9
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang permasalahan
Penelitian ini akan membahas tentang DAMPAK TRAGEDI 11 SEPTEMBER 2001 DI AMERIKA TERHADAP KEBIJAKAN PERTAHANAN
KEAMANAN INDONESIA DALAM UPAYA MENGATASI TERORISME. Tragedi 11 september 2001 di Amerika merupakan peristiwa kejahatan terburuk
pada awal Abad 21 yang juga merupakan tindakan terorisme yang mencuat keseluruh dunia dan telah membawa dampak tersendiri bagi setiap Negara di
dunia untuk memperkuat sistem pertahanan dan keamanannya termasuk juga Negara Indonesia.
Terorisme dikenal sebagai bentuk kekerasan yang digolongkan dalam kekerasan politik atau juga kekerasan sipil.
1
Kekerasan ini mencakup semua spektrum yang sangat luas, mulai dari unjuk rasa atau protes dengan
menggunakan kekerasan,pemberontakan spontan dan sporadis, pemberontakan berencana dan berlanjut,kudeta, insurjensi sampai ke revolusi. Dalam pengertian
kekerasan politik dalam terorisme, termasuk juga penggunaan atau ancaman kekerasan oleh pemerintah terhadap rakyatnya sendiri atau sebagian dari
rakyatnya sendiri.
2
Atas dasar ciri-ciri tersebut, terorisme dapat diartikan sebagai penggunaan atau ancaman penggunaan kekerasan fisik yang direncanakan,
dipersiapkan dan dilancarkan secara mendadak terhadap sasaran langsung yang umumnya non-combatan untuk mencapai suatu tujuan politik.
1
Poltak P Nainggolan, Terorisme dan Tata Dunia Baru, Jakarta: Pusat Pengkajian dan Pelayanan Informasi Sekretaris Jendral DPR-RI, 2002., Hal. 3.
2
Ibid., Hal. 19.
Universitas Sumatera Utara
10 Terorisme memang bukan merupakan sebuah isu yang baru dalam
hubungan internasional, yang tiba-tiba muncul dan menarik perhatian komunitas internasional, melainkan terorisme telah dikenal sejak berakhirnya perang dunia
kedua dan perang dingin dimana terorisme tersebut telah membawa pengaruh yang sangat besar terhadap tatanan politik ekonomi global saat ini, baik itu aksi
terorisme yang bersifat domestik maupun yang berskala internasional.
3
Aksi terorisme yang bersifat domestik terkait dengan pertarungan kekuasaan didalam
sebuah Negara yang mempunyai kepentingan yang berbeda, sedangkan aksi terorisme yang berskala internasional merefleksikan adanya konflik kepentingan
dari pihak asing atau Negara lain terhadap sebuah Negara. Kini masalah pertahanan dan keamanan manusia dalam setiap Negara bukan lagi hanya
kelaparan massal, terjadinya perpindahan penduduk secara illegal dari suatu Negara ke Negara lain, mengalirnya narkotika dan obat-obat terlarang secara
besar-besaran dari Negara berkembang, serangan baksil anthrax, tetapi telah berkembang menjadi luas dengan munculnya ancaman baru atas keamanan
manusia yakni berasal dari gerakan dan aksi-aksi terorisme.
4
Salah satu bukti nyata yang sudah terjadi di depan mata kita adalah Tragedi 11 September 2001 di Amerika dan Tragedi Bom Bali yang merupakan
tragedi aksi terorisme terburuk yang pernah terjadi di Amerika dan Indonesia pasca Perang Dunia kedua, dimana ratusan bahkan ribuan orang tewas dalam aksi
tersebut.
5
Tindakan terorisme yang mencuat keseluruh dunia terjadi ketika serangan 11 september 2001 yang merupakan empat serangan terorisme yang
3
Agus Subagyo, Terorisme Dalam Hubungan Politik Internasional, dapat diakses di: http:www.pikiran_rakyat.com
, diakses tanggal: 18 Agustus 2007
4
Poltak P Nainggolan, Op.Cit., Hal. 1.
5
Idy Subandy Ibrahim, dkk, Amerika, Terorisme, dan Islamophobia, Fakta dan Imajinasi Jaringan Kaum Radikal, Bandung: Nuansa, 2007., Hal. 19.
