Pengukuran Tekanan Darah Mekanisme Pemeliharaan Tekanan Darah

Salah satu intervensi yang dapat dilakukan perawat ialah dengan berolahraga secara teratur dan menghindari stres yang diaplikasikan melalui olahraga pernapasan Satria Nusantara dilakukan dalam tiga tahapan yaitu latihan pernapasan duduk awal, latihan pernafasan bergerak, latihan pernapasan duduk akhir Maryanto, 2008. 2. Tekanan Darah 2.1. Pengertian Tekanan Darah Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan ini sangat dipengaruhi oleh curah jantung, ketegangan arteri, dan volume, laju, serta viskositas darah. Tekanan darah terjadi akibat fenomena siklis dimana tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi sistolik dan tekanan terendah terjadi saat jantung beristirahat diastolik. Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari 10060 sampai 14090 mmHg. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 12080 mmHg Lewis, Heitkemper, Dirksen, 2000.

2.2. Pengukuran Tekanan Darah

Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Pengukuran secara langsung yaitu dengan memasukkan kateter ke dalam arteri dimana hasil yang diperoleh sangat tepat tetapi memiliki resiko tinggi dalam pengukurannya. Pengukuran tidak langsung dilakukan dengan menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop. Sphygmomanometer tersusun Universitas Sumatera Utara atas manset dan alat pengukur tekanan yang berhubungan dengan rongga manset Brunner Suddarth, 2001. Awal pengukuran dilakukan dengan membalutkan manset pada lengan atas dengan kencang dan lembut dan dikembangkan dengan pompa. Tekanan dalam manset dinaikkan sampai denyut radial atau brakial menghilang. Hilangnya denyutan menunjukkan bahwa tekanan sistolik darah telah dilampaui dan arteri brakialis telah tertutup. Manset dikembangkan lagi sebesar 20 sampai 30 mmHg di atas titik hilangnya denyutan radial. Manset dikempiskan perlahan, dan dilakukan pembacaan secara auskultasi maupun palpasi. Dengan auskultasi kita dapat mengukur tekanan sistolik dan diastolik dengan lebih akurat Brunner Suddarth, 2001. Auskultasi tekanan darah dilakukan dengan meletakkan ujung stetoskop yang berbentuk corong atau diafragma pada arteri brakialis, tepat di bawah lipatan siku rongga antekubital, yang merupakan titik dimana arteri brakialis muncul di antara kedua kaput otot biseps. Manset dikempiskan dengan kecepatan 2 sampai 3 mmHg per detik, sementara kita mendengarkan awitan bunyi berdetak, yang menunjukkan tekanan darah sistolik bunyi Korotkoff. Bunyi tersebut terjadi bersamaan dengan detak jantung, dan akan terus terdengar dari arteri brakialis sampai tekanan dalam manset turun dan bunyi akan menghilang yang disebut tekanan diastolik Brunner Suddarth, 2001. Prosedur pengukuran tekanan darah yang akan dijadikan panduan dalam penelitian ini dapat dilihat pada lampiran 4. Universitas Sumatera Utara

2.3. Mekanisme Pemeliharaan Tekanan Darah

Otak berfungsi sebagai pusat pengontrol tekanan darah di dalam tubuh dan pengatur berbagai organ lainnya dalam merespon kebutuhan tubuh. Tekanan darah juga dikontrol oleh serabut saraf yang merupakan bagian sistem saraf otonom yang membawa isyarat dari semua bagian tubuh untuk menginformasikan kepada otak perihal tekanan darah, volume darah dan kebutuhan khusus semua organ. Semua informasi ini diproses oleh otak dan keputusan dikirim melalui saraf yang bereaksi secara otomatis menuju organ- organ tubuh termasuk pembuluh darah, isyaratnya ditandai dengan mengempis atau mengembangnya pembuluh darah Hayens, Leenen, Soetrisno, 2003. Ginjal berfungsi mengatur fluida campuran cairan dan gas di dalam tubuh. Ginjal memproduksi hormon renin yang merangsang pembentukan angiotensin yang menyebabkan pembuluh darah kontriksi sehingga tekanan darah meningkat. Hormon dari beberapa organ juga dapat mempengaruhi pembuluh darah seperti kelenjar adrenal pada ginjal yang mensekresikan beberapa hormon seperti kortisol, adrenalin dan aldosteron. Kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroid atau tiroksin, yang juga berperan penting dalam pengontrolan tekanan darah. Ovari mensekresikan estrogen yang dapat meningkatkan tekanan darah. Pada jantung terdapat kelenjar endokrin yang dapat mensekresikan hormon natriuretik yang dapat membersihkan tubuh dari kelebihan garam dan membantu mempertahankan pelebaran pembuluh darah sebagaimana mestinya. Hormon- hormon ini semua dibutuhkan untuk menjalankan fungsi organ tubuh. Bila organ- organ tersebut mengeksresikan hormon dalam jumlah yang tidak normal maka Universitas Sumatera Utara hormon-hormon itu dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah Hayens, Leenen, Soetrisno, 2003. Arteri merupakan struktur berdinding tebal terdiri dari pembuluh elastis yang mengangkut darah dari jantung ke jaringan Brunner Suddarth, 2001. Otot-otot yang terdapat di dalam pembuluh darah dapat membesar untuk meningkatkan suplai darah ke suatu organ, ataupun dapat berkontraksi untuk mengeluarkan darah dan menyebarkan ke tempat lain yang membutuhkan Hayens, Leenen, Soetrisno, 2003. Tekanan darah ditentukan oleh curah jantung dan resistensi perifer. Curah jantung adalah jumlah darah yang dipompa oleh ventrikel selama satuan waktu yang merupakan hasil kali denyut jantung dan volume sekuncup Brunner Suddarth, 2001. Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dikeluarkan dari ventrikel kiri pada setiap kontraksi. Volume ini dipengaruhi oleh jumlah darah di ventrikel kiri pada akhir diastol preload, tahanan terhadap semprotan ventrikular kiri afterload, dan kontraktilitas miokard Potter Perry, 2005. Tahanan perifer adalah perlawanan pembuluh darah terhadap aliran darah dimana tahanan perifer ditentukan oleh beberapa faktor yaitu viskositas darah, panjang pembuluh, dan radius pembuluh Brunner Suddarth, 2001.

2.4. Gangguan Tekanan Darah