Kerjasama Internasional Dalam Mengatasi Aksi Terorisme.

86 3. Convention for The Suppression of Unlawful Acts Against The Savety of Civil Aviation, Montreal, 1971 4. Convention on the Physical of Nuclear Material, Vienna, 1980. 5. Protocol on The Suppression of Unlawful Acts of Violence at Airport Serving International Civil Aviation, Suplementary to The Convention for The Suppression of Unkawful Acts Against The Safety of Civil Aviation, Montreal, 1988. 6. International Convention For The Suppression of The Financing of Terrorism, New York, 1999. Dengan demikian, Negara Indonesia memiliki kewajiban moral untuk ikut membantu dunia internasional dalam mengatasi aksi terorisme. Melalui hal ini, Supaya pemerintah Indonesia jangan lagi bersikap menunggu akan tetapi harus aktif untuk mengambil tindakan yang nyata dan segera, supaya terorisme tidak berkembang dan menjadi suatu budaya baru bagi bangsa Indonesia.

4.2 Kerjasama Internasional Dalam Mengatasi Aksi Terorisme.

Dalam mengatasi aksi terorisme tidak bisa dilakukan sendiri- sendiri, dimana artinya perlu diadakan kerjasama yang intensif dari setiap Negara di dunia. Terorisme merupakan kejahatan yang melewati batas Negara dan dianggap sebagai kejahatan luar biasa karena tingkat kesulitan dalam mengungkap dan mengatasi aksi terorisme itu, penggalangan kerjasama itu dianjurkan oleh PBB dimana dengan resolusi-resolusi yang dikeluarkan, dimaksudkan adanya dasar bagi masyarakat internasional untuk bersatu untuk mengambil langkah-langkah kerjasama. Universitas Sumatera Utara 87 Indonesia sebagai Negara anggota PBB diwajibkan untuk mematuhi resolusi yang dikeluarkan oleh PBB dibidang keamanan, PBB memiliki organ sendiri untuk menjalankan tugasnya tersebut yaitu Dewan Keamanan. Dewan Keamanan adalah organ yang mempunyai tanggung jawab utama terhadap usaha pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Dewan ini terdiri dari 5 anggota tetap yaitu: Amerika Serikat, Prancis, Inggris, Rusia, Republik Rakyat Cina, serta 10 anggota tidak tetap yang bertugas selama dua tahun dan setelahnya tidak bisa mencalonkan diri untuk dipilih kembali. Badan ini mempunyai wewenang untuk mengambil keputusan yang harus ditaati Obligatory oleh setiap Negara anggota PBB sesuai dengan ketentuan dalam piagam PBB. 86 Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor SRes1373 tahun 2001, mengingatkan kembali masyarakat dunia untuk lebih mengintensifkan kerjasamanya dalam mengatasi aksi terorisme internasional dengan melibatkan PBB. Negara Indonesia yang sebelumnya terus dilanda teror bom yang merupakan aksi terorisme,mau tidak mau harus memperkuat diri dengan meningkatkan kerjasama multilateral, regional, maupun bilateral. Secara internasional Indonesia telah meratifikasi 6 konvensi yang berkaitan dengan terorisme dan masih ada enam konvensi lainnya yang perlu disepakati. Dalam hal ini, penulis akan memberikan beberapa bentuk kerjasama Indonesia baik multilateral, regional maupun bilateral. Pada akhir bulan November tahun 2004 diselenggarakan KTT APEC ke 12 di Santiago, Chile. Dalam penyelenggaraan itu, disepakati suatu deklarasi yang bernama Declaration one Community, Our Future, dimana salah satu butir kesepakatannya yaitu 86 Sumaryo suryokusumo, Hukum Organisasi Internasional, Jakarta: UI Press, 1990., Hal. 114-115 Universitas Sumatera Utara 88 memperkuat kerjasama global dibidang keamanan dalam rangka memerangi terorisme serta memperbaiki sistem keamanan penerbangan komersial dan memastikan pengiriman serta penyimpanan bahan pangan, aman dari serangan teroris. Kesepakatan ini terbentuk karena banyaknya aksi terorisme yang melanda dunia dan hal ini merupakan bidang yang sangat penting dan krusial,diluar bidang pembahasan APEC yang ditujukan untuk meningkatkan kerjasama ekonomi. 87 Pada tanggal 4-5 tahun 2004, dalam Bali Regional Ministeral Meeting on Counter Terrorism di Nusa Dua, Bali diadakan pertemuan untuk menanggapi aksi terorisme dikawasan Asia Pasifik. Pertemuan ini diikuti oleh 250 delegasi dari 25 Negara Asia Pasifik. Dalam kerangka aspek keamanan kerjasama ASEAN, usaha ASEAN dalam kerjasama dibidang keamanan dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: 88 1. Kedalam intra , dimana perkembangannya meliputi:  Usaha untuk mendefinisikan konsep ketahanan regional.  Sementara ini, sifat dan bentuk kerjasamanya seperti yang tercantum dalam Deklarasi Bali 1976 yang antara lain berbunyi: “ Continuation of cooperation on a non-ASEAN basis between the member states in security matters in accordances with their mutual needs and interest”.  