Terorisme sebagai Salah satu Sarana Politik

74 wilayah Crime without Frontiers dan berkat globalisasi, kelompok teroris mendapat keuntungan secara tidak langsung yaitu: 1. Globalisasi memperluas akses berbagai kelompok teroris melintas batas Negara. 2. Kelompok teroris juga memiliki akses lebih luas untuk pendanaan, baik yang legal seperti melalui berbagai kelompok usaha dan lembaga-lembaga non profit maupun kelompok bisnis ilegal. 76 Ada hal menarik yang ditemukan UNDP bahwa kawasan yang memiliki Indeks Human Development terendah memiliki kecenderungan dekat dengan kelompok-kelompok teroris. Sebab utamanya adalah bahwa warga dikawasan ini tidak dapat keuntungan dan kemakmuran yang dijanjikan oleh proses globalisasi dan akses untuk kebebasan. Akibatnya adalah antipati kepada Amerika Serikat yang dipersepsikan sebagai mesin utama proses globalisasi tersebut. 77

3.3 Terorisme sebagai Salah satu Sarana Politik

Terorisme sebagai aksi kekerasan untuk tujuan-tujuan pemaksaan kehendak, koersi dan publikasi politik yang memakan korban masyarakat sipil yang tidak berdosa, menunjukkan hubungan yang erat dengan politik. Sudah dibuktikan bahwa politik dan terorisme berhubungan erat satu sama lainnya. Jika arus komunikasi politik tersumbat, dalam arti media massa maupun sistem perwakilan rakyat tidak efektif dan tidak mampu memenuhi aspirasi rakyat, saat itulah terorisme muncul. 78 76 Walter Laqueur, Op. Cit., Hal. 52 77 Ibid., Hal. 53 78 Andre H Pareira, Op. Cit., Hal. 186 Universitas Sumatera Utara 75 Terorisme sebagai sebuah sarana politik yaitu bahwa didalam setiap aksi dan tindakan kekerasannya mempunyai tujuan-tujuan politik, baik untuk kepentingan atau pun untuk melawan kekuasaan yang ada yang melibatkan rezim- rezim tertentu, untuk mengoreksi keluhan nasional atau untuk menggerogoti tata politik internasional yang ada. Bagi teroris, segala tindakan terorisme mereka itu, mereka anggap sebagai bentuk atau bagian dari tindakan didalam perjuangan untuk membela, menegakkan kebenaran dan keadilan. Untuk mendapatkan nilai- nilai perjuangan tertentu yang dianggap tinggi, apapun caranya dapat dibenarkan, mulai dengan mengorbankan nyawa manusia yang tidak berdosa sekalipun. Bagi mereka, pemikiran politikus seperti Nicolo Machiavelli yang menegaskan tujuan politik dan kekuasaan bisa dicapai dengan menghalalkan segala macam cara, mendapatkan pembenaran disini. 79 Meluasnya terorisme juga akibat aksi-aksi mereka yang sudah terlembagakan kedalam sebuah organisasi regional dan internasional yang menyebar keseluruh kawasan dunia. Seperti di Timur tengah muncul kelompok- kelompok radikal yang muncul akibat konflik politik dan ideologis seperti Hizballah di Libanon, PFLP, DFLP, PFLP-GC di Palestina, Kuch Kahane Chai di Israel, Abu Nidal di Irak dan sejumlah kelompok lain diberbagai Negara di dunia.Tujuan politik dari teroris dapat dibedakan menjadi tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka pendek.  Memperoleh pengakuan dari lokal, nasional maupun dunia internasional atas perjuangan-nya. 79 Sabirin Tabrani, Op. Cit., Hal. 35 Universitas Sumatera Utara 76  Memicu reaksi pemerintah, over reaksi dan tindakan represif yang dapat mengakibatkan keresahan di masyarakat.  Mengganggu, melemahkan dan mempermalukan pemerintah, militer atau aparat keamanan lainnya.  Menunjukkan ketidak-mampu-an pemerintah dalam melin-dungi dan mengamankan warganya.  