Kaitan Terorisme Dengan Kejahatan Transnasional

71 tuntut-annya adalah berupa materi dan uang, sedangkan penyanderaan berhadapan langsung dengan aparat dengan menahan sandera di tempat umum. Tuntutan pe-nyanderaan biasanya lebih dari sekedar materi. Biasanya tuntutan politik lebih sering dilemparkan teroris pada kasus penyanderaan ini.

7. Perampokan.

Operasi yang di-laksanakan oleh kelompok teroris adalah sangat mahal. Untuk mendanai kegiatan mereka teroris merampok bank atau mobil lapis baja yang membawa uang dalam jumlah besar. Perampokan bank juga dapat digunakan sebagai ujian bagi program latihan personil baru.

8. Ancaman Intimidasi.

Merupakan suatu usaha, pekerjaan, kegiatan dan tindakan untuk menakut- nakuti atau mengancam dengan menggunakan kekerasan terhadap seseorang atau kelompok, di daerah yang dianggap lawan, sehingga sasaran terpaksa menuruti kehendak pengancam untuk tujuan dan maksud tertentu.

3.2 Kaitan Terorisme Dengan Kejahatan Transnasional

Pada dasarnya terorisme tidaklah berdiri sendiri. Menurut Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, terorisme merupakan sebagai salah satu bentuk lintas kejahatan Negara Transnational Crime . Terorisme saling berkaitan dengan bentuk-bentuk kejahatan lainnya seperti penyelundupan senjkata dan perdagangan gelap narkotika dan obat-obatan terlarang. Uang dari hasil dua kejahatan ini diputihkan melalui upaya pencucian uang Money Loundering yang kemudian digunakan ubtuk membiayai berbagai tindakan terorisme Universitas Sumatera Utara 72 internasional. Karena itu perlu disadari hubungan terorisme berkaitan erat dengan kejahatan lintas Negara. 73 Bentuk-bentuk kejahatan transnasional seperti yang tercantum dalam The ASEAN Plan of Action to Combat Transnational Crime 1998, adalah sebagai berikut: 1. Perdagangan gelap obat-obatan terlarang Ilicit Drugs Trafficking 2. Penyelundupan senjata Arms Smuggling 3. Perdagangan ilegal manusia Ilegal Trafficking In Persons 4. Pembajakan di laut Piracy 5. Pencucian uang money Loundering 6. Terorisme Terrorism 74 Arus globalisasi mau tidak mau harus dihadapi oleh setiap warga negara. Setelah tragedi 11 September 2001 di New York dan Washington DC, dunia semakin menaruh perhatian pada fenomena kejahatan transnasional terorganisasi. Kemungkinan pertemuan kepentingan antara kelompok kejahatan transnasional dengan kelompok teropris mengubah cara pandang secara drastis menegenai kejahatan transnasional terorganisasi ini. Globalisasi sering dianggap sebagai penyebab meluasnya fenomena kejahatan transnasional terorganisasi ini. Globalisasi jelas mendorong meluasnya modus bisnis legal yang melintas batas Negara, namun pada saat yang sama ia juga memberi peluang pada meluasnya bisnis ilegal karena kemudahan yang ditawarkan oleh kemajuan pesat dalam teknologi, utamanya teknologi komunikasi dan transportasi. Akibatnya konsumerisme dan komersialisme barat yang 73 Adrianus Meliala, Transnational Crime Sebagai Kejahatan, Artikel Harian Kompas Edisi 13 Oktober 2001., Hal. 5 74 Ibid Universitas Sumatera Utara 73 dicitrakan melalui gaya hidup dan kemakmuran yang ditransfer melalui citra televisi, internet, dll mendorong orang untuk mendapatkannya dengan cara mudah yakni melalui bisnis-bisnis, sehingg kelompok-kelompok bisnis ilegal atau yang sering disebut sebagai Balck Collar, meningkat pesat jumlahnya diberbagai tempat di dunia. Manifestasi dari bisnis ilegal kejahatan transnasional terorganisasi ini sangat beragam diantaranya melalui akses atas pembelian senjata bagi aktor-aktor non Negara, baik perorangan maupun kelompok. Sejak pertengahan 1990an, pasar senjata semakin terfragmentasi yang ditandai dengan kemunculan banyak produsen senjata baru di dunia. Sebelumnya, selama perang dingin, pasar global untuk senjata ringan ini sangat dikuasai oleh dua Negara adidaya yaitu: Amerika dan Uni Soviet. Akibatnya, kontrol atas produksi dan transfer senjata menjadi jauh lebih sulit dilakukan. Pada akhirnya, hal ini mengubah struktur industri senjata dan membuatnya semakin dapat diakses oleh lebih banyak pihak di luar negeri. 75 Terkait kelompok kejahatan transnasional terorganisasi engan kelompok terorisme terutama dapat dilihat di wilayah Asia selatan. Di kawasan ini selama tahun 1980-an , berkembang hubungan-hubungan yang kompleks antara produsen narkotika, penyelundup senjata dan gerakan-gerakan radikal yang menggunakan metode teror yang menyebabkan wilayah tersebut secara geopolitik menjadi wilayah yang tidak stabil. Terorisme merupakan bagian dari kejahatan transnasional, terorisme tidak lagi megenal batas Negara atau merupakan kejahatan tanpa mengenal batas 75 Ibid Universitas Sumatera Utara 74 wilayah Crime without Frontiers dan berkat globalisasi, kelompok teroris mendapat keuntungan secara tidak langsung yaitu: 1. Globalisasi memperluas akses berbagai kelompok teroris melintas batas Negara. 2. Kelompok teroris juga memiliki akses lebih luas untuk pendanaan, baik yang legal seperti melalui berbagai kelompok usaha dan lembaga-lembaga non profit maupun kelompok bisnis ilegal. 76 Ada hal menarik yang ditemukan UNDP bahwa kawasan yang memiliki Indeks Human Development terendah memiliki kecenderungan dekat dengan kelompok-kelompok teroris. Sebab utamanya adalah bahwa warga dikawasan ini tidak dapat keuntungan dan kemakmuran yang dijanjikan oleh proses globalisasi dan akses untuk kebebasan. Akibatnya adalah antipati kepada Amerika Serikat yang dipersepsikan sebagai mesin utama proses globalisasi tersebut. 77

3.3 Terorisme sebagai Salah satu Sarana Politik