138 perbedaan usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pekerjaan anggotanya, yang
semuanya dapat memengaruhi masalah kesehatan. Menentukan komposisi komunitas merupakan langkah awal yang penting dalam menentukan tingkat kesehatan.
d. Tingkat pertumbuhan atau penurunan
Komunitas yang berkembang pesat dapat menyebabkan tuntutan yang luas pada pelayanan kesehatan. Penurunan dalam populasi mungkin tanda dari kurang
berfungsinya komunitas.
e. Perbedaan Budaya
Kebutuhan kesehatan dapat bervariasi antara populasi subbudaya dan etnis. Perbedaan budaya dapat membuat konflik atau persaingan untuk mendapatkan
sumber daya dan pelayanan atau menciptakan konflik antarkelompok.
f. Kelas sosial dan tingkat pendidikan
Kelas sosial mengacu pada peringkat kelompok dalam masyarakat, berkaitan dengan pendapatan, pendidikan, pekerjaan, prestise atau kombinasi faktor-faktor ini. Tingkat
pendidikan adalah penentu kesehatan yang dihubungkan dengan perilaku. Promosi dan layanan kesehatan yang paling dibutuhkan oleh masyarakat dengan tingkat
pendapatan dan pendidikan rendah adalah layanan preventif.
g. Mobilitas
Mobilitas penduduk memengaruhi kelangsungan perawatan dan ketersediaan layanan. Mobilitas memiliki pengaruh langsung pada kesehatan masyarakat.
3. Sistem Sosial
Selain lokasi dan populasi, setiap komunitas memiliki dimensi ketiga, yaitu sistem sosial. Berbagai bagian dari sistem sosial masyarakat yang berinteraksi dan memengaruhi
sistem disebut variabel sistem sosial. Variabel ini meliputi kesehatan, keluarga, ekonomi, pendidikan, agama, kesejahteraan, hukum, komunikasi, rekreasi, dan sistem politik.
Meskipun perawat kesehatan komunitas harus memeriksa semua sistem dalam komunitas dan bagaimana mereka berinteraksi. Sistem kesehatan sangat penting untuk meningkatkan
kesehatan komunitas.
C. PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan komunitas merupakan tahap pertama dalam proses
keperawatan komunitas. Perawat berupaya untuk mendapatkan informasi atau data tentang kondisi kesehatan komunitas dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kesehatan
komunitas. Dalam tahap pengkajian ini, ada empat kegiatan yang dilakukan, yaitu pengumpulan data, pengorganisasian data, validasi data, dan pendokumentasian data.
1.
Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan proses mendapat informasi tentang kondisi kesehatan
dari klien. Dalam hal ini kesehatan komunitas. Proses pengumpulan data harus dilakukan
139 secara sistematik dan terus menerus untuk mendapatkan data atau informasi yang signifikan
yang menggambarkan kondisi kesehatan komunitas.
a. Tipe data
Data dapat berupa data subjektif atau data objektif. Data subjektif biasa dikaitkan
sebagai keluhan. Di komunitas, data subjektif biasa terkait dengan keluhan komunitas, misalnya terkait lingkungan yang tidak nyaman secara fisik dan psikologis, perasaan
tertekan, perasaan ketakutan, dan sebagainya. Data subjektif meliputi, sensasi komunitas terkait dengan perasaan, nilai-nilai, keyakinan, sikap dan persepsi terhadap status kesehatan
atau situasi kehidupannya.
Data objektif biasanya berkaitan dengan tanda-tanda yang dapat dideteksi dengan pengamatan, dapat diukur atau diperiksa dengan menggunakan standar. Informasi atau data
diperoleh dengan menggunakan indera penglihatan, pendengaran, dan sentuhanperaba, yang biasanya dilakukan melalui metode observasi dan pemeriksaan.
b. Sumber data
Pengetahuan tentang sumber data merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui, karena data yang dikumpulkan harus sesuai dengan tujuannya, sebab bila terjadi
kesalahan dalam sumber data, maka akan mengakibatkan kesalahan dalam penarikan kesimpulan.
