.42, SD=10.184. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah responden laki-laki sama dengan
perempuan 50, n=6. Kebanyakan Indeks Massa Tubuh IMT responden
Universitas Sumatera Utara
dalam penelitian ini berada pada rentang normal yaitu 18.5-24.9 Mean=58.50, SD=7.330.
Dan lain-lain adalah pilihan terbanyak sebagai jenis pekerjaan atau aktivitas keseluruhan dari responden masing-masing 66,7, n=8. Menurut
kategori suku responden pada kelompok intervensi mayoritas adalah suku Jawa, Mandailing, Minang 25, n=3. Karakteristik demografi responden dapat dilihat
pada tabel 2. Tabel 2. Karakteristik Demografi Responden
Karakteristik Data Demografi Responden
Frekuensi n Persentase
Usia tahun Dewasa muda 21-39
Dewasa tengah 40-64 Dewasa akhir 64
1 10
1 8.3
83.3 8.3
Mean =52.42, SD = 10.184, min – max = 29 - 65
Jenis Kelamin Perempuan
Laki-laki 6
6 50.0
50.0 Indeks Massa Tubuh IMT kgm
2
Underwieght 18.5 Normal 18.5-24.9
Overweight 25.0-29.9 Obesitas I 30.0-34.5
Obesitas II 35.0-39.9 Obesitas III 40.0
1 7
4 8.3
58.3 33.3
0.0 0.0
0.0
Mean =58.50, SD =7.330, min - max = 48 - 72
Pekerjaan Dan lain-lain
PNS Karyawan
Pedagang Ibu Rumah Tangga
8 1
1 1
1 66.7
8.3 8.3
8.3 8.3
Suku Jawa
Mandailing Minang
Batak Melayu
3 3
3 2
1 25.0
25.0 25.0
16.7 8.3
Universitas Sumatera Utara
1.2 Tekanan Darah Responden Pre dan Post Olahraga Pernafasan Satria Nusantara
Tekanan darah responden diukur pada arteri brakhialis dengan menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop. Tekanan darah sistolik dan
diastolik yang diukur dikelompokkan berdasarkan klasifikasi tekanan darah dimana hipertensi ringan berarti tekanan sistolik 140-159 mmHg dan tekanan
diastolik 90-99 mmHg, dan hipertensi sedang berarti tekanan sistolik 160-179 mmHg dan tekanan diastolik 100-109 mmHg Brunner Suddarth, 2001.
Kemudian hasil pengukuran tekanan darah dicatat dalam lembar observasi tekanan darah pre dan post dengan satuan mmHg.
Dari hasil pengukuran tekanan darah yang dicatat dalam lembar observasi diketahui hasil tekanan darah responden pre olahraga pernafasan Satria
Nusantara dimana penderita hipertensi ringan 83.3 n= 10 dan selebihnya adalah hipertensi sedang 16.7 n= 2 untuk sistolik, sedangkan untuk diastolik
penderita hipertensi ringan 8.3 n=1, penderita hipertensi sedang 66.7 n=8, dan penderita hipertensi berat 25 n=3. Setelah dilakukan olahraga pernafasan
Satria Nusantara, tekanan darah post olahraga pernafasan Satria Nusantara diukur kembali 10 menit kemudian dan diperoleh data dimana setengah dari responden
mengalami penurunan tekanan darah ke klasifikasi normal tinggi dan hipertensi ringan 50, n=6 untuk sistolik. Sedangkan untuk diastolik, normal tinggi 25
n=3, hipertensi ringan 58.3 n=7, dan hipertensi sedang 16.7 n=2. Hal ini dapat dilihat pada lampiran 7.
Dari hasil pengukuran di atas maka dapat diketahui gambaran nilai rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik responden pre dan post olahraga
Universitas Sumatera Utara
pernafasan Satria Nusantara. Rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik pre- post olahraga pernafasan Satria Nusantara cenderung mengalami penurunan.