Disetujuinya Treaty of Amity and Cooperation 1976. Namun demikian akhir-akhir ini kerjasama kedalam bidang ini mengalami 87 Declaration Our Community, Our Future, Dapat diakses di: http:www.suarapembaruan.comnews20041122utamavt01.html, Diakses tanggal 2 Desember 2007 88 Sekretaris Deplu RI, Aspek Keamanan Kerjasama ASEAN,Jakarta: Deplu RI, 2004., Hal. 10-13 Universitas Sumatera Utara 89 perubahan drastis walaupun bidang kerjasama dan bidang pesertanya masih bersifat terbatas. 2. Keluar ekstra , meliputi:  Usaha untuk membangun Zone PFN 1971  Disetujuinya ASEAN Declaration on The South China Sea, 1995 dan Declaration on The Conduct of Parties in The South China Sea pada November 2002  Disetujuinya Treaty on The Southeast Asia Nuclear Weapon-Free Zone, 1995  Disetujuinya pembentukan ASEAN Regional Forum  Ikut menyelesaikan masalah Kamboja, sebelum Negara ini menjadi anggota ASEAN  Disetujuinya MOU-ASEAN_US Joint Declaration for Cooperation to Combat International Terrorism. Pada dasarnya ada tiga masalah pokok yang dihadapi ASEAN dewasa ini, yaitu: 89  Masalah sengketa perbatasan dan saling klaim kedaulatan atas wilayah serta masalah-masalah lain yang tertunda.  Masalah dampak isu globalisasi yang menyangkut keamanan non tradisional yaitu: HAM, demokratisasi, lingkungan hidup dan masalah-masalah lain yang bersifat “ borderless “  Masalah terorisme internasional. 89 Ibid Universitas Sumatera Utara 90 Dan Indonesia yang menjawab tantangan yang dialami oleh ASEAN yaitu memberi usul untuk membentuk ASEAN Security Community dan akhirnya disetujui oleh KTT ASEAN di Bali pada bulan Oktober 2003. Pada pertemuan di Bali tersebut, keputusan diwujudkan dalam bentuk Jakarta Center for Law Enforcement Cooperation JCLEC atau pusat kerjasama dalam penegakan hukum Jakarta. JCLEC ini atau dikenal dengan sekolah anti terror sebagai lembaga pelatihan bagi calon manajer untuk mengendalikan sebuah operasi penindasan aksi terorisme skala nasional dan internasional dan untuk menciptakan penyidik-penyidik yang berkualitas multiyuridiksional dalam investigasi kejahatan transnasional yang masih berfokus kepada masalah terorisme. Para peserta JCLEC akan diikuti oleh setingkat perwira pertama Kapten Ajun Komisaris Polisi atau dari instansi lain seperti Kejaksaan, kehakiman, tentara, dan intelijen non kepolisian. Jakarta dipilih menjadi lokasinya karena berhasil dalam mengungkap terror bom Bali dan bom Marriot yang mana dananya diperoleh dari Negara-negara penggagas terutama Australia. Selain itu dibentuk juga Transnational Crime Coordination Centre TNCC di Jakarta pada tanggal 2 Juli 2004. TNCC digunakan untuk tukar menukar informasi seputar kasus kejahatan transnasional dan terfokus pada kejahatan narkotika, terorisme dan perdagangan manusia. Australia menyumbang dalam TNCC sebesar 10 juta dollar Australia. Aliansi global untuk memerangi terorisme internasional bertambah lagi dengan ditandatanganinya Deklarasi ASEAN- Jepang untuk kerjasama perang melawan terorisme internasional ASEAN – Japan Join Declaration for Cooperation to Combat International Terrorism oleh pemerintah ASEAN dan Universitas Sumatera Utara 91 perdana menteri Jepang di Vientiane, Laos pada akhir November 2004. Jepang memberi bantuan peralatan untuk deteksi keamanan berupa mesin sinar-X, deteksi metal, untuk pelabuhan udara dan laut di Indonesia senilai 774 juta Yen Rp. 67,7 Miliar . 90 Dalam deklarasi ini ditegaskan upaya-upaya memerangi terorisme melalui penguatan kerjasama pertukaran informasi, penegakan hokum, termasuk ekstradisi dan bantuan timbale balik dalam soal-soal criminal, sehingga pelaku terorisme bias ditangkap dan dibawa untuk diadili serta upaya pencegahan pelaku dan organisasi terorisme mempunyai akses pembiayaan atau menggunakan organisasi donor untuk membiayai mereka. Di kawasan ASEAN telah ada tiga pusat anti teroris yaitu: 91 The Southeast Asia Regional Centre For Counter Terrorism di Malaysia, The International Law Enforcement Academy di Thailand, dan The Jakarta Center for Law Enforcement Cooperation di Indonesia. Kerjasama bilateral lain dengan Thailand yang membahas kemungkinan lalu lintas para tersangka terorisme antar kedua Negara, khususnya Thailand selatan dan Aceh. Kedua Negara sepakat untuk meningkatkan pengamanan jalur kedua wilayah itu untuk memutus adanya kemungkinan keterkaitan elemen tertentu di Thailand Selatan dan Aceh. Kerjasama diatas diharapkan akan meningkatkan keamanan dari ancaman teroris disetiap Negara khususnya Indonesia supaya tidak terjadi terror bom untuk yang kesekian kalinya. 90 Deklarasi ASEAN- JAPAN, Dapat diakses di: http:www.yahoo.comnewsvt02 , Diakses tanggal 27 Oktober 2007 91 ASEAN and Terrorism, Dapat diakses di: Http:www.yahoo.comnewsvt01 , Diakses tanggal 27 Oktober 2007 Universitas Sumatera Utara 92

4.3 Berbagai Aksi Terorisme Di Indonesia.