Memprioritaskan diagnosis komunitas TAHAPAN DALAM PERENCANAAN

166 I : Dana J : Fasilitas K : Sumber daya 2. Menetapkan sasaran Setelah menetapkan prioritas masalah kesehatan, maka langkah selanjutnya adalah menetapkan sasaran. Sasaran merupakan hasil yang diharapkan. Dalam pelayanan kesehatan sasaran adalah pernyataan situasi ke depan, kondisi, atau status jangka panjang, dan belum bisa diukur. Berikut ini adalah contoh dari penulisan sasaran. a. Meningkatkan cakupan imunisasi pada bayi. b. Memperbaiki komunikasi antara orang tua dan guru. c. Meningkatkan proporsi individu yang memiliki tekanan darah. d. Menurunkan kejadian penyakit kardiovaskuler.

3. Menetapkan Tujuan.

Tujuan adalah suatu pernyataan hasil yang diharapkan dapat diukur, dibatasi waktu, dan berorientasi pada kegiatan. Berikut ini merupakan karakteristik dalam penulisan tujuan. a. Menggunakan kata kerja. b. Menggambarkan tingkah laku akhir. c. Menggambarkan kualitas penampilan. d. Menggambarkan kuantitas penampilan. e. Menggambarkan bagaimana penampilan diukur. f. Berhubungan dengan sasaran goal. g. Adanya batasan waktu. Berikut ini contoh dalam menuliskan tujuan. a. Masalah : Risiko tinggi penularan TB di Desa A b. Sasaran : Menurunnya angka kesakitan TB di Desa A c. Tujuan : - Meningkatnya pengetahuan keluarga tentang TB menjadi 90 dari 60; - Meningkatnya angka kesembuhan 85 dari 69.

4. Menetapkan rencana intervensi

Rencana intervensi dalam keperawatan komunitas berorientasi pada promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pemeliharaan kesehatan, dan manajemen krisis. Dalam menetapkan rencana intervensi keperawatan kesehatan komunitas, maka harus mencakup: a. Apa yang akan dilakukan? b. Kapan melakukannya? c. Berapa banyak? d. Siapa yang menjadi sasaran? e. Lokasinya di mana? 167 Contoh Pelatihan kader Posyandu bagi kader baru sebanyak 20 orang di RW 01, Desa Sukahati pada minggu kedua bulan Januari 2013. Dalam menetapkan rencana intervensi keperawatan komunitas, maka perlu juga memperhatikan beberapa hal antara lain berikut ini. 1 Program pemerintah terkait dengan masalah kesehatan yang ada. 2 Kondisi atau situasi yang ada. 3 Sumber daya yang ada di dalam dan di luar komunitas, dapat dimanfaatkan. 4 Program yang lalu yang pernah dijalankan. 5 Menekankan pada pemberdayaan masyarakat. 6 Penggunaan teknologi tepat guna. 7 Mengedepankan upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Berikut ini contoh membuat rencana intervensi keperawatan kesehatan komunitas. No Diagnosa Sasaran Tujuan Rencana Intervensi 1. Risiko tinggi penularan TB di Desa A Menurunnya angka kesakitan TB di Desa A - Meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang TB menjadi 90 dari 60 pada minggu ke-2 bulan Februari 2013. - Promosi kesehatan masalah TB untuk seluruh warga desa melalui kelompok-kelompok kegiatan yang ada di masyarakat pada minggu ke-3 dan ke- 4 Januari 2013. - Terlaksananya dukungan masyarakat untuk penanggulangan TB pada akhir bulan Februari 2013. - Pemasangan spanduk, poster dan penyebaran leaflet penanggulangan TB pada setiap RW pada minggu ke-2 bulan Januari 2013. - Diperolehnya dukungan pemerintah daerah dalam penanggulangan TB pada akhir bulan Februari 2013. - Pembentukan kelompok Swabantu masalah TB di Desa Sukahati pada minggu ke-3 bulan Januari 2013. - Meningkatnya angka kesembuhan 85 dari 69 akhir tahun 2013. - Pelatihan masalah TB untuk kelompok swabantu dan kader kesehatan pada minggu ke- 4 bulan Januari. 1 Risiko tinggi penularan TB di Desa A. Menurunnya angka kesakitan TB di Desa A. - Advokasi kepada pemerintah daerah untuk mendapat dukungan peningkatan gizi penderita TB pada minggu ke-1 bulan Februari 2013 - Pemantauan pengobatan tuberculosis penderita TB oleh kader kesehatan dan kelompok swabantu secara rutin pada setiap bulan . 168

B. PENGORGANISASIAN KOMUNITAS

1. Definisi Pengorganisasian Komunitas

Pengorganisasian komunitas adalah suatu proses yang mengantarkan perubahan dengan melibatkan masyarakat dan agregat untuk memecahkan masalah dan mencapai tujuan masyarakat Swanson Alberct, 1993, dalam Helvie, 1998. Pendapat senada disampaikan oleh Sasongko 1996 yang menyatakan bahwa pengorganisasian komunitas adalah suatu proses ketika suatu masyarakat tertentu mengidentifikasi kebutuhan- kebutuhan serta mengembangkan keyakinannya untuk berusaha memenuhi kebutuhan, termasuk menentukan prioritas kebutuhan yang disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia, dengan usaha secara gotong-royong untuk mencapai tujuan bersama. Dari kedua pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa komponen penting dalam pengorganisasian komunitas adalah adanya pemberdayaan masyarakat, persamaan tujuan, dan merupakan suatu proses perubahan.

2. Model pengorganisasian komunitas

Berikut ini akan diuraikan mengenai tiga model pengorganisasian komunitas yang kita kenal, sebagai berikut. a. Model pengembangan masyarakat locality development Menurut Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa 1981, hal 8, dalam Helvie, 1998, model pengembangan masyarakat locality development merupakan “suatu disain yang diproses untuk memperbaiki kondisi ekonomi dan sosial untuk keseluruhan komunitas dengan partisipasi aktifnya dan kepercayaan yang mungkin sepenuhnya pada inisiatif komunitas”. Contoh, terhentinya program pemukiman sehat oleh pemerintah DKI beberapa tahun lalu, kemungkinan program ini dilakukan dengan tidak mempertimbangkan prosedur demokratis terlebih dahulu, yaitu pada penentuan tujuan dan tindakannya, serta tidak mengembangkan konsep swabantu, sehingga kemampuan masyarakat tidak dimanfaatkan secara optimal. b. Model perencanaan sosial social planning Model ini lebih menekankan pada pendekatan teknik untuk memecahkan masalah sosial dengan menggunakan keahlian dan kemampuan teknis seorang ahli perencana, termasuk kemampuan untuk melakukan negosiasi terhadap birokrasi. Model ini lebih menekankan pada kemampuan seorang perencana untuk menetapkan, menyusun, dan menyampaikan tindakan yang akan dilakukan kepada masyarakat yang membutuhkan pemecahan masalah yang sedang dihadapinya. Contoh, program pemukiman sehat Provinsi DKI menggunakan model perencana sosial social planning dalam mengimplementasikan programnya, sehingga program tersebut mendapatkan dukungan maksimal dari pemerintah DKI melalui anggaran APBD. Namun, ketika anggaran terbatas, program ini sudah tidak berjalan lagi. Kondisi inilah yang perlu dipertanyakan, apakah dalam merencanakan perubahan, komunitas tidak memikirkan