Tekanan darah responden pre dan post olahraga pernafasan Satria Nusantara dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Tekanan Darah Responden Pre dan Post Olahraga Pernafasan Satria Nusantara
Pengukuran Pre Satria Nusantara
Post Satria Nusantara Mean
SD Range
Mean SD
Range Sistolik
147.50 7.538
140-160 135.00
5.222 130-140
Diastolik 101.67
5.774 90-110
89.17 6.686
80-100
1.3 Perbedaan Tekanan Darah Pre dan Post Olahraga Pernafasan Satria Nusantara
Setelah dilakukan uji normalitas data dengan Shapiro-Wilk diperoleh bahwa tekanan darah sistolik dan diastolik tidak terdistribusi normal p0.05.
Maka untuk mengetahui perbedaan tekanan darah sistolik dan diastolik pre dan post olahraga pernafasan Satria Nusantara digunakan uji Wilcoxon untuk sistolik
dan diastolik. Hasil uji normalitas data sistolik dan diastolik dapat dilihat pada lampiran 8.
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan Ha gagal ditolak yaitu terdapat perbedaan tekanan darah antara pre dan post olahraga pernafasan
Satria Nusantara. Melalui uji Wilcoxon, diperoleh nilai p=0.001 p0.05 dengan mean difference=12.50 untuk sistolik dan p=0.002 p0.05 dengan mean
difference=12.50 untuk diastolik. Data ini menunjukkan bahwa terdapat penurunan tekanan darah sistolik diastolik yang signifikan antara sebelum
dilakukan olahraga pernafasan Satria Nusantara dengan sesudah dilakukan
Universitas Sumatera Utara
olahraga pernafasan Satria Nusantara. Perbedaan tekanan darah sistolik dan diastolik pre dan post olahraga pernafasan Satria Nusantara dapat dilihat pada
tabel 4 Tabel 4. Perbedaan Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Pre dan Post Olahraga
Pernafasan Satria Nusantara
Tekanan Darah Mean
Pre Mean
Post Mean Difference
Sig. Sistolik
147.50 135.00
12.50 0.001
Diastolik 101.67
89.17 12.50
0.002
2. Pembahasan
Dari hasil penelitian, peneliti membahas masalah penelitian mengenai bagaimana keefektifan olahraga pernafasan Satria Nusantara terhadap penurunan
tekanan darah pada penderita hipertensi.
2.1 Karakteristik Demografi Responden
Usia responden dalam penelitian ini berada pada rentang usia 25-60 tahun dimana lebih dari tiga per empat responden berada pada rentang usia
dewasa tengah yaitu 40-64 tahun 83.3, n=10 dan memiliki nilai Mean=52.42, SD=10.184, dan min-max= 29-65 Tabel 2.
Hal ini menunjukkan bahwa angka kejadian hipertensi banyak terjadi pada rentang usia seperti pada data demografi responden. Sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Kuswardhani 2006 yang mengatakan bahwa penebalan dinding aorta dan pembuluh darah besar meningkat dan elastisitas
pembuluh darah menurun sesuai umur. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian Armilawaty, Amalia, Amiruddin 2007 yang mengatakan bahwa
hipertensi umumnya berkembang pada saat umur seseorang mencapai paruh baya
Universitas Sumatera Utara
yaitu cenderung meningkat khususnya yang berusia lebih dari 40 tahun bahkan
pada usia 60 tahun ke atas. Hayens, Leenen, Soetrisno, 2003 juga
mengatakan bahwa tekanan darah akan semakin meningkat dengan bertambahnya usia.
Berdasarkan jenis kelamin dari seluruh responden pada penelitian ini, jumlah responden laki-laki sama dengan perempuan 50 n=6 Tabel 2.