Data yang dikumpulkan dapat berupa data primer atau data sekunder. Dari sumber data, kita dapat mengetahui apakah data yang dikumpulkan berupa data primer atau data
sekunder. Untuk mengumpulkan data primer komunitas, dapat dilakukan dengan cara survai epidemiologi, pengamatan epidemiologi, dan penyaringan, sedangkan pengumpulan data
sekunder, sumber datanya dapat berupa seperti berikut. 1
Sarana pelayanan kesehatan, misalnya rumah sakit, Puskesmas, atau balai pengobatan. 2
Instansi yang berhubungan dengan kesehatan, misalnya Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan, dan Biro Pusat Statistik.
3 Absensi, sekolah, industri, dan perusahaan.
4 Secara internasional, data dapat diperoleh dari WHO, seperti Population and vital
Statistics report, population bulletin, dan sebagainya. c.
Metode pengumpulan data keperawatan komunitas Pengumpulan data komunitas dapat dilakukan dengan teknik sebagai berikut.
1 Wawancara.
Kegiatan ini merupakan proses interaksi atau komunikasi langsung antara pewawancara dengan responden. Data yang dikumpulkan bersifat:
a fakta, misalnya umur, pendidikan, pekerjaan, penyakit yang pernah diderita;
b sikap, misalnya sikap terhadap pembuatan jamban keluarga, atau keluarga
berencana; c
pendapat, misalnya pendapat tentang pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh perawat di Puskesmas;
140 d
keinginan, misalnya pelayanan kesehatan yang diinginkan; e
pengalaman, misalnya pengalaman waktu terjadi wabah kolera yang melanda daerah mereka.
1 Keuntungan.
Keuntungan yang diperoleh dalam pengumpulan data dengan teknik wawancara, yaitu:
a jawaban diberikan oleh responden secara spontan hingga jawabannya dapat
dipercaya; b
dapat digunakan untuk menilai kebenaran dan keyakinan terhadap jawaban yang diberikan;
c dapat membantu responden untuk mengingat kembali hal-hal yang lupa;
d data yang diperoleh berupa data primer.
2 Kerugian.
Kerugian dalam pengumpulan data dengan teknik wawancara, yaitu: a
membutuhkan waktu yang lama dengan biaya relatif besar; b
mudah menimbulkan bias yang disebabkan oleh pewawancara, responden dan pertanyaan yang diajukan pada responden.
3 Pedoman pelaksanaan wawancara
Pedoman pelaksanaan wawancara sangat dibutuhkan agar pewawancara dapat melaksanakan tugas dengan baik. Secara garis besar pedoman pelaksanaan
wawancara dapat diuraikan sebagai berikut.
a Pewawancara harus bersikap sopan santun, sabar dan dengan gaya bahasa
yang menarik, tetapi jelas dan sederhana agar dapat dimengerti oleh responden.
b Dalam
melakukan wawancara,
hendaknya menggunakan
bahasa responden, karena dengan demikian pewawancara tidak dianggap sebagai
orang asing dan responden tidak merasa canggung atau malu untuk menjawab pertanyaan yang diajukan.
c Pewawancara harus menciptakan suatu suasana psikologis yang
sedemikian rupa sehingga terjalin suatu kerja sama yang baik dan saling mempercayai antara responden dan pewawancara.
d Suasana wawancara harus santai.
e Wawancara diawali dengan pertanyaan yang mudah dijawab, karena
biasanya pada awal wawancara, responden merasa tegang. f
Keadaan responden pada waktu wawancara harus diperhatikan, misalnya saat responden sedang sibuk atau mendapat musibah sebaiknya tidak
dilakukan wawancara, tetapi tunda pada hari yang lain.
g Jangan terkesan tergesa-gesa.