Memperoleh uang ataupun perlengkapan.  Mengganggu atau menghancurkan sarana komunikasi maupun transportasi.  Mencegah ataupun menghambat keputusan dari badan eksekutif atau legislatif.  Menimbulkan mogok kerja  Mencegah mengalirnya investasi dari pihak asing atau program bantuan dari luar negeri.  Mempengaruhi jalannya pemi-lihan umum  Membebaskan tawanan yang menjadi kelompok mereka  Memuaskan atau membalaskan dendam. Beberapa kelompok teroris menggunakan aksi-aksi teror yang bertujuan jangka pendek tersebut untuk melemahkan pihak pemerintah untuk mencapai tujuan jangka panjang mereka. 80 Tujuan Jangka Panjang  Menimbulkan perubahan dramatis dalam pemerintahan seperti revolusi, perang sa- udara atau perang antar negara. 80 Loudewijk F Paulus, Log. Cit Universitas Sumatera Utara 77  Menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi pihak teroris selama perang gerilya.  Mempengaruhi kebijaksanaan pembuat keputusan baik dalam lingkup lokal, nasional atau internasional.  Memperoleh pengakuan politis sebagai badan hukum untuk mewakili suatu suku bangsa atau kelompok nasional. Dalam rangka mencapai tujuan politik tersebut, maka maksud-maksud suatu kelompok melakukan terorisme antara lain: 1. Untuk memperoleh konsesi-konsesi tertentu, seperti uang tebusan, pembebasan tahanan politik, penyebarluasan pesan dan sebagainya. 2. Untuk memperoleh publisitas yang luas, dimana teroris ingin menarik perhatian masyarakat yang luas kepada aspirasi perjuangan dan pengakuan terhadap eksistensinya sebagai pihak yang bersengketa. Karenanya, aksi terorisme yang dilakukan haruslah cukup dramatis dan menggemparkan. 3. Untuk menimbulkan kekacauan luas, demoralisasi dan disfungsi sistem sosial. 4. Untuk memancing retaliasi dan atau kontrateror dari pemerintah sedemikian rupa, sehingga menimbulkan situasi yang akan menguntungkan para teroris yang akhirnya bahkan dapat menggulingkan pemerintah. 5. Untuk memaksakan kepatuhan dan ketaatan, dimana hal ini adalah maksud yang tipikal dari suatu pemerintah yang diktator. Teror yang dilakukan oleh pemerintah terhadap rakyatnya sendiri bertujuan untuk Universitas Sumatera Utara 78 menanamkan kekuasaan mutlak pada rakyat. Cara ini juga dipakai oleh organisasi teroris untuk maksud yang sama dikalangan para anggotanya. 6. Untuk menghukum yang bersalah, atau dipandang sebagai simbol sesuatu yang jahat, seperti orang-orang yang tidak setuju dengan perjuangan mereka, kerjasama dengan penguasa, bergaya hidup yang bertentangan dengan paham mereka, dan sebagainya. Tujuan-tujuan politik merupakan unsur yang sangat esensial dari terorisme, yang membedakannya dari tindakan-tindakan kekerasan kriminal lainnya atau yang dilakukan oleh orang-orang yang terganggu jiwanya. Tujuan politik yang selalu ada itu umumnya ditransformasikan ketingkat moralitas yang lebih tinggi, dengan maksud memperoleh pembenaran. Terorisme bukan merupakan suatu ideologi atau nilai-nilai tertentu dalam ajaran agama. Ia sekedar strategi, sarana atau alat untuk mencapai tujuan. Dengan kata lain tidak ada terorisme untuk terorisme kecuali mungkin karena motif-motif kegilaan. Itu sebabnya, dalam setiap aksi terorisme selalu mengandung motif-motif tertentu, seperti motif perang suci, motif politik, ekonomi, balas dendam dan motif-motif berdasarkan aliran kepercayaan tertentu. 81

3.4 Sistem Kebijakan Pertahanan Keamanan di Dalam Negara