Berdasarkan hasil penelitian Undari 2006 bahwa laki-laki memiliki resiko empat kali lipat menderita hipertensi dibanding perempuan. Namun berdasarkan
Padmawinata 2001 tidak terdapat bukti nyata tentang perbedaan tekanan darah antara pria dan wanita. Tetapi pada masa remaja, pria cenderung menunjukkan
rata-rata yang lebih tinggi dan perbedaan ini lebih jelas pada orang dewasa muda dan orang setengah baya. Pada usia tua, perbedaan itu menyempit dan polanya
bahkan dapat berbalik. Berdasarkan WHO 1998, klasifikasi rentang Indeks Massa Tubuh IMT dibagi atas enam kelas, yang diperoleh dari Berat Badan
kg dibagi Tinggi Badan m
2
, maka lebih dari setengah responden memiliki IMT normal dan lebih dari sepertiga memiliki IMT lebih dari normal. Hal ini
kurang sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh Azwar 2004 bahwa kegemukan salah satu faktor resiko hipertensi. Palmer Williams 2007
mengatakan bahwa semakin tinggi tekanan berat badan semakin tinggi pula tekanan darah. Menurut Linder 2004 masih menjadi perdebatan kontroversi
tentang pengaruh faktor diet dan cara hidup terhadap terjadinya penyakit kardiovaskular.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Tekanan Darah Responden Pre dan Post Olahraga Pernafasan Satria Nusantara
Penelitian ini mendapatkan data awal dari pengukuran tekanan darah responden dimana untuk tekanan sistolik, responden lebih banyak berada pada
klasifikasi hipertensi ringan dan untuk tekanan diastolik, responden lebih banyak berada pada klasifikasi hipertensi sedang. Hal ini didukung oleh karakteristik
demografi responden dimana 83.3 responden berada pada usia dewasa tengah 40-64 tahun. Menurut Perry Potter 2005, tekanan darah dewasa meningkat
seiring dengan pertambahan usia. Prevalensi tekanan darah tinggi pada usia pertengahan adalah sekitar 20 dan meningkat lebih dari 50 pada usia di atas
60 tahun Palmer Williams, 2007. Berdasarkan Indeks Massa Tubuh IMT, 58.3 responden berada pada rentang normal sehingga tidak menjadi faktor
pemberat yang mempengaruhi tekanan darah responden. Berdasarkan suku, 25 responden merupakan suku Jawa, Mandailing, dan Minang. Hal ini terkait
dengan makanan yang dikonsumsi adalah makanan tinggi garam, lemak dan kolesterol Admin, 2007.
Hal ini sesuai dengan pendapat Armilawaty, Amalia, Amiruddin 2007 yang menyatakan bahwa kejadian hipertensi di Indonesia diperkirakan
sebanyak 15 juta kasus 17-21 dari populasi dengan prevalensi 68,4 termasuk hipertensi ringan, 28,1 hipertensi sedang, dan 3,5 hipertensi berat.
Setelah dilakukan olahraga pernafasan Satria Nusantara, terjadi penurunan tekanan darah pada responden. Hal ini dapat dilihat dari penurunan
nilai rata-rata tekanan sistolik dan diastolik dimana mean sebelum intervensi bernilai 147.50 mmHg turun menjadi 135.00 mmHg setelah intervensi untuk
Universitas Sumatera Utara
sistolik dan untuk diastolik, mean turun dari 101.67 sebelum intervensi menjadi 89.17 setelah intervensi Tabel 3 . Hal ini sesuai dengan pendapat Hayens,
Leenen, Soetrisno 2003 bahwa insiden hipertensi 20 hingga 40 lebih rendah pada mereka yang melakukan aktivitas olahraga sedikitnya 5 jam
perminggu daripada mereka yang kurang aktif. Latihan olahraga teratur pada penderita hipertensi dengan takaran yang tepat selama 3-5 kali seminggu dapat
menurunkan tekanan sistolik 8-10 mmHg dan diastolik 6-10 mmHg Radmarssy, 2007.
Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah harian responden, tidak terdapat batasan waktu untuk menentukan kapan tekanan darah responden stabil
yaitu tidak mengalami peningkatan atau penurunan tekanan darah. Hal ini terkait dengan kemampuan responden dalam melakukan olahraga pernafasan Satria
Nusantara terutama dalam olah nafas. Pernafasan dengan ritme teratur, pelan, dan dalam akan memberi pengaruh terhadap stabilitas fungsi saraf otonom dengan
semakin meningkatnya fungsi saraf parasimpatik yang berhubungan erat dengan anabolisme. Anabolisme yaitu metabolisme yang bersifat membangun, yang
mengarah kepada perbaikan-perbaikan terhadap kerusakan jaringan dan gangguan fungsional. Penghambatan fungsi sistem jantung-pembuluh darah yang
cenderung menyebabkan melambatnya denyut jantung dan melemasnya pembuluh darah, khususnya arterioale sehingga menyebabkan tekanan darah
menurun Maryanto, 2008.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Perbedaan Tekanan Darah Pre dan Post Olahraga Pernafasan Satria Nusantara
Pada penelitian ini dilakukan olahraga pernafasan Satria Nusantara dalam waktu 120 menit sesi setiap 3 kali minggu dalam waktu 1 bulan. Sebelum
dan sesudah intervensi dilakukan pengukuran tekanan darah dengan menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop yang kemudian hasilnya dicatat
dalam lembar observasi tekanan darah pre dan post intervensi. Dari hasil penelitian setelah dilakukan olahraga pernafasan Satria
Nusantara terdapat penurunan tekanan darah yang bermakna. Tekanan darah sistoliknya memiliki mean difference=12.50 dengan level of significancy= 0.001,
dan tekanan darah diastolik memiliki mean difference=12.50 dengan level of significancy= 0.002 Tabel 4. Hasil ini menunjukkan bahwa tekanan darah
kelompok intervensi pre dan post olahraga pernafasan Satria Nusantara memiliki perbedaan yang signifikan atau bermakna karena nilai significancy yang
diperoleh lebih kecil dari 0.05 p0.05 dan terdapat penurunan tekanan darah rata-rata sebelum dan setelah intervensi sebesar 12.50 mmHg untuk sistolik dan
diastolik. Hal ini sesuai dengan pendapat Radmarssy 2007 bahwa latihan olahraga teratur pada penderita hipertensi dengan takaran yang tepat selama 3-5
kali seminggu dapat menurunkan tekanan sistolik 8-10 mmHg dan diastolik 6-10 mmHg. Secara fisiologis senam pernapasan dengan menahan dan menekan napas
di bawah perut sambil bergerak menyebabkan keadaan hipoksik kekurangan oksigen pada paru, berlanjut ke darah dan berakhir pada seluruh sel jaringan
tubuh, terutama pada sel-sel otot yang aktif, sehingga akan melatih dan merangsang seluruh sel tubuh melalui mekanisme hipoksia agar tetap bertahan
Universitas Sumatera Utara
dalam menghadapi kemiskinan akan oksigen. Sel adalah satuan terkecil dari tubuh manusia. Secara biologis, kehidupan dan kesehatan manusia tergantung
pada kehidupan dan kesehatan sel. Tetap bertahan dalam kemiskinan oksigen, maka fungsi sel-sel menjadi semakin baik dalam keadaan oksigen normal. Dalam
latihan senam pernapasan, sel-sel itu dipuasakan dari oksigen selama melakukan jurus yaitu 30-45 detik. Dengan demikian dari sudut ilmu faal dapat dikemukakan
bahwa manipulasi oksigen yakni membuat sel-sel tubuh kekurangan akan oksigen adalah cara yang sangat fisiologis untuk merangsang sel-sel tubuh meningkatkan
dirinya Nugroho, 2006. Padmawinata 2001 menyatakan bahwa aktifitas fisik secara teratur dapat mencegah ataupun menangani hipertensi. Latihan fisik
meningkatkan aktivitas metabolisme tubuh dan kebutuhan oksigen. Frekuensi dan kedalaman pernafasan meningkat, memampukan individu untuk menghirup lebih
banyak oksigen dan mengeluarkan kelebihan karbondioksida. Individu yang melakukan aktivitas fisik 3 sampai 4 kali dalam satu minggu selama 20 hingga 40
menit memiliki frekuensi nadi dan tekanan darah yang lebih rendah dan mengalami penurunan kolesterol serta mengalami peningkatan aliran darah dan
menggunakan lebih banyak oksigen akibat kerja otot. Individu yang melakukan aktivitas fisik sepenuhnya akan meningkatkan konsumsi oksigen sebesar 10
sampai 20 karena latihan fisik menyebabkan peningkatan curah jantung dan efesiensi otot miokard Potter Perry, 2005.
Penatalaksanaan hipertensi dengan olahraga pernafasan Satria Nusantara merupakan salah satu cara untuk menurunkan tekanan darah dengan
mengelola stresor dengan baik untuk menjaga dan mengembalikan kehomeostatis Maryanto, 1990. Senam pernapasan memang mengutamakan olah napas yang
Universitas Sumatera Utara
secara khusus mengubah atau membalik sistem pernapasan biasa menjadi sistem pernapasan perut. Sistem pernapasan perut yang dilakukan dengan halus dan
lembut penuh perasaan, untuk mengolah sumber-sumber energi dari alam, diserap bersamaan waktu bernapas agar terbentuk suatu pusat pemasok energi
yang kuat, nantinya berguna untuk mengolah makanan dan minuman dalam metabolisme tubuh dan lebih besar untuk aktivitas, serta sebagai penangkal dan
penyembuh organ yang sakit dalam tubuh Nugroho, 2006. Pernafasan yang benar ialah dengan mengendurkan otot lambung, menghirup perlahan-lahan
melalui hidung, dan memasukkan udara sampai rasanya bagian bawah lambung terisi penuh oleh udara. Kemudian berhentilah sebentar sebelum menghembuskan
napas melalui mulut Wordpress.com, 2008. Penahanan napas dapat meningkatkan jumlah Hb dalam darah dan penurunan jumlah oksigen dalam
jaringan tubuh, yang menyebabkan meningkatkan keasaman jaringan tubuh. Cairan jaringan yang asam ini merangsang pembuluh pembuluh kapiler dan
pembuluh darah untuk melebar sehingga jumlah darah yang mengalir lebih banyak. Pelebaran pembuluh darah berpengaruh terhadap tekanan darah yaitu
memperkecil hambatan terhadap aliran darah, sehingga tekanan darah cenderung menjadi normal Fadhil, 2009
Dengan adanya penurunan tekanan darah yang bermakna, maka dapat disimpulkan bahwa olahraga pernafasan Satria Nusantara efektif dalam
menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Penelitian pra eksperimental ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan olahraga pernafasan Satria Nusantara terhadap penurunan tekanan
darah pada penderita hipertensi di Lembaga Seni Pernafasan Satria Nusantara Cabang Medan. Proses pengumpulan data dilakukan selama 1 bulan mulai
tanggal 27 Pebruari 2011 sampai 27 Maret 2011. Pengumpulan data diawali dengan mengukur tekanan darah sebelum dan sesudah pemberian tindakan
dengan menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop yang hasilnya dicatat dalam lembar observasi tekanan darah pre dan post intervensi dengan skala
mmHg. Pengolahan data dengan menggunakan program komputer dengan Uji Wilcoxon.
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil Uji Wilcoxon, diketahui bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara tekanan darah sistolik dan diastolik pre dan post olahraga
pernafasan Satria Nusantara dalam waktu 120 menit setiap kali olahraga pernafasan Satria Nusantara dengan frekuensi 3-4 kali setiap minggu selama 1
bulan sistolik: p=0.001, mean difference=12.50; diastolik: p=0.002, mean difference=12.50.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa olahraga pernafasan Satria Nusantara efektif untuk menurunkan tekanan darah pada
penderita hipertensi ringan dan sedang.
Universitas Sumatera Utara
2. Rekomendasi