Universitas Sumatera Utara
11 terjadi dalam waktu yang bersamaan, para teroris yang terdiri dari 19 sembilan
belas orang membajak empat pesawat milik penerbangan Amerika dan meledakkannya ke gedung-gedung terpenting di Amerika Serikat. Adapun
keempat pesawat yang naas tersebut adalah : 1.
Pesawat Boeing 767 milik penerbangan American Airlines dengan Nomor penerbangan AA 011 yang menabrak Twin tower World Trade Center
sebelah Utara. 2.
Pesawat Boeing 767 milik penerbangan United Airlines dengan Nomor penerbangan UA 175 yang menabrak Twin tower World Trade center
sebelah selatan. 3.
Pesawat milik penerbangan American Airlines dengan Nomor penerbangan AA 077 yang menabrak gedung The Pentagon
4. Pesawat milik penerbangan United Airlines dengan nomor penerbangan
UA 093, yang akhirnya jatuh di Pennsylvania setelah gagal menabrak The Capitol Building atau Gedung Putih.
6
Serangan teroris yang terjadi di Amerika pada 11 September 2001 ini, terjadi pagi hari.Dalam satu jam empat pesawat penumpang berjenis Boeing telah
dibajak oleh sembilanbelas 19 teroris arab dengan menggunakan senjata jenis kotak cutter. Adapun ke 19 orang teroris tersebut yaitu :
American Airlines Penerbangan 11 : 1.
Mohammed Atta, Berkebangsaan Mesir 2.
Abdulaziz Alomari, Berkebangsaan Saudi Arabia 3.
Satam M.A Al Suqami, Berkebangsaan Saudi Arabia
6
Serangan 11 September 2001, dapat diakses di: http:www.wikimedia.com
= Lisensi Dokumentasi Bebas GNU = wikimedia foundation.inc, diakses tanggal: 10 Agustus 2007
Universitas Sumatera Utara
12 4.
Wail M Alshehri, Berkebangsaan Saudi Arabia 5.
Walid M Alshehri, Berkebangsaan Saudi Arabia. United Airlines Penerbangan 175 :
6. Marwan Al Shehhi, Berkebangsaan Uni Emirat Arab
7. Fayez Rashid Ahmed Hassan Al Qadi Bani Hammad, Berkebangsaan
Saudi Arabia 8.
Ahmed Alghamdi, Berkebangsaan Saudi Arabia 9.
Hamza Alghamdi, Berkebangsaan Saudi Arabia 10.
Mohamed Alshehri. Tidak diketahui kebangsaannya American airlines Penerbangan 77 :
11. Hani Hanjour, Berkebangsaan Saudi Arabia
12. Nawaf Alhazmi, Tidak diketahui kebangsaannya
13. Majed Moged, Tidak diketahui kebangsaannya
14. Khalid Almihdar, Tidak diketahui kebangsaannya
15. Salem Alhazmi, Berkebangsaan Uni Emirat Arab.
United Airlines Penerbangan 93 : 16.
Ziad samir Jarrah, Berkebangsaan Libanon 17.
Saed Alghamdi, Berkebangsaan Saudi Arabia 18.
Ahmed Ibrahim A. Al Haznawi, Berkebangsaan Saudi Arabia 19.
Ahmed Alnami, Berkebangsaan Saudi Arabia.
7
Para teroris tersebut mengambil alih kontrol pilot atas pesawat komersial itu dan mengubah targetnya menuju New York City dan Washington DC. Dua
pesawat sengaja ditabrakkan ke gedung World Trade Center, yang menyebabkan
7
Para Teroris Pembajakan Pesawat Terbang dalam Peristiwa 911, dapat diakses di: http:www.google.co.id
, diakses tanggal: 12 agustus 2007
Universitas Sumatera Utara
13 kebakaran di menara kembar itu, melelehkan rangka baja gedung tersebut yang
mengakibatkan hancurnya gedung kebanggaan AS tersebut, Pesawat ketiga dengan sengaja ditabrakkan ke gedung The Pentagon sementara penumpang
pesawat keempat melakukan perlawan kepada para pembajak dan menjadi penyebab jatuhnya pesawat tersebut di Pennsylvania. Adapun urutan kejadian
pembajakan pesawat pada peristiwa 11 september tersebut adalah sebagai berikut :
7.59 am : American Airlines dengan Nomor penerbangan 11 meninggalkan
Bandara Logan di Boston menuju Los angeles. 8.20 am
: Pesawat dibajak dan menghilang. 8.46 am : Para teroris membenturkannya ke menara utara World Trade
Center 10.28 am : Menara hancur total
8.01 am : United Airlines dengan Nomor penerbangan 93 mendarat 41
menit sebelum meninggalkan Newark menuju San Fransisco. 9.20 am
: AA menandai NORAD bahwa penerbangan 93 telah dibajak. 9.35 am : Pesawat menghilang dekat Cleveland, Ohio dimana mereka
membuat putaran 135 derajat menuju tenggara. 10.10 am : Kecelakaan di Shanksville, Pennsylvania.
8.14 am : United Airlines dengan Nomor Penerbangan 175 meninggalkan
Boston menuju Los angeles. 8.49 am
: Pesawat menyimpang dari arah tujuan penerbangannya. 9.03 am : Ditabrakkan kemenara selatan World Trade Center
Universitas Sumatera Utara
14 9.59 am : Dua menara kembar hancur total.
8.20 am : American Airlines penerbangan 77 meninggalkan Bandara
Internasional Dulles, 30 mil dari Washington DC menuju Los Angeles.
8.56 am : Sinyal Transpoder berhenti.Pesawat menghilang dan mulai
berputar 180 derajat melintasi selatan Ohio timur laut Kentucky. 9.38 am
: Pesawat diduga menabrak gedung The Pentagon.
8
Peristiwa tersebut adalah penyerangan terhadap empat pesawat Amerika yang disutradarai oleh Osama bin Laden, pemimpin Al qaeda yang dikenal
sebagai sebuah Organisasi Teroris Internasional yang dibentuk oleh orang-orang Arab.
9
Tragedi ini telah membawa indikasi yang kuat akan keberadaan teroris- teroris yang melakukan tindakan terorisme .Terorisme dapat terjadi dimana saja,
kapan saja dan memakan korban-korban sipil yang tidak bersalah. Peristiwa ini merupakan tindakan yang digerakkan oleh rasa kebencian yang sedemikian kuat
sehingga dapat menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan. Oleh adanya tragedi 11 September 2001 ini, pihak Amerika merasa
kecolongan, karena dilihat dari segi apapun, AS merupakan Negara yang teknologi militernya paling maju, tapi bisa-bisanya dihantam dengan serangan
yang mematikan. Untuk menanggapi atas serangan tersebut, Amerika
8
Walter E Davis, Peristiwa 11 September dan Pemerintahan Bush: Bukti yang Meyakinkan Tentang Keterlibatan, dalam Buku Karya: Bern Hamm, The Bush Gang, Jakarta: PT Ina
Publikatama, 2007., Hal. 113-149.
9
Steve Grey, September 11 Attacks: Evidences of US Collusion, dapat diakses di: http:www.austin.indymedia.org
front.php3?article id=234and group=webcast. Diakses Tanggal: 18 Agustus 2007
Universitas Sumatera Utara
15 menganggap bahwa teror merupakan wabah yang paling mematikan yang
disebarkan oleh “ lawan yang akan merusak peradaban itu sendiri “ maka Amerika Serikat dibawah pemerintahan George W Bush menyatakan dan
mengkampanyekan bahwa apa yang terjadi di Amerika Serikat merupakan Tragedi kemanusiaan akibat perbuatan para penjahat-penjahat teroris seperti
pernyataan Presiden Amerika George Walker Bush dalam pidatonya tanggal 24 September 2001 yang secara tegas menyatakan perang melawan terorisme, yaitu:
Today, we have launched the first strike on the financial foundation of the global terror network.
........; We will direct every resources at our commant to win the war against terrorist, every meants of diplomacy, every tool of intelligence,
every instrument of law enforcement, every financial influence, we will starve terrorist funding, turn them against each other, rout them out of
their safe hiding places and bring them to justice.
10
Sehingga melalui pernyataan ini, Presiden Bush menghimbau bahwa terorisme
bukan hanya ancaman untuk rakyat Amerika saja melainkan ancaman bagi seluruh Negara di dunia. Oleh sebab itu, teroris atau hal-hal yang berkaitan
dengan teroris harus dimusnahkan dan diperangi supaya tercipta keamanan, kenyamanan dan kedamaian di bumi ini. Sejak saat itu Perang melawan teror
dideklarasikan di Negara tersebut.
11
Perang yang dideklarasikan untuk melawan teror, Amerika Serikat dalam menyatakan hak untuk menyerang ancaman potensial yang dilihatnya,
mendengungkan prinsip-prinsip fase pertama dari perang melawan teror yakni Pelaksanaan Doktrin Reagan- Shultz bahwa Piagam PBB pasal 51 dimana inti dari
isinya : Bahwa kekerasan terhadap pelaku kekerasan secara berulang dianggap
10
Jimmy Gurulle, U.S. Foreign Policy Agenda, American Internationalism, dapat dilihat di: An Electronic Journal of The U.S. Department of State, No.1, Volume: 8, Agustus 2003., Hal. 21
11
Noam Chomsky, Perang Melawan Teror, dapat dilihat dalam Buku Karya: Bern Hamm, Op. Cit., Hal. 305.
Universitas Sumatera Utara
16 sebagai tindakan pertahanan diri. Melalui Piagam PBB ini, memberi hak kepada
Amerika Serikat untuk menyerang dalam upaya pertahanan diri melawan kemungkinan serangan yang terjadi.
12
Meminjam istilah Pemerintahan moderat George Shultz “ Kembali ke kebiadaban di masa modern “, dimana seperti yang
telah diungkapkan diatas bahwa terorisme dianggap sebagai wabah yang mematikan, maka wabah itu harus dibasmi sampai keakarnya. Melalui hal inilah
Amerika berani menyerang Afganistan, dimana Amerika mengklaim bahwa aktor dari serangan ini yakni Osama Bin Laden bersembunyi di Negara tersebut.
Dalam hal ini , AS langsung membuat suatu definisi itu kepada dunia sebagai aksi terorisme atau sejenisnya sesuai dengan kebutuhan atau seleranya
yang selanjutnya diopinikan kepada dunia sebagai sebuah fakta.
13
Semenjak itu gerakan anti terorisme menggelinding dahsyat keseluruh penjuru dunia, salah
satunya Indonesia. Permasalahan terorisme sekarang ini menjadi isu global yang perlu
dicermati oleh Bangsa Indonesia secara tepat, hal ini dikarenakan kita selain harus mengambil sikap yang jelas terhadap internasional dan masalah pertahanan dan
keamanan Negara dalam mengatasi hal ini. Dalam hal ini teror sebagai senjata yang efektif bagi mereka yang lemah yang merupakan kekuatan yang dapat
digunakan secara tidak terbatas untuk mencapai tujuan dan kepentingan bagi mereka yang kuat, terorisme bukanlah merupakan tindakan yang proaktif,
melainkan cenderung reaktif dan biasanya dilakukan oleh mereka yang berupaya menyampaikan pesan melalui kekerasan, dalam hal ini, terorisme bukan milik
eksklusif suatu bangsa tertentu dan bahkan dalam periode lain dan konteks lain,
12
Ibid., Hal. 311.
13
Ismail Yaghy, Terorisme Dalam Otak Zionis, Jakarta: Pustaka Azzam, 2001., Hal. 9.
Universitas Sumatera Utara
17 merupakan metode yang ampuh untuk melawan kolonialisme khususnya dibanyak
Negara dunia ketiga. Jadi dapat dikatakan dengan alasan inilah maka terorisme tetap ada dan tetap efektif dan jika alasan seperti ini tetap ada, maka akan sulit
untuk benar-benar menghapus terorisme dari muka bumi ini. Indonesia terkena dampak dari peristiwa 11 september 2001 tersebut,
disusul dengan terjadinya bom Bali 12 oktober 2002 yang memakan korban lebih kurang 180 jiwa. Peristiwa teror bom yang sebelumnya sudah melanda seluruh
Indonesia, maka Pemerintah Indonesia mau tidak mau harus membuat kebijakan yang tepat dalam penanggulangan kejahatan teroris ini. Apalagi sejak peristiwa ini
terjadi, Pemerintah Indonesia tidak ketinggalan melakukan upaya-upaya semaksimal mungkin didalam memberantas kejahatan terorisme, yakni sikap
Indonesia secara nyata akan terus dan akan tetap melakukan langkah-langkah untuk memerangi dan menentang terorisme dan siap bekerja sama dengan
masyarakat internasional.
14
Sikap ini ditunjukkan pada sidang kabinet Gotong Royong pada hari kamis 4 oktober 2001
15
. Sesuai dengan perkembangan situasi, perkembangan lingkungan strategis saat ini telah diwarnai dengan berubahnya
isu-isu dibidang pertahanan dan keamanan, dimana pada mulanya mencakup aspek geopolitik dan geostrategi seperti pengembangan kekuatan militer dan
senjata strategis dan hegemoni, telah bergeser kearah bentuk-bentuk kejahatan seperti terorisme yang perkembangannya begitu cepat dan permasalahannya yang
semakin kompleks, karena didukung oleh aktor-aktor dengan jaringan lintas Negara yang rapi serta kemampuan teknologi yang tinggi. Oleh karenanya, Susilo
Bambang Yudhoyono yang waktu itu menjabat sebagai Menteri Koordinator
14
Andy Rahmianto, Memerangi Terorisme Internasional perlu Wadah Koordinasi Internasional, dapat dilihat di: Harian KOMPAS, Edisi 13 Oktober 2001., Hal. 4.
15
Luqman Hakim, Terorisme Di Indonesia, Surakarta: Forum Studi Islam, 2004., Hal. 53.
Universitas Sumatera Utara
18 bidang Politik dan Keamanan saat Kabinet Gotong Royong dibawah
Pemerintahan Presiden Megawati Soekarno Poetri, menyatakan bahwa pemerintah menyiapkan kerangka dan desain besar dalam upaya melaksanakan perang
melawan terorisme di Indonesia yang disandarkan pada enam prinsip yaitu : 1.
Supremasi Hukum 2.
Independensi 3.
Indiskriminasi 4.
Koordinasi 5.
Demokrasi 6.
Partisipasi.
16
Akan tetapi ke 6 prinsip tersebut tidak cukup untuk menanggulangi sesuatu permasalahan yang telah menjadi ancaman internasional. Untuk itu
diperlukan pembenahan kembali sistem pertahanan keamanan dengan membuat kebijakan perang melawan terorisme melalui pembenahan lembaga dan
peningkatan kapasitas pengembangan kebijakan dan strategi serta langkah- langkah dan tindakan operasional dalam upaya menangani terorisme tersebut.
Berkaitan dengan hal ini telah mendorong Pemerintah Indonesia membuat kebijakan untuk upaya pemberantasan terorisme dengan serius dengan
dikeluarkannya Perpu No.1 tahun 2002 tentang pemberantasan tindak pidana terorisme untuk menindaklanjuti peristiwa yang terjadi di Amerika Serikat yakni
tragedi 11 September 2001 dan maraknya isu peledakan bom yang terjadi di Indonesia pada masa itu, Perpu No.2 tahun 2002 tentang pemberantasan tindak
pidana terorisme pada peristiwa peledakan bom bali 12 Oktober 2002 dimana
16
Susilo Bambang Yudhoyono, Selamatkan Negeri Kita dari Terorisme, Jakarta: Kementerian Koordinator Politik dan Keamanan, 2002., Hal. 8.
Universitas Sumatera Utara
19 Perpu ini dibuat dan berisi tentang pemberlakuan Perpu Nomor 1 tahun 2002, dan
Inpres Nomor 4 tahun 2002, disusul dengan penetapan SK Menteri Koordinator bidang Politik dan Keamanan Nomor Kep-26Menkopolkam112002 tentang
pembentukan koordinasi pemberantasan terorisme dimana hal ini kemudian telah disahkan menjadi UU No.15 tahun 2003.
17
Melalui hal ini, maka diharapkan keterlibatan seluruh masyarakat dan elemen penting lainnya di Negara ini untuk
memerangi tindakan terorisme.
1.2 Perumusan